Devita mengangguk, dia lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya.“Aku sebenarnya menyimpan ini sebagai kenang-kenangan, tapi setelah beberapa lama. Aku merasa jika ini ditujukan untukmu dan kamu adalah orang yang paling membutuhkan ini,” ucap Devita lembut sembari mencari file Video di ponselnya.“Ini dia!” seru Devita.“Vanya aku harap setelah kamu melihat video ini kamu bisa berhenti menyalahkan dirimu sendiri,” sambung Devita. Setelah mengatakan itu Devita menyerahkan ponselnya ke Vanya.Vanya mengangguk pelan, lalu menerima ponsel yang di berikan Devita. Tampak dilayar ponsel, Vicky sedang memegang gitar, dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dipadukan dengan bawahan denim berwarna biru gelap. Tambahan penutup kepala dan juga sepatu boot berwarna coklat membuatnya terlihat sangat berbeda dengan gaya Vicky sehari-hari.Vanya lalu memutar video itu, dia sontak tercengang, ini adalah lagu yang sangat viral di waktu itu. Vicky menyanyikan lagu dari James Arthur yang berjudul Say Yo
Keesokan harinya, Vanya sudah terlihat lebih ceria, tak ada lagi raut wajah murung, tak ada lagi isak tangis kesedihan. Berkat video yang di tunjukkan Devita, Vanya akhirnya bisa memantapkan hatinya untuk menunggu Vicky kembali.“Selamat pagi Pak Eddy!” Teriak Vanya yang sontak membuat Eddy dan teman-teman kantornya terkejut.“Se... selamat pagi Vanya,” jawab Eddy terbata-bata.Kantor Eddy yang tadinya terdengar ramai mendadak hening, semua mata tertuju kepada Vanya. Sudah dua tahun lamanya mereka tidak pernah mendengar Vanya menyapa mereka dengan seperti ini.“Mengapa kalian semua menatapku seperti itu,” ucap Vanya sambil tertawa kecil.Karena penasaran dengan perubahan Vanya, Eddy pun segera menghampiri Vanya.“Vanya... apa Vicky sudah kembali?” Tanya Eddy berbisik.“Belum,” jawab Vanya singkat.Kedua alis Eddy menekuk. “Berarti dia sudah menghubungimu?” Tanya Eddy lagi.“Belum juga,” jawab Vanya sambil tertawa kecil.Eddy terdiam, raut wajahnya menjadi panik.“Jangan-jangan kamu me
“Salam kenal, aku Ivan Barata, pemilik dan pemimpin Grup Barata saat ini,” ucap pria itu memperkenalkan dirinya.Barata Cipta Abadi, sebuah grup yang menaungi puluhan perusahaan besar yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam dunia bisnis di Indonesia, tidak ada yang tidak mengenal nama besar Grup ini.Eddy tidak pernah menyangka jika hari ini, Ivan Barata pemimpin grup besar itu akan datang ke showroom miliknya.Eddy juga mengenali kedua pria yang datang bersama Ivan Barata. Keduanya merupakan CEO dari perusahaan besar di bawah naungan Grup itu. Jafin dan Billy, dua sosok pengusaha muda yang menjadi orang kepercayaan Ivan Barata.“A... aku Van-““Vanya kan?” sela Ivan sambil tersenyum memotong ucapan Vanya.Eddy, Vanya dan Adelia sontak terkejut, mereka semakin di buat kebingungan karena Ivan Barata mengetahui nama Vanya.“I... Iya Pak,” jawab Vanya terbata-bata.“Vanya... Ayo makan siang denganku,” kata Ivan santai.“Jika Anda ingin membeli mobil, biar aku yang melayani Anda. Sebaga
Ivan dan Vanya akhirnya tiba, beberapa mobil mewah dengan harga fantastis terparkir rapi di garasi kediaman Ivan. Vanya sedikit di buat kagum dengan pemandangan itu, harga satu mobil mewah di garasi Ivan bahkan jauh lebih mahal dari mobil mewah harga tertinggi di showroom Eddy.Setelah memarkir mobilnya, Ivan dan Vanya turun dari mobil. Vanya terlihat gugup dan berat untuk melangkah, Ivan yang melihat itu tersenyum, dengan lembut dia menarik tangan Vanya yang membuat Vanya kembali merasa bingung dengan perasaannya.Tepat di depan pintu rumah, Ivan tiba-tiba berhenti, dia menoleh ke Vanya yang masih menunduk tak berani menatap Ivan.Ivan melepas tangan Vanya, lalu dengan lembut melepas kacamata hitam milik Vanya.“Hah... Vicky...” batin Ivan sambil menghela nafasnya pelan begitu melihat kondisi mata Vanya yang sembab.Vanya kembali terkejut, dia masih terdiam bahkan saat Ivan merapikan rambutnya.“Nah... sekarang kamu sudah terlihat lebih baik,” ucap Ivan sambil tersenyum kepada Vanya.
Suara tawa terus terdengar dari ruang keluarga kediaman Ivan Barata, Vanya tak henti-hentinya tertawa saat mendengar cerita Ivan dan Nabila tentang apa yang terjadi saat mereka mencoba menghibur Vicky.Ivan dan Nabila juga sedikit terkejut begitu mengetahui sifat dan karakter asli Vanya, sifat Vanya yang ceria dan juga manja kepada mereka, sangat berbanding terbalik dengan apa yang mereka bayangkan sewaktu pertama kali bertemu dengan Vanya.“Aku tidak menyangka jika si bungsu ternyata sangat manja,” ucap Nabila sambil mencubit pelan pipi Vanya.“Hmm... Iya... aku kira kamu itu selalu serius seperti robot,” sambung Ivan sambil tertawa.Vanya dan Nabila ikut tertawa, mereka bertiga sudah terlihat sangat akrab satu sama lain.Ivan dan Nabila juga kembali di buat takjub saat melihat Vanya berinteraksi dengan Calvin, sikap Vanya yang lembut membuat Calvin merasa nyaman dan tak mau lepas dari sisi Vanya.“Kamu akan menjadi ibu yang hebat, tidak hanya si kecil Elina, Calvin bahkan langsung l
Dor! Dor! Dor!Suara letusan senjata api terdengar saling bersahutan, Vicky yang sedang menjalani misinya di salah satu negara di Afrika, sedang terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata di daerah itu.Sudah lebih 4 jam mereka saling tembak, korban terus berjatuhan di pihak kelompok lawan yang menyerang Vicky.Beberapa jam yang lalu, Vicky dan empat orang anggota regunya mengunjungi sebuah desa untuk memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.Saat mereka sedang bercengkerama dengan penduduk setempat, tiba-tiba dari kejauhan, delapan mobil pickup terlihat menuju ke desa itu dan mulai melepaskan tembakan ke arah penduduk yang sedang berkumpul.Vicky dan anggota regunya langsung merespons, seorang di antaranya langsung mengevakuasi warga ke tempat aman, dan sisanya bertahan menghalau kelompok bersenjata itu.Walaupun Vicky hanya berlima, dia dan anggota regunya dapat bertahan dan menghalau pihak kelompok bersenjata itu, agar tidak masuk lebih dalam ke desa tempat warga mengungsi.
"Vicky...."Vicky sontak membuka mata saat mendengar suara Vanya seolah memanggil namanya.Samar-samar matanya mulai bisa menangkap cahaya yang masuk.Dia terbaring di atas velbed, tempat tidur lipat yang biasa digunakan tentara di lapangan.Punggungnya masih terasa nyeri karena benturan tadi, dia terlihat mengusap wajahnya beberapa kali untuk menghilangkan bekas debu di wajahnya.Dari tempatnya berbaring dia dapat melihat beberapa tentara menggunakan loreng hijau dengan lambang bendera Indonesia di lengan kiri mereka."Kamu sudah sadar? Kamu benar-benar prajurit tangguh," ujar seorang tentara di tempat itu."Ah... Maaf bagaimana dengan anak itu?" Tanya Vicky yang berusaha bangkit dari tidurnya."Berkatmu anak itu bisa selamat," jawab tentara itu."Huft... Syukurlah...." gumam Vicky bernafas lega."Tapi aku benar-benar salut dengan kalian, 170 orang yang menyerang tak bisa melewati pertahanan kalian sehingga tidak ada satu pun warga di desa ini yang terluka, padahal jumlah kalian hany
"Halo...."Vicky sontak kaget ketika mendengar suara seorang pria yang menjawab panggilan teleponnya.Dia kembali menatap layar ponselnya untuk memastikan jika nomor yang dia hubungi adalah benar nomor ponsel Vanya. Kekasih hatinya, wanita yang begitu dia rindukan."Hmm, Maaf, apakah ini benar nomor Vanya?" Tanya Vicky dengan nada sopan."Benar ini nomor Vanya," jawab pria itu singkat."Bi... bisakah aku berbicara dengan Vanya?" Tanya Vicky kembali, rasa cemas mulai menghampiri dirinya."Dia sedang berada di rumahku, mungkin karena terburu-buru dia sampai lupa mengambil ponselnya di mobilku," jawab pria itu lagi.Deg!!Vicky terdiam, dia tidak bisa lagi berkata-kata, Vicky tertunduk lesu, berbagai kemungkinan muncul di kepalanya.Tut..Vicky mengakhiri panggilannya, sambil memejamkan mata dia bersandar di kursi mobil yang sedang membawanya ke bandara."Pak Barry, sebaiknya kita kembali ke Rusia," lirih Vicky. Kesedihan tergambar jelas dari raut wajahnya."Mungkin dia sudah bertemu den
8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar
“Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf
Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi
Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu
Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng
Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn
Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar
“Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d
Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana