Dor! Dor! Dor!Suara letusan senjata api terdengar saling bersahutan, Vicky yang sedang menjalani misinya di salah satu negara di Afrika, sedang terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata di daerah itu.Sudah lebih 4 jam mereka saling tembak, korban terus berjatuhan di pihak kelompok lawan yang menyerang Vicky.Beberapa jam yang lalu, Vicky dan empat orang anggota regunya mengunjungi sebuah desa untuk memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.Saat mereka sedang bercengkerama dengan penduduk setempat, tiba-tiba dari kejauhan, delapan mobil pickup terlihat menuju ke desa itu dan mulai melepaskan tembakan ke arah penduduk yang sedang berkumpul.Vicky dan anggota regunya langsung merespons, seorang di antaranya langsung mengevakuasi warga ke tempat aman, dan sisanya bertahan menghalau kelompok bersenjata itu.Walaupun Vicky hanya berlima, dia dan anggota regunya dapat bertahan dan menghalau pihak kelompok bersenjata itu, agar tidak masuk lebih dalam ke desa tempat warga mengungsi.
"Vicky...."Vicky sontak membuka mata saat mendengar suara Vanya seolah memanggil namanya.Samar-samar matanya mulai bisa menangkap cahaya yang masuk.Dia terbaring di atas velbed, tempat tidur lipat yang biasa digunakan tentara di lapangan.Punggungnya masih terasa nyeri karena benturan tadi, dia terlihat mengusap wajahnya beberapa kali untuk menghilangkan bekas debu di wajahnya.Dari tempatnya berbaring dia dapat melihat beberapa tentara menggunakan loreng hijau dengan lambang bendera Indonesia di lengan kiri mereka."Kamu sudah sadar? Kamu benar-benar prajurit tangguh," ujar seorang tentara di tempat itu."Ah... Maaf bagaimana dengan anak itu?" Tanya Vicky yang berusaha bangkit dari tidurnya."Berkatmu anak itu bisa selamat," jawab tentara itu."Huft... Syukurlah...." gumam Vicky bernafas lega."Tapi aku benar-benar salut dengan kalian, 170 orang yang menyerang tak bisa melewati pertahanan kalian sehingga tidak ada satu pun warga di desa ini yang terluka, padahal jumlah kalian hany
"Halo...."Vicky sontak kaget ketika mendengar suara seorang pria yang menjawab panggilan teleponnya.Dia kembali menatap layar ponselnya untuk memastikan jika nomor yang dia hubungi adalah benar nomor ponsel Vanya. Kekasih hatinya, wanita yang begitu dia rindukan."Hmm, Maaf, apakah ini benar nomor Vanya?" Tanya Vicky dengan nada sopan."Benar ini nomor Vanya," jawab pria itu singkat."Bi... bisakah aku berbicara dengan Vanya?" Tanya Vicky kembali, rasa cemas mulai menghampiri dirinya."Dia sedang berada di rumahku, mungkin karena terburu-buru dia sampai lupa mengambil ponselnya di mobilku," jawab pria itu lagi.Deg!!Vicky terdiam, dia tidak bisa lagi berkata-kata, Vicky tertunduk lesu, berbagai kemungkinan muncul di kepalanya.Tut..Vicky mengakhiri panggilannya, sambil memejamkan mata dia bersandar di kursi mobil yang sedang membawanya ke bandara."Pak Barry, sebaiknya kita kembali ke Rusia," lirih Vicky. Kesedihan tergambar jelas dari raut wajahnya."Mungkin dia sudah bertemu den
"Tuan Muda, ada apa?" Tanya Barry, dia dapat melihat kesedihan dari wajah Vicky setelah menghubungi nomor ponsel Vanya."Pak Barry, sepertinya Vanya sudah bertemu dengan pria yang cocok dengannya," lirih VickyBarry tertegun mendengar perkataan Tuan Mudanya, "Mengapa Tuan Muda berkata seperti itu?" Tanya Barry."Barusan Yang menjawab panggilan teleponku adalah seorang pria, dia berkata jika Vanya sedang berada di rumah pria itu, ponsel Vanya juga ketinggalan di mobil pria itu, huftt... bukankah itu sudah menandakan jika mereka mempunyai hubungan spesial?" ucap Vicky menyimpulkan segalanya."Apakah ponsel milik Tuan Muda di nonaktifkan?" Tanya Barry. Menatap Vicky dari spion tengah mobil yang dia kemudikan."Iya, aku tidak ingin mengganggu hubungan mereka," jawab Vicky, dia menatap layar gelap ponsel yang berada di tangannya."Hahaha!" Barry tertawa mendengar jawaban Vicky."Maafkan aku Tuan Muda, biar aku jelaskan apa yang membuatku tertawa. Lima tahun yang lalu aku mengenal seorang g
Manda sontak emosi begitu melihat Vanya di Cafe tempat dia dan temannya biasa menghabiskan waktu.Manda selalu merasa jika alasan Vicky meninggalkan dirinya itu karena Vanya, dan bukan karena perselingkuhan yang dia lakukan bersama Giyan.Jika Vanya tidak ada, dia meyakini jika Vicky akan memaafkannya walaupun sudah berselingkuh dengan Giyan, sifat lembut Vicky kepadanya menjadi alasan mengapa dia berpikir seperti itu. Dia sangat yakin jika Vicky juga mencintainya.Manda yang sudah menyimpan dendam langsung menghampiri Vanya, dia ingin menumpahkan semua kekesalannya yang telah dia pendam selama lima tahun."Dasar wanita sialan! Itu karena kamu terus menggoda tunanganku sehingga dia pergi meninggalkanku!" Teriak Manda yang tiba-tiba muncul di tempat itu.Vincent dan Vanya langsung menoleh ketika mendengar suara wanita yang tiba-tiba berteriak di dekat mereka.Walaupun sudah lima tahun berlalu, Vanya masih dapat mengenali wajah Manda, dia adalah wanita yang telah membuat Vanya salah pah
"Jadi bisakah kamu menjelaskan mengapa kamu berada di Indonesia?" Tanya Vicky sambil menuju sofa di kamar itu lalu duduk dengan santai menunggu penjelasan sang adik."Kakek yang menyuruhku untuk datang ke sini," jawab Vincent sambil duduk di pinggir tempat tidur kamar itu.Vicky menaikkan satu alisnya, "Untuk alasan apa Kakek memintamu datang ke Indonesia?" Dia semakin penasaran setelah mendengar jawaban sang adik."Kakak, kamu sendiri sudah mengetahui jika wanita yang akan kita pilih untuk menjadi istri haruslah memenuhi beberapa persyaratan agar bisa diterima oleh keluarga kita" balas Vincent mengingatkan.Vicky mengangguk, dia juga mengetahui tentang hal itu, "Iya, ada apa dengan hal itu?" Tanya Vicky yang tampak masih bingung dengan penjelasan dari Vincent."Wanita yang dipilih nantinya wajib menjalani beberapa tes yang diberikan oleh keluarga kita, aku rasa Kakak juga sudah mengetahui hal ini," sambung Vincent.Vicky kembali menganggukkan kepalanya tanda bahwa dia juga mengerti t
Vanya baru saja tiba di depan rumahnya, setelah dia memarkirkan mobilnya, tiba-tiba bunyi notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya.Ting!Vanya segera mengecek ponselnya.“Ayah dan Ibu sedang berada di rumah paman Hendro, ada urusan sedikit dengannya, jadi mungkin kami tidak bisa ikut makan malam bersamamu,” bunyi pesan yang di kirim Bima kepadanya.Vanya menoleh ke pekarangan rumahnya, dia baru menyadari jika mobil ayahnya memang tidak ada.“Baiklah Ayah, sampaikan salamku untuk paman Hendro dan Raka,” balasan pesan singkat Vanya ke ayahnya.“Iya, pasti akan ayah sampaikan,” balasan pesan Bima.Setelah berbalas pesan dengan Ayahnya, Vanya lalu turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah.Aroma makanan yang dimasak ibunya langsung tercium seolah menyambut kedatangan Vanya.Vanya tersenyum dan melepas high heels berwarna hitam yang sedang dia gunakan.Sambil berjalan menuju meja makan, dia terlihat menyanyikan salah satu lirik pada bagian reff di lagu James Arthur - Say Y
VANYA AKU MENCINTAIMUBeberapa jam kemudian Raka beserta kedua orang tua Vanya tiba di depan Luxury Diamond Hotel. Mereka langsung terkejut ketika beberapa orang pegawai hotel itu menghampiri mereka, dua orang langsung membuka pintu untuk Ayah dan Ibu Vanya, beberapa orang lainnya terlihat mengambil koper yang dibawa orang tua Vanya.Lima belas orang yang terdiri dari pria dan wanita asing juga terlihat menyambut mereka ketika baru turun dari mobil, semua orang asing itu tampak menunduk sopan menyapa mereka.Raka dan kedua orang tua Vanya tampak tercengang mendapat sambutan seperti itu, mereka langsung di pandu menuju sebuah kamar di area presidential suite.Raka yang memesan kamar untuk kedua orang tua Vanya semakin dibuat terkejut, dia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi.Mereka sudah tiba di depan pintu kamar berwarna hitam dengan simbol Vladislav di pintu.Para pengurus hotel yang menyambut mereka mempersilahkan kedua orang tua Vanya masuk, Raka yang ikut mengantar kedua o
8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar
“Baiklah, kalian tunggu disini saja, biar aku dan Vanya yang menemui Kakek Vladimir,” ucap Bella. “Ayo Vanya,” sambungnya sambil menarik pelan lengan Vanya. Vanya tersenyum dan beranjak dari duduknya, nasib Ivan, Jafin dan Billy sekarang berada di tangan dua wanita cantik itu. Sambil berjalan menuju meja Vladimir dan para orang tua berada, Bella dan Vanya mulai mendiskusikan strategi mereka sambil berbisik, wajah Vanya berubah terkejut dia tampak menutup mulutnya menahan tawa mendengar rencana Bella. “Sekarang kamu paham kan?” Tanya Bella ke Vanya. Vanya menganggukkan kepalanya mereka berdua tampak beradu telapak tangan pelan sebelum menjalankan aksi mereka. Nabila, Olma dan Alexa kompak tertawa kecil melihat tingkah mereka yang menggemaskan, mereka pun menebak-nebak akan seperti apa cara Bella dan Vanya membujuk Vladimir. “Bella yang mengambil kendali, sepertinya kali ini mereka akan berhasil,” ucap Nabila. “Tentu saja, siapa dulu suaminya,” ujar Austin berbangga diri. “Maaf
Arthur, Laras, Vicky dan Vanya akhirnya tiba di Rusia, karangan bunga ucapan selamat untuk kehamilan Vanya berjajar rapi di sepanjang kediaman keluarga Vladislav. Di halaman depan, terilihat Vladimir dan ke empat senior Vicky bersama para istri mereka sudah menunggu kedatangan Vicky dan Vanya. Begitu turun dari mobil, Vicky dan Vanya langsung menghampiri Vladimir yang terus tersenyum bahagia, dengan sopan mereka berdua menyapa Vladimir, lalu menyapa para seniornya. Para bawahan keluarga Vladislav yang mengetahui kabar kehamilan Vanya sebenarnya berniat datang dan ikut merayakan kabar bahagia ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, Vladimir akhirnya membatalkan hal itu, salah satu pertimbangan Vladimir karena sadar jika cucu mantunya itu butuh istirahat, jika sampai acara penyambutan besar-besaran di lakukan, bisa di pastikan Vanya akan sibuk menyapa para tamu yang jumlahnya tidak sedikit, dan tentu itu akan berbahaya untuk kandungannya. Nabila, Bella, Olma dan Alexa langsung memi
Karena Vincent sudah setuju dengan permintaannya, Alyona langsung membuka ponselnya hendak menghubungi temannya yang bernama Ghiska Natasha. Setelah kembali ke Rusia besok, Alyona dan Vincent rencananya akan terbang ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup milik Kakek mereka selama Vicky dan Vanya berada di Rusia. Alyona dengan bersemangat mencari nama Ghiska di kontak ponselnya, dia pun langsung menghubungi nomor Ghiska untuk mengatur jadwal bertemu di Indonesia nanti. Tut... Tut.... “Halo....” “Halo Ghiska, ini aku Alyona,” ucap Alyona. “Hmm... Alyona?” Tanya Ghiska. “Astaga kamu jahat sekali karena tidak mengingatku, Alyona di Singapura, kita bertemu setahun yang lalu.” “Ohh.. Iya! Aku ingat si cantik bermata biru! Apa kabar?!” Tanya Ghiska yang akhirnya bisa mengingat Alyona. “Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?” “Sama... aku juga baik-baik saja, hah... aku sudah beberapa kali mencoba menghubungi nomormu yang dulu, tapi tidak pernah tersambu
Vicky, Vanya bersama Arthur dan Laras baru saja tiba di bandara, pagi ini mereka akan kembali ke Rusia menggunakan pesawat pribadi keluarga Vladislav. Empat orang dokter terlihat ikut bersama mereka, para dokter ini adalah dokter yang di rekomendasikan Luke untuk mengawal Vanya kembali ke Rusia. Semalam Arthur yang sangat mencemaskan keadaan menantunya langsung meminta Luke memilih empat Dokter terbaik untuk terbang bersama mereka ke Rusia. “Hahaha! Aku akan jadi Kakek, kamu tidak bisa meledekku lagi seperti kemarin berengsek!” Terdengar suara Arthur yang sedang berbicara melalui telepon dengan sahabatnya, sejak mengetahui kabar menantunya hamil, dia terus-menerus mendapat panggilan telepon dari berbagai negara untuk memberi dia ucapan selamat. Saking senangnya, Arthur bahkan sampai lupa memberitahu Vladimir tentang kabar bahagia ini. Vicky, Vanya dan Laras terus tertawa melihat Arthur yang layaknya anak kecil sedang memamerkan mainan barunya. Sambil menunggu pesawat selesai peng
Arthur dan Laras langsung bergegas menuju hotel tempat Vicky dan Vanya berada setelah mendengar kabar dari Vicky jika Vanya tiba-tiba sakit. Sesampainya di hotel, mereka langsung menuju kamar Vicky, raut wajah mereka terlihat begitu cemas, khawatir jika keputusan mereka mempertemukan Vicky dan Kirana malah berakhir buruk untuk Vanya. Ceklek! Arthur dan Laras langsung membuka pintu kamar Vicky, mereka berdua sontak terkejut begitu melihat Vanya yang baik-baik saja sedang tertawa bersama Kirana di dalam kamar. “Vanya? Bukannya kamu sedang sakit?” Tanya Laras. Vanya dan Kirana kompak menoleh, mereka berdua beranjak dari duduknya dan segera menghampiri Laras. “Aku tadi hanya kelelahan ibu,” jawab Vanya mempersilakan Laras dan Arthur masuk ke dalam kamar. “Jadi kamu baik-baik saja?” Tanya Laras lagi memastikan. “Iya Ibu, aku baik-baik saja,” jawab Vanya sambil tersenyum. “Lalu mengapa tadi Vicky mengatakan....” Arthur terdiam tidak menyelesaikan ucapannya, dia lalu menghela nafasn
Tidak ingin merahasiakan apapun lagi dari Vanya, Vicky akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Vanya. Mulai dari momen ketika mendapat kabar Kirana meninggal, kabar kematian kedua orang tuanya, dan juga pertunangannya dengan Manda. Setelah itu, Vicky lalu menceritakan momen dimana terjadi kesalahpahaman antara dirinya dan Vanya karena perbuatan Manda. Wajah Vanya berubah sedih ketika mengingat momen menyakitkan itu, momen dimana dia akhirnya harus menunggu kepulangan Vicky yang tidak jelas kapan waktunya. “Waktu itu aku menjalani misi pelatihan militer keluargaku, aku tidak tahu apakah aku masih bisa pulang dengan selamat, karena itulah aku memilih tidak memberitahu kamu,” ucap Vicky, wajahnya juga terlihat sedih sewaktu menjelaskan tentang hal itu ke Vanya. Vanya tentu sedikit terkejut mendengar ada pelatihan seperti itu di keluarga suaminya, dalam hati dia merasa bersyukur karena Vicky kembali dengan selamat. Vicky kembali melanjutkan ceritanya, Vanya benar-benar
“Vicky... aku masih mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah kamu juga masih mencintaiku?” Tanya Kirana berterus terang dengan perasaannya.Pertanyaan Kirana sontak mengejutkan Vicky, dia tidak menyangka jika mantan tunangannya akan bertanya tentang hal itu.Vicky meraih kedua tangan Kirana, sambil tersenyum dia menatap wajah cantik mantan tunangannya itu.“Kirana... awalnya aku juga sempat bingung dengan perasaanku sendiri ketika pertama kali melihat dirimu, dan aku yakin kamu sedang merasakan hal yang sama saat ini.”“Tapi berkat kamu yang bertanya apa saja yang telah aku alami beberapa tahun terakhir ini membuatku kembali mengingat bagaimana perjuangan Vanya yang tetap setia menungguku kembali dari misi pelatihan keluargaku, begitu banyak airmata yang telah dia tumpahkan untukku, dan begitu banyak pengorbanan yang telah dia lakukan selama menungguku.”“Vanya menghiburku di kala ku sedih, dia merawat hatiku yang terluka dengan cinta yang tulus, kehadirannya membuatku merasa bahagia d
Vanya tersenyum, dengan suara lembut dia berkata, “Kamu sudah menolongku berulang kali, sebagai istrimu, biarkan aku yang menolongmu kali ini, aku tahu hatimu sakit, aku tahu hatimu terluka, Sayang... apa kamu kira aku tahan melihatmu seperti ini.”Vicky terdiam, dia menunduk sambil menghela nafasnya.“Sayang... bukankah aku selalu bilang jika aku percaya kepadamu, dan untuk kali ini aku akan kembali mengatakannya, aku akan selalu percaya kepadamu, dan tak akan pernah meragukanmu sedikit pun, selesaikan urusan kalian secara baik-baik, itu akan menjadi obat terbaik untuk kalian berdua,” sambung Vanya.Vicky mengangkat wajahnya menatap Vanya, dia tersenyum lalu mengusap pucuk kepala vanya, merasa sangat bersyukur karena ditakdirkan menjadi pendamping Vanya.“Terima kasih sayang....” ucap Vicky yang langsung di balas senyuman hangat oleh Vanya.Vanya berjalan menuju tempat Kirana, Luke dan putra mereka berada, Vanya tersenyum lembut menyapa Kirana yang terus meneteskan air mata.Kirana