Home / Romansa / Wanita Penghibur sang Presdir / BAB 16 | Pertengkaran

Share

BAB 16 | Pertengkaran

Author: Jihan Fahrira
last update Last Updated: 2023-07-30 19:50:05
"Aku mencarimu ke mana-mana," kata Sandra sembari bergelayut manja di lengan Ganesha. Mengabaikan keberadaan Geisha di sana.

Ganesha menghembuskan napasnya perlahan. Ia sedikit melirik ke arah Geisha yang sudah bergeser ke belakang, kemudian menekan tombol untuk menutup pintu.

"Aku ingin berbelanja," ucap Sandra dengan suara mendayu-dayu.

"Bukankah kemarin sudah?" sahut Ganesha.

Sandra mengerucutkan bibirnya. "Berbelanja ke luar negeri, maksudku."

"Heish ...." Ganesha melangkah keluar begitu pintu lift terbuka di lantai tujuh. Sandra masih menggelayuti lengannya, sementara Geisha berjalan di belakang mereka berdua. Mereka masuk ke ruangan Ganesha bersamaan.

"Jangan bersikap seperti ini di area kantor, Sandra." Ganesha menepis pelan wanita yang menempel pada lengannya tersebut. Ia merasa sedikit tak enak hati karena di sini juga ada Geisha.

"Biasanya tidak apa-apa," protes Sandra.

"Ada sekretarisku. Tolong jaga sikapmu," pinta pria itu.

Sandra mendengus. Ia lantas melirik sinis
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 17 | Jangan Cemburu

    "Kau tidak pergi ke kantor?" tanya Geisha yang baru saja melihat Ganesha menyusulnya ke dapur dengan pakaian santai. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tidak biasanya pria itu belum bersiap.Ganesha berdehem pelan, sebelum akhirnya menjawab, "Aku sedang tidak ingin pergi.""Kenapa? Bukankah kau harus menyelesaikan pekerjaan secepatnya, sebelum akhirnya mengambil libur untuk menemani kekasihmu berlibur ke luar negeri?" cecar gadis itu. Suara pisau beradu dengan papan talenan. Geisha tengah memotong sayuran dengan bentuk dadu."Tentang pekerjaan, biarlah menjadi urusanku. Kau tidak perlu ikut campur," sahut Ganesha malas.Geisha tersenyum masam. "Tidak ada yang ikut campur. Aku pun hanya bertanya. Kalau tidak mau menjawab, ya sudah. Lagi pula, aku juga tidak terlalu peduli dengan kegiatanmu."Ganesha meradang. Pria itu mengepalkan tangannya kuat-kuat saat mendengar ucapan Geisha. Setelah pertengkarannya dengan gadis itu semalam, ia langsung saja masuk ke kamarnya, tanpa men

    Last Updated : 2023-07-30
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 18 | Happy Birthday, Geisha!

    "Kau jatuh cinta padaku," ucap Ganesha seraya kembali menegakkan tubuhnya. Ia tersenyum, seolah merasa bangga. "Ya. Tentu saja. Siapa yang bisa menolak pesonaku?"Geisha sudah tercengang menatap pada pria tersebut. "Aku tidak mengatakan apa-apa. Jangan berbicara seenaknya. Kau mengklaim diriku sebagai milikmu di hadapan adik tirimu. Dan sekarang, kau mengklaim bahwa aku jatuh cinta padamu. Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu."Ganesha terkekeh pelan menanggapi ungkapan Geisha. Sementara, gadis itu terlihat memberengut tak suka."Lagi pula, kau ini punya kekasih! Jangan mempermainkan perasaanku!" dengus Geisha seraya kembali menyuap makanannya."Oh .... Sudah tumbuh rasa padaku, rupanya." Ganesha bergumam. "Aku ucapkan terima kasih atas perasaanmu terhadapku. Tapi maaf, aku tidak mungkin bisa membalasnya."Ganesha melirik pada Geisha yang kini semakin memasang wajah muram. Padahal, ia hanya berniat menggoda gadis itu saja. Tapi, sepertinya Geisha benar-benar terlihat marah.M

    Last Updated : 2023-07-31
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 19 | Menangkap Basah

    Segala persiapan untuk berangkat ke Turki hampir selesai. Dokumen seperti paspor, visa, dan kartu identitas lain sudah siap. Tinggal menunggu waktu keberangkatan saja, yaitu tiga hari lagi.Ganesha terlihat berjalan mondar-mandir di dalam ruang kerjanya saat sebuah nomor yang ia panggil tak kunjung menjawab teleponnya. Pria itu berdecap, juga mengumpat. Ia berniat meninggalkan ruangannya, sebelum akhirnya teringat bahwa Geisha berada di sana."Aku akan keluar sebentar. Kau tunggu di sini saja," ucap pria itu kepada Geisha yang kini berjalan mendekatinya.Gadis itu memegangi lengan Ganesha, dan menatapnya. "Master tidak akan lama, 'kan?" tanyanya dengan wajah lugu."Tidak. Tenang saja. Aku akan langsung kembali saat urusanku selesai." Ganesha menepis perlahan tangan Geisha yang memegangi dirinya. Pria itu berlalu keluar dari dalam ruangannya, meninggalkan Geisha seorang diri di sana."Perasaanku benar-benar tidak enak. Semoga saja tidak terjadi apa-apa," gumam Geisha yang masih mematung

    Last Updated : 2023-08-01
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 20 | Ada Apa dengan Master?

    Geisha hampir saja tertidur dalam posisi duduknya di atas sofa kantor, sebelum akhirnya tersentak ketika mendengar suara ketukan pintu. Gadis itu mengucek matanya sejenak, kemudian memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya. Ia pun berjalan mendekati pintu.Tok! Tok! Tok!"Iya, sebentar," sahut gadis itu ketika pintu ruangan tersebut kembali diketuk.Geisha meraih gagang pintu, membukanya perlahan. Gadis itu tertegun untuk sejenak. Menatap pada pria jangkung yang kini berdiri di hadapannya."Oh? Bagaimana kau ada di sini?" tanya pria itu.Geisha masih terdiam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya, gadis itu menjawab, "Aku ... bekerja di sini.""Di mana kakakku?" tanya pria itu lagi. Samuel melongokkan kepalanya untuk mengamati ruangan kerja Ganesha di kantor, dan ia tak mendapati pria itu di sana."Ganesh– Ehm! Maksudku, Pak Ganesha sedang keluar. Dia ... ada urusan." Geisha masih berdiri, memegang gagang pintu."Boleh aku masuk?""Oh? Y–ya. Tentu." Geisha menggeser tubuhnya. Memberi

    Last Updated : 2023-08-02
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 21 | Adegan Romansa

    Geisha melirik ragu pada Ganesha yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua tengah berada di loteng rumah sakit saat ini. Berdiri di belakang dinding setinggi delapan puluh sentimeter yang menjadi pagar pembatas. Angin sore menerpa wajah keduanya. Menerbangkan rambut Geisha yang tergerai panjang.Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah. Oh, apa Ganesha berniat mendorongnya dari lantai delapan rumah sakit?"Kau tahu apa salahmu?" tanya Ganesha dengan suara dinginnya. Pria itu masih enggan menatap Geisha. Pandangannya lurus ke arah depan. Di mana hamparan perkotaan padat, berserta gedung-gedung pencakar langit terlihat."Aku sudah minta maaf.""Apa itu cukup?" sela Ganesha. Pria itu lantas menatap pada Geisha yang kini kembali menundukkan kepalanya. "Di mana-mana, wanita sama saja. Mudah berkhianat, mudah pula mengucapkan maaf. Seakan perasaan kami, para pria, tidak ada artinya bagi mereka." Ganesha mendengus di akhir kalimatnya."Tapi, aku tidak merasa melakukan kesalahan apa pun.

    Last Updated : 2023-08-02
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 22 | Cemburu?

    Tiga hari telah berlalu semenjak insiden di rumah sakit, dan ini adalah hari di mana Ganesha akan berangkat berlibur ke Turki bersama dengan Geisha. Mereka sudah menyiapkan apa-apa saja yang akan mereka bawa sejak semalam, terutama Geisha. Bagi gadis itu, ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri. Ia sungguh bersemangat."Master, apa aku perlu meminum obat anti mabuk perjalanan?" celetuk Geisha saat ia dan Ganesha baru saja menyelesaikan sarapan paginya.Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sementara, mereka akan berangkat pukul setengah tiga siang ini."Kau mabuk udara?" tanya Ganesha dengan sebelah alis yang terangkat kala menatap Geisha.Gadis itu menggeleng. "Aku belum pernah naik pesawat."Ganesha terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Bagaimana dengan vitamin yang aku berikan?""Astaga. Iya, iya. Aku meminumnya sejak kemarin," decak Geisha. Ia benar-benar merasa jengah saat Ganesha terus saja mengingatkannya untuk meminum obat dari pria tersebut."Bagus. Jangan

    Last Updated : 2023-08-03
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 23 | Mati Rasa

    "Apa Master hanya mencoba mengelak?" tanya Geisha, "aah ...." Gadis itu tersenyum geli. "Master menyukai aku?"Geisha berdecap. Ia lantas melirik suasana sekitarnya. Kemudian, pria itu berbisik di telinga Geisha, "Tidak ada hal lain yang aku sukai darimu, selain tubuhmu." Pria itu mengecup cuping telinga Geisha, kemudian melanjutkan, "Apa kau sudah selesai datang bulan? Sepertinya ... aku harus menghukummu karena sudah lancang memberi kesimpulan tentang perasaanku."Geisha bergidik ngeri. Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah saat Ganesha terus saja menggodanya dengan meniup dan mengecup daun telinganya. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, saat sebuah lenguhan hampir lolos dari dirinya. "Please ....""Kenapa?" tanya Ganesha dengan suara beratnya. Pria itu masih berbicara di dekat telinga Geisha."Ja–jangan seperti ini di dalam pesawat," peringat gadis itu.Ganesha menyeringai. "Aku rasa, kita bisa mencari hotel di dekat bandara begitu transit di Hongkong.""Hah? Ap–apa?"Tib

    Last Updated : 2023-08-03
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 24 | Menyangkal

    "Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position." Terdengar suara pramugari yang mengumumkan bahwa pesawat akan mendarat.Geisha melongokkan kepala, bermaksud mengintip keadaan di luar pesawat melalui jendela yang ada di samping Ganesha. "Whoa ....""Jangan membuatku malu," gumam Ganesha dari samping gadis itu.Geisha mencebikkan bibirnya. "Aku hanya heran. Padahal, kita menempuh penerbangan lebih dari empat belas jam. Tapi, sampai di sini masih pagi."Ganesha memutar kedua bola matanya. "Kau tidak belajar dengan benar saat di sekolah, huh?""Oh. Aku belajar. Hanya saja, aku tidak pernah merasakan perbedaan zona waktu secara langsung. Wajar jika aku merasa heran," dengus Geisha.Pria di sampingnya itu mendecih. Mereka sudah memasang sabuk pengaman dengan baik. Beberapa menit lagi, pesawat akan landing."Aku takut," ucap Geisha saat merasakan perasaan tak nyaman kembali menyergapnya.Ganesha terdiam ses

    Last Updated : 2023-08-04

Latest chapter

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 113 | Epilog

    Beberapa bulan kemudian ...."Ergh, sakit!" ringis Geisha sembari terus meremas tangan sang suami yang menggenggamnya. Peluh mengucur di kening dan pelipis wanita itu. Bibirnya pucat, bahkan membiru ketika ia terus menggigitnya kuat-kuat demi menahan sakitnya kontraksi yang ia alami.Ganesha menatap sendu sang istri yang masih duduk di atas gym ball di sebuah bilik persalinan rumah sakit. "Tahan, Sayang. Tidak lama lagi, kita bertemu Baby.""Sakit sekali. Aaakhh hah hah ...!" Wanita itu terengah-engah menahan sakit. Ia semakin kuat meremas tangan suaminya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk mengusap perut bulatnya.Ganesha segera berlutut di hadapan tubuh sang istri yang berada dalam posisi duduk tersebut. "Maafkan aku, Sayang. Aku membuatmu sakit. Maafkan aku," lirih pria itu seraya mendongakkan wajah untuk menatap sang istri."Kau bicara apa? Dasar!" cibir Geisha pelan. Sedetik kemudian, wajahnya kembali mengerut dan meringis kesakitan. "Awhh!""Aku berhutang nyawa dua kali p

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 112 | Rujuk

    "Ahh hah ... hah ... eunghhh!" Suara lenguhan tersebut terdengar memenuhi ruangan seluas tiga kali tiga meter yang merupakan kamar Geisha. Wanita itu terlihat kewalahan untuk mengimbangi permainan Ganesha yang menggila."Ahh, Sayang, kau benar-benar nikmat," ucap Ganesha di tengah desahannya. Pria itu terus menghentak panggulnya untuk mengerjai tubuh sang istri."Pelan– ohh pelan. Shh emhh," racau Geisha yang kini meremas sprei di bawahnya.***Geisha terbangun ketika suara gaduh mulai memenuhi seisi rumah. Ia begitu yakin bahwa anak-anak telah kembali bersama Samuel dan juga Alexa. Dirinya harus cepat merapikan penampilan, sebelum kedua orang dewasa itu menggodanya, jika saja mereka tahu apa yang baru saja ia lakukan bersama Ganesha."Aih .... Bagaimana aku harus menutupi ini?" gumam Geisha pelan ketika melihat banyak tanda kissmark di lehernya. Wanita yang tengah bercermin itu segera melirik kesal pada seorang pria yang masih terlelap di atas ranjangnya. "Dasar kurang ajar!" gerutun

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 111 | Usaha untuk Rujuk

    Geisha terbangun dari tidur lelapnya dengan rasa mual yang luar biasanya menderanya. Wanita itu buru-buru turun dari ranjang, yang sialnya, hal itu justru membuat kepalanya terasa berputar seketika. Untuk beberapa saat, ia terdiam dan mencoba mengatur napas, berusaha menormalkan pengelihatannya yang sempat mengabur.Begitu merasa lebih baik, Geisha bergegas keluar dari kamarnya. Ia terkejut bukan main lantaran ketika pintu terbuka, Ganesha sudah berdiri di hadapannya dengan senyum yang menurut wanita itu begitu bodoh."Menyingkir! Aku mual melihat wajahmu!" ketus Geisha yang langsung mendorong Ganesha untuk menjauh. Wanita itu buru-buru menuju kamar mandi, kemudian lekas memuntahkan isi perutnya. "Hmmb– hoek!" Berkali-kali Geisha mencoba mengeluarkan isi perut. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening serta kekuningan.Ganesha datang dan segera membantu sang istri. Pria itu memijat pelan tengkuk wanita tersebut, guna merangsang agar Geisha lebih leluasa untuk muntah."Hoekk!" Berhas

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 110 | Perjuangan Ganesha

    "Hei, Tuan! Kita bahkan tidak saling mengenal!" celetuk Alexa dengan nada protes. Ia tak ingin menjadi bahan bakar atas kesalahpahaman yang terjadi antara sepasang suami istri di depannya ini."Memangnya kenapa?" Ganesha menatap ke arah Alexa. "Aku dan dia bahkan tidak saling mengenal mulanya, tapi kami tidur bersama," ucapnya secara frontal."Dasar gila!" desis Samuel pelan. "Lex, abaikan ucapannya laki-laki sinting ini! Cepat bawa anak-anak masuk ke dalam!" perintahnya kemudian.Alexa mengangguk setuju. Ia pun lantas membawa Gabriel dan Giselle untuk masuk ke dalam. Meninggalkan ketiga orang dewasa lain di teras rumah tersebut.Di sana, Geisha masih terlihat menatap tajam ke arah Ganesha. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat-kuat demi menahan emosinya yang meluap-luap sampai ke ubun-ubun lantaran mendengar penuturan sang suami yang berniat menikahi Alexa."Pergilah!" usir Samuel setelah keheningan yang beberapa saat menyelimuti."Tidak tanpa istri dan anakku," sahut Ganesha dengan

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 109 | Ingin Kembali

    Bruk!Ganesha menjatuhkan diri. Pria itu berlutut di hadapan sang istri dengan kepala yang tertunduk, serta bahu yang tampak lesu. "Aku mengaku salah. Tolong .... Maafkan aku. Kecemburuanku terhadap adikku justru membuatku gelap mata dengan menyakitimu dan putra kita."Geisha masih berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Wanita itu memalingkan wajahnya ke samping. "Bangunlah. Tidak ada gunanya kau meminta maaf saat ini. Keputusanku masih sama. Aku tetap ingin bercerai darimu," tutur wanita itu tanpa ragu sedikit pun. Kemudian, dirinya memilih untuk meninggalkan sosok yang masih terdiam dalam posisi bersimpuhnya tersebut.BLAM!Pintu kamar Geisha tertutup dengan suara dentuman yang cukup keras lantaran wanita itu memang sengaja membantingnya dengan penuh emosi.***Di sisi lain, Alexa dan Samuel tampak menikmati waktu bersama di bawah pohon tak jauh dari sungai. Samuel terlihat membaringkan kepalanya pada paha wanita muda itu. Mereka menikmati suasana sore menjelang pe

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 108 | Dia Kembali

    Tiga hari sudah, Geisha dirawat di rumah sakit. Dan sore ini, wanita itu sudah diizinkan untuk pulang ke rumah. Namun, selama dua hari ini, Ganesha sama sekali tak terlihat, bahkan berkunjung.Geisha kini duduk di tepi ranjang pasiennya dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Jarum infus yang selama tiga hari ini terpasang di punggung tangannya sudah dilepas siang tadi. Lukanya pun sudah ditutup plester. Namun, dia perlu menunggu Bibi Margaretha yang masih menyelesaikan administrasi rumah sakit."Ke mana dia? Apakah dia benar-benar tidak ingin bertemu denganku lagi?" gumam Geisha bertanya-tanya. Tatapannya terus tertuju pada pintu masuk ruang rawat inapnya yang terbuka lebar."Ah, bodoh! Untuk apa menunggu orang itu? Dia hanya menyusahkanku saja," gerutu Geisha dengan suara yang pelan. Wanita itu lantas menghela napas berat. Bahunya mendadak lesu, seiring dengan perasaan tak nyaman dalam dadanya. Ia merasa hampa. Padahal, sebelum pergi ke rumah sakit dan kembali bertemu Ganesha, dirinya

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 107 | Positif

    Samuel dan Bibi Margaretha tercekat begitu mendengar suara tirai bilik tempat Geisha terbaring itu tersibak oleh seseorang. Mereka menoleh secara bersamaan, kemudian melihat seorang perawat yang sebelumnya ikut memeriksa kondisi Geisha.Perawat itu tersenyum seraya melangkah mendekat. Tangannya mendorong meja kecil dengan monitor di atasnya. "Dokter sebentar lagi akan kemari untuk pemeriksaan lanjutan."Samuel dan Bibi Margaretha saling melempar pandangan. Belum sempat mereka menanggapi ucapan perawat tersebut, orang-orang Ganesha sudah melihat keberadaan mereka."Tuan! Di sini!" seru salah satu ajudan Ganesha.Pria yang dipanggil Tuan itu segera mengayun langkahnya mendekati bilik Geisha. Membuat Samuel buru-buru keluar dari dalam sana.BUAGH!Samuel tersungkur ke atas lantai dingin rumah sakit. Membuat orang-orang yang ada di sana dan melihat kejadian tersebut pun memekik lantaran terkejut."Keparat!" maki Ganesha sembari mencengkeram kerah kemeja Samuel dalam posisi berlutut."Tuan

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 106 | Keberadaan

    Ganesha berdiri di dekat jendela ruangannya. Ini sudah satu bulan semenjak kepergian sang istri. Dan tidak dipungkiri, pria itu merasakan sebuah ruang di hatinya yang terasa begitu hampa.Pria dengan rambut yang mulai sedikit panjang tersebut menghela napas berat. Memandang hiruk pikuk kota dari lantai empat belas dengan tatapan gusar."Ke mana lagi aku harus mencari?" gumam pria itu pelan.Tok! Tok! Tok!Pintu ruangan itu diketuk. Suara menggema yang dihasilkannya pun tak membuat Ganesha mengalihkan perhatiannya dari jendela sedikit pun. Pria itu hanya berseru, "Masuk!"Tak berselang lama, seseorang membuka pintu. Seorang wanita dengan pakaian semi formal dan rambut tersanggul ke atas mulai berjalan menghampiri sang atasan. "Tuan Gara," panggilnya dengan hati-hati."Ada apa?""Rapat dengan Dewan Direksi akan segera dimulai. Apakah Tuan tidak ingin bersiap?" tanya wanita yang merupakan sekretaris tersebut.Ganesha terdiam sejenak, dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia tengah berpikir

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 105 | Teman Baru

    "Mama, aku bosan," keluh Gabriel yang sejak tadi hanya duduk di bawah pohon apel dengan tangan yang menopang dagu."Kau tidak melakukan apa-apa sejak tadi, tentu saja merasa bosan," sahut Geisha yang tengah sibuk mengupas apel untuk dimasukkan ke dalam wadah persegi."Pergilah bersama anak-anak yang lain. Mereka bermain menangkap kupu-kupu dan mandi di sungai," tambah wanita cantik itu lagi.Gabriel hanya mendengus mendengar penuturan sang ibu. Bocah itu semakin menekuk wajahnya saja. "Nanti bajuku kotor. Ini pemberian Paman.""Mama bisa mencucinya. Pergilah bermain!" titah Geisha sekali lagi. Namun, putranya itu sama sekali tidak mengindahkan perintahnya."Aku rindu Paman," ungkap Gabriel sebagai alasan."Kau sendiri pun tahu jika pamanku pergi ke Amerika," jawab Geisha yang kini mulai sibuk menuang jus kemasan ke dalam gelas."Kita pergi ke Amerika saja, kalau begitu, Mama. Bersama Paman, Bibi Alexa, dan juga Giselle." Menyebutkan nama Giselle, membuat wajah Gabriel berbinar seketik

DMCA.com Protection Status