Share

BAB 22 | Cemburu?

Author: Jihan Fahrira
last update Last Updated: 2023-08-03 19:00:32
Tiga hari telah berlalu semenjak insiden di rumah sakit, dan ini adalah hari di mana Ganesha akan berangkat berlibur ke Turki bersama dengan Geisha. Mereka sudah menyiapkan apa-apa saja yang akan mereka bawa sejak semalam, terutama Geisha. Bagi gadis itu, ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri. Ia sungguh bersemangat.

"Master, apa aku perlu meminum obat anti mabuk perjalanan?" celetuk Geisha saat ia dan Ganesha baru saja menyelesaikan sarapan paginya.

Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Sementara, mereka akan berangkat pukul setengah tiga siang ini.

"Kau mabuk udara?" tanya Ganesha dengan sebelah alis yang terangkat kala menatap Geisha.

Gadis itu menggeleng. "Aku belum pernah naik pesawat."

Ganesha terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Bagaimana dengan vitamin yang aku berikan?"

"Astaga. Iya, iya. Aku meminumnya sejak kemarin," decak Geisha. Ia benar-benar merasa jengah saat Ganesha terus saja mengingatkannya untuk meminum obat dari pria tersebut.

"Bagus. Jangan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 23 | Mati Rasa

    "Apa Master hanya mencoba mengelak?" tanya Geisha, "aah ...." Gadis itu tersenyum geli. "Master menyukai aku?"Geisha berdecap. Ia lantas melirik suasana sekitarnya. Kemudian, pria itu berbisik di telinga Geisha, "Tidak ada hal lain yang aku sukai darimu, selain tubuhmu." Pria itu mengecup cuping telinga Geisha, kemudian melanjutkan, "Apa kau sudah selesai datang bulan? Sepertinya ... aku harus menghukummu karena sudah lancang memberi kesimpulan tentang perasaanku."Geisha bergidik ngeri. Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah saat Ganesha terus saja menggodanya dengan meniup dan mengecup daun telinganya. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, saat sebuah lenguhan hampir lolos dari dirinya. "Please ....""Kenapa?" tanya Ganesha dengan suara beratnya. Pria itu masih berbicara di dekat telinga Geisha."Ja–jangan seperti ini di dalam pesawat," peringat gadis itu.Ganesha menyeringai. "Aku rasa, kita bisa mencari hotel di dekat bandara begitu transit di Hongkong.""Hah? Ap–apa?"Tib

    Last Updated : 2023-08-03
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 24 | Menyangkal

    "Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position." Terdengar suara pramugari yang mengumumkan bahwa pesawat akan mendarat.Geisha melongokkan kepala, bermaksud mengintip keadaan di luar pesawat melalui jendela yang ada di samping Ganesha. "Whoa ....""Jangan membuatku malu," gumam Ganesha dari samping gadis itu.Geisha mencebikkan bibirnya. "Aku hanya heran. Padahal, kita menempuh penerbangan lebih dari empat belas jam. Tapi, sampai di sini masih pagi."Ganesha memutar kedua bola matanya. "Kau tidak belajar dengan benar saat di sekolah, huh?""Oh. Aku belajar. Hanya saja, aku tidak pernah merasakan perbedaan zona waktu secara langsung. Wajar jika aku merasa heran," dengus Geisha.Pria di sampingnya itu mendecih. Mereka sudah memasang sabuk pengaman dengan baik. Beberapa menit lagi, pesawat akan landing."Aku takut," ucap Geisha saat merasakan perasaan tak nyaman kembali menyergapnya.Ganesha terdiam ses

    Last Updated : 2023-08-04
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 25 | Kesalahan Fatal

    Sepanjang waktu yang mereka habiskan di London, Geisha terus saja menekuk wajahnya. Ia sama sekali tidak bersemangat seperti ketika baru turun dari pesawat tadi. Gadis itu lebih banyak melamun."Kalau kau diam terus, aku akan membawamu ke hotel!" ancam Ganesha yang merasa jengah dengan sikap Geisha yang memilih diam. Gadis itu hanya mengangguk atau pun menggelengkan kepala setiap Ganesha berbicara."Geisha!" gertak pria itu marah.Geisha tidak merespons. Gadis itu justru berjalan cepat mendahului Ganesha."Aku tidak akan mengikutimu! Terserah kau saja!" teriak Ganesha saat punggung Geisha perlahan menjauh darinya. "Kau dengar aku?! Aku tidak akan mengikutimu! Pergilah sesuka hatimu!"Geisha masih enggan menolehkan kepalanya, meski Ganesha terus berteriak ke arahnya. Gadis itu semakin mempercepat langkah kakinya."Hah! Terserah kau saja!" dengus Ganesha kesal. Pria itu terdiam sesaat, sebelum akhirnya memutuskan pergi dari tempatnya semula. Ia enggan memikirkan Geisha kali ini. Biarlah

    Last Updated : 2023-08-04
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 26 | Bagimu, Aku Apa?

    Di tengah-tengah usaha pencariannya terhadap Geisha, ia menangkap siluet sosok pria yang tengah berdiri tak jauh dari area toilet wanita. Pria itu memegang sebuah tas, yang ia yakini sebagai milik Geisha.Ganesha memutuskan untuk menghampiri pria tersebut."Bukankah ini milik kekasihku?" tanya Ganesha dengan wajah tak bersahabat begitu ia menjangkau pria tersebut. Ganesha melirik pada ransel di tangan pria itu, kemudian merebutnya dengan paksa saat ia yakin bahwa itu milik Geisha."Seharusnya, kau tidak boleh membiarkan kekasihmu berjalan seorang diri di negeri orang, Tuan. Kecuali, jika kau memang tidak peduli terhadapnya," ucap pria tersebut, yang merupakan Jack.Ganesha mendengus keras. "Tidak perlu mengajariku. Pergilah! Aku yang akan menunggunya."Jack menggeleng tak percaya. Pria itu lantas meninggalkan Ganesha yang kini menunggu di tempatnya semula."Kak Jack, aku sudah sele–sai."Ganesha menoleh. Ia menatap Geisha dengan wajah keruh. "Kau pergi ke mana saja?! Aku mencarimu seja

    Last Updated : 2023-08-05
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 27 | Ada yang Tidak Beres

    "Bagiku ... kau ...." Ganesha semakin mengeratkan pelukannya. Wajahnya tenggelam di balik punggung Geisha."Aku tidak tahu," ucap pria itu, "jangan bertanya. Yang jelas, aku tidak memiliki perasaan untukmu." Pria itu kembali menekankan. Ia begitu trauma dengan perasaan mendalam yang ia tunjukan untuk wanita. Dirinya sudah sering kali menerima pengkhianatan dari wanita yang ia sayangi.Geisha bergeming. Bukankah ucapan Ganesha sudah sangat jelas? Perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan, tanpa bisa terbalas sampai kapan pun. Hatinya mendadak sakit. Dadanya bergemuruh sesak. Perlahan, lelehan air mata mulai mengalir keluar dari sudut matanya, membasahi bantal yang menjadi alas berbaring kepalanya.***Sore itu, mereka pergi ke sebuah selat yang cukup terkenal di Istanbul, yang sering disebut gerbang dua benua. Ganesha mengajak Geisha berwisata dengan pesiar Bosphorus."Seharusnya, kau membawa mantelmu. Bukankah aku sudah katakan sebelumnya? Udara musim gugur sedikit lebih dingin. Terleb

    Last Updated : 2023-08-05
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 28 | Firasat Buruk

    Ganesha baru saja menjauh dari pintu kamar hotelnya. Ia mendekati pintu lift, kemudian menekan sebuah tombol. Dengan sabar, pria itu menanti hingga pintu tersebut terbuka. Dari dalam sana, keluar seorang pelayan pria dengan sebuah troli.'Sepertinya room service,' batin Ganesha. Ia berpikir untuk membuat pesanan melalui pelayan tersebut. Namun, dirinya mengurungkan niat. Lebih leluasa jika datang dan memilih menu secara langsung, pikirnya.Ganesha segera masuk ke dalam lift setelah pelayan beserta troli itu keluar dari dalam. Pria itu menekan tombol. Pintu lift tertutup, kemudian bergerak turun.Begitu tiba di lantai satu, Ganesha segera keluar dan menuju service bar. Pria itu memesan dua porsi kebab dan baklava, makanan khas Turki, juga dua gelas Turkish tea."Your order will be delivered in twenty minutes, Sir," ucap wanita yang menerima pesanan Ganesha.Ganesha menganggukkan kepala. Kemudian, ia memutuskan untuk meninggalkan service bar. Dua puluh menit cukup untuk sekedar mencari

    Last Updated : 2023-08-05
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 29 | Apakah Ulah Tuan Black?

    Geisha terbangun dari tidurnya dalam kondisi kepala yang teramat berat. Dunia terasa berputar-putar baginya. Ia mengernyit dalam mata terpejam. Gadis itu menekan pelipisnya seraya mendesis pelan.Geisha kembali membuka matanya perlahan saat pusing pada kepalanya perlahan menghilang. Untuk sesaat, ia dibuat linglung dengan pemandangan ruangan yang tengah ia tempati.Gadis itu melirik ke sana kemari. Kemudian, ia menemukan sebuah tiang penyangga cairan infus. Punggung tangannya terpasang jarum infus. Geisha mengernyit bingung."Kami sudah memeriksa pria yang Tuan maksud. Tapi, tidak ada yang aneh dengan pria itu, Tuan. Dia hanya turis biasa. Namanya Elliot Jack. Ibunya berkebangsaan Turki, sementara ayahnya berdarah Asia. Dia pergi ke Turki untuk mengunjungi orang tuanya." Terdengar suara seorang pria dari luar ruangan yang ditempati oleh Geisha."Bagaimana dengan ibuku?" Kali ini, Ganesha yang berbicara."Tuan, Nyonya Clarissa sepertinya tidak ada kena-mengenanya dengan kejadian ini.""

    Last Updated : 2023-08-06
  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 30 | Maafkan Aku, Master!

    Ganesha baru tiba di rumahnya, dan pengawalnya sudah langsung memberondongnya dengan beberapa laporan."Tuan, Nona Geisha memberontak. Tangannya terluka, dan dia tidak ingin diobati," lapor pria berseragam jas hitam tersebut.Ganesha menghela napas, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar yang ditempati oleh Geisha. Pria itu mengatur napas sejenak, sebelum akhirnya membuka pintu. Ia terbelalak mendapati darah gadis itu yang bercecer di atas lantai."Master!" Geisha melompat turun dari ranjang yang kondisinya sudah berantakan. Tangan kanannya menutupi punggung tangan kirinya. Menekannya dengan kuat untuk menghentikan pendarahan akibat jarum infus yang dilepas secara paksa."Apa-apaan, kau ini?!" gertak Ganesha.Geisha terkesiap mendengar Ganesha yang meneriakinya dengan wajah garang. Gadis itu seketika mundur beberapa langkah dengan kepala tertunduk."Paman Daniel, panggil perawat untuk mengobati lukanya!" teriak Ganesha kepada pengawalnya yang menunggu di luar kamar."M–Master, ak

    Last Updated : 2023-08-06

Latest chapter

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 113 | Epilog

    Beberapa bulan kemudian ...."Ergh, sakit!" ringis Geisha sembari terus meremas tangan sang suami yang menggenggamnya. Peluh mengucur di kening dan pelipis wanita itu. Bibirnya pucat, bahkan membiru ketika ia terus menggigitnya kuat-kuat demi menahan sakitnya kontraksi yang ia alami.Ganesha menatap sendu sang istri yang masih duduk di atas gym ball di sebuah bilik persalinan rumah sakit. "Tahan, Sayang. Tidak lama lagi, kita bertemu Baby.""Sakit sekali. Aaakhh hah hah ...!" Wanita itu terengah-engah menahan sakit. Ia semakin kuat meremas tangan suaminya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk mengusap perut bulatnya.Ganesha segera berlutut di hadapan tubuh sang istri yang berada dalam posisi duduk tersebut. "Maafkan aku, Sayang. Aku membuatmu sakit. Maafkan aku," lirih pria itu seraya mendongakkan wajah untuk menatap sang istri."Kau bicara apa? Dasar!" cibir Geisha pelan. Sedetik kemudian, wajahnya kembali mengerut dan meringis kesakitan. "Awhh!""Aku berhutang nyawa dua kali p

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 112 | Rujuk

    "Ahh hah ... hah ... eunghhh!" Suara lenguhan tersebut terdengar memenuhi ruangan seluas tiga kali tiga meter yang merupakan kamar Geisha. Wanita itu terlihat kewalahan untuk mengimbangi permainan Ganesha yang menggila."Ahh, Sayang, kau benar-benar nikmat," ucap Ganesha di tengah desahannya. Pria itu terus menghentak panggulnya untuk mengerjai tubuh sang istri."Pelan– ohh pelan. Shh emhh," racau Geisha yang kini meremas sprei di bawahnya.***Geisha terbangun ketika suara gaduh mulai memenuhi seisi rumah. Ia begitu yakin bahwa anak-anak telah kembali bersama Samuel dan juga Alexa. Dirinya harus cepat merapikan penampilan, sebelum kedua orang dewasa itu menggodanya, jika saja mereka tahu apa yang baru saja ia lakukan bersama Ganesha."Aih .... Bagaimana aku harus menutupi ini?" gumam Geisha pelan ketika melihat banyak tanda kissmark di lehernya. Wanita yang tengah bercermin itu segera melirik kesal pada seorang pria yang masih terlelap di atas ranjangnya. "Dasar kurang ajar!" gerutun

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 111 | Usaha untuk Rujuk

    Geisha terbangun dari tidur lelapnya dengan rasa mual yang luar biasanya menderanya. Wanita itu buru-buru turun dari ranjang, yang sialnya, hal itu justru membuat kepalanya terasa berputar seketika. Untuk beberapa saat, ia terdiam dan mencoba mengatur napas, berusaha menormalkan pengelihatannya yang sempat mengabur.Begitu merasa lebih baik, Geisha bergegas keluar dari kamarnya. Ia terkejut bukan main lantaran ketika pintu terbuka, Ganesha sudah berdiri di hadapannya dengan senyum yang menurut wanita itu begitu bodoh."Menyingkir! Aku mual melihat wajahmu!" ketus Geisha yang langsung mendorong Ganesha untuk menjauh. Wanita itu buru-buru menuju kamar mandi, kemudian lekas memuntahkan isi perutnya. "Hmmb– hoek!" Berkali-kali Geisha mencoba mengeluarkan isi perut. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening serta kekuningan.Ganesha datang dan segera membantu sang istri. Pria itu memijat pelan tengkuk wanita tersebut, guna merangsang agar Geisha lebih leluasa untuk muntah."Hoekk!" Berhas

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 110 | Perjuangan Ganesha

    "Hei, Tuan! Kita bahkan tidak saling mengenal!" celetuk Alexa dengan nada protes. Ia tak ingin menjadi bahan bakar atas kesalahpahaman yang terjadi antara sepasang suami istri di depannya ini."Memangnya kenapa?" Ganesha menatap ke arah Alexa. "Aku dan dia bahkan tidak saling mengenal mulanya, tapi kami tidur bersama," ucapnya secara frontal."Dasar gila!" desis Samuel pelan. "Lex, abaikan ucapannya laki-laki sinting ini! Cepat bawa anak-anak masuk ke dalam!" perintahnya kemudian.Alexa mengangguk setuju. Ia pun lantas membawa Gabriel dan Giselle untuk masuk ke dalam. Meninggalkan ketiga orang dewasa lain di teras rumah tersebut.Di sana, Geisha masih terlihat menatap tajam ke arah Ganesha. Wanita itu mengepalkan tangannya kuat-kuat demi menahan emosinya yang meluap-luap sampai ke ubun-ubun lantaran mendengar penuturan sang suami yang berniat menikahi Alexa."Pergilah!" usir Samuel setelah keheningan yang beberapa saat menyelimuti."Tidak tanpa istri dan anakku," sahut Ganesha dengan

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 109 | Ingin Kembali

    Bruk!Ganesha menjatuhkan diri. Pria itu berlutut di hadapan sang istri dengan kepala yang tertunduk, serta bahu yang tampak lesu. "Aku mengaku salah. Tolong .... Maafkan aku. Kecemburuanku terhadap adikku justru membuatku gelap mata dengan menyakitimu dan putra kita."Geisha masih berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Wanita itu memalingkan wajahnya ke samping. "Bangunlah. Tidak ada gunanya kau meminta maaf saat ini. Keputusanku masih sama. Aku tetap ingin bercerai darimu," tutur wanita itu tanpa ragu sedikit pun. Kemudian, dirinya memilih untuk meninggalkan sosok yang masih terdiam dalam posisi bersimpuhnya tersebut.BLAM!Pintu kamar Geisha tertutup dengan suara dentuman yang cukup keras lantaran wanita itu memang sengaja membantingnya dengan penuh emosi.***Di sisi lain, Alexa dan Samuel tampak menikmati waktu bersama di bawah pohon tak jauh dari sungai. Samuel terlihat membaringkan kepalanya pada paha wanita muda itu. Mereka menikmati suasana sore menjelang pe

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 108 | Dia Kembali

    Tiga hari sudah, Geisha dirawat di rumah sakit. Dan sore ini, wanita itu sudah diizinkan untuk pulang ke rumah. Namun, selama dua hari ini, Ganesha sama sekali tak terlihat, bahkan berkunjung.Geisha kini duduk di tepi ranjang pasiennya dengan kaki yang menjuntai ke lantai. Jarum infus yang selama tiga hari ini terpasang di punggung tangannya sudah dilepas siang tadi. Lukanya pun sudah ditutup plester. Namun, dia perlu menunggu Bibi Margaretha yang masih menyelesaikan administrasi rumah sakit."Ke mana dia? Apakah dia benar-benar tidak ingin bertemu denganku lagi?" gumam Geisha bertanya-tanya. Tatapannya terus tertuju pada pintu masuk ruang rawat inapnya yang terbuka lebar."Ah, bodoh! Untuk apa menunggu orang itu? Dia hanya menyusahkanku saja," gerutu Geisha dengan suara yang pelan. Wanita itu lantas menghela napas berat. Bahunya mendadak lesu, seiring dengan perasaan tak nyaman dalam dadanya. Ia merasa hampa. Padahal, sebelum pergi ke rumah sakit dan kembali bertemu Ganesha, dirinya

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 107 | Positif

    Samuel dan Bibi Margaretha tercekat begitu mendengar suara tirai bilik tempat Geisha terbaring itu tersibak oleh seseorang. Mereka menoleh secara bersamaan, kemudian melihat seorang perawat yang sebelumnya ikut memeriksa kondisi Geisha.Perawat itu tersenyum seraya melangkah mendekat. Tangannya mendorong meja kecil dengan monitor di atasnya. "Dokter sebentar lagi akan kemari untuk pemeriksaan lanjutan."Samuel dan Bibi Margaretha saling melempar pandangan. Belum sempat mereka menanggapi ucapan perawat tersebut, orang-orang Ganesha sudah melihat keberadaan mereka."Tuan! Di sini!" seru salah satu ajudan Ganesha.Pria yang dipanggil Tuan itu segera mengayun langkahnya mendekati bilik Geisha. Membuat Samuel buru-buru keluar dari dalam sana.BUAGH!Samuel tersungkur ke atas lantai dingin rumah sakit. Membuat orang-orang yang ada di sana dan melihat kejadian tersebut pun memekik lantaran terkejut."Keparat!" maki Ganesha sembari mencengkeram kerah kemeja Samuel dalam posisi berlutut."Tuan

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 106 | Keberadaan

    Ganesha berdiri di dekat jendela ruangannya. Ini sudah satu bulan semenjak kepergian sang istri. Dan tidak dipungkiri, pria itu merasakan sebuah ruang di hatinya yang terasa begitu hampa.Pria dengan rambut yang mulai sedikit panjang tersebut menghela napas berat. Memandang hiruk pikuk kota dari lantai empat belas dengan tatapan gusar."Ke mana lagi aku harus mencari?" gumam pria itu pelan.Tok! Tok! Tok!Pintu ruangan itu diketuk. Suara menggema yang dihasilkannya pun tak membuat Ganesha mengalihkan perhatiannya dari jendela sedikit pun. Pria itu hanya berseru, "Masuk!"Tak berselang lama, seseorang membuka pintu. Seorang wanita dengan pakaian semi formal dan rambut tersanggul ke atas mulai berjalan menghampiri sang atasan. "Tuan Gara," panggilnya dengan hati-hati."Ada apa?""Rapat dengan Dewan Direksi akan segera dimulai. Apakah Tuan tidak ingin bersiap?" tanya wanita yang merupakan sekretaris tersebut.Ganesha terdiam sejenak, dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia tengah berpikir

  • Wanita Penghibur sang Presdir   BAB 105 | Teman Baru

    "Mama, aku bosan," keluh Gabriel yang sejak tadi hanya duduk di bawah pohon apel dengan tangan yang menopang dagu."Kau tidak melakukan apa-apa sejak tadi, tentu saja merasa bosan," sahut Geisha yang tengah sibuk mengupas apel untuk dimasukkan ke dalam wadah persegi."Pergilah bersama anak-anak yang lain. Mereka bermain menangkap kupu-kupu dan mandi di sungai," tambah wanita cantik itu lagi.Gabriel hanya mendengus mendengar penuturan sang ibu. Bocah itu semakin menekuk wajahnya saja. "Nanti bajuku kotor. Ini pemberian Paman.""Mama bisa mencucinya. Pergilah bermain!" titah Geisha sekali lagi. Namun, putranya itu sama sekali tidak mengindahkan perintahnya."Aku rindu Paman," ungkap Gabriel sebagai alasan."Kau sendiri pun tahu jika pamanku pergi ke Amerika," jawab Geisha yang kini mulai sibuk menuang jus kemasan ke dalam gelas."Kita pergi ke Amerika saja, kalau begitu, Mama. Bersama Paman, Bibi Alexa, dan juga Giselle." Menyebutkan nama Giselle, membuat wajah Gabriel berbinar seketik

DMCA.com Protection Status