Home / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 3. Menemui Mutia.

Share

Chapter 3. Menemui Mutia.

Author: mbak miss
last update Last Updated: 2022-11-26 13:01:04

"Permisi, Pak.''

Andrina menyapa seorang security yang tengah berjaga disana.

Pagi-pagi sekali, gadis itu sudah berdiri di depan gerbang sebuah rumah mewah bergaya Mediterania.

Dia benar-benar menjalankan niat dan berusaha memantapkan hati, untuk mengakhiri misi ini. Berulang kali, dia terlihat menghela nafas untuk menetralisir rasa gugupnya, berharap Mutia bersedia menyetujui keinginannya.

''Ya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?'' tanya seorang pria bername-tage Suparman.

''Apa benar, ini kediaman Nyonya Mutia Wibisono?''

Security itu memperhatikan secara intens penampilan gadis muda di depannya.

''Iya, benar. Mbak siapa ya? Ada keperluan apa?'' tanya si security dengan tatapan menelisik.

''Saya Andrina, saya ingin bertemu Nyonya Mutia. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan beliau,'' kata Andrina.

''Maaf, Mbak. Jika mbak tidak menyampaikan tujuan secara jelas. Mbak Andrina dilarang masuk. Karena kami tidak bisa menerima tamu sembarangan.'' Pria itu menolak tegas kedatangan Andrina.

''Saya mohon, Pak. Ini sangat penting. Saya harus bertemu Nyonya Mutia,'' pinta Andrina dengan tatapan memohon.

''Mohon maaf, saya tidak bisa menerima orang asing seperti mbak.''

''Saya bukan orang asing. Saya punya bukti, kalau saya mengenal Nyonya Mutia,'' sahut Andrina cepat dengan menunjukkan kartu nama yang sempat diberi Mutia waktu itu.

Security itu tampak berfikir. Tak berapa lama kemudian, dia mengangguk menyetujui.

''Tunggu sebentar, saya lapor ke dalam dulu.''

''Baik, Pak.''

Beberapa menit kemudian, Security itu kembali dengan membuka pintu gerbangnya.

''Silahkan, Mbak.''

Andrina membalas dengan senyum manisnya.

Gadis muda itu, berjalan perlahan memasuki sebuah halaman luas, matanya memindai bangunan mewah di depannya, tampak sebuah taman kecil berada tepat di depan teras. Tak jauh di sampingnya tampak rerumputan hijau yang terpangkas rapi, karena ada yang merawat setiap hari. Beberapa tanaman dengan berbagai jenis tumbuh segar, menyejukkan mata memandang.

''Silahkan, masuk. Nyonya sudah menunggu.'' Suara seseorang mengalihkan perhatian Andrina.

''Iya,'' jawab Andrina.

Dia mengikuti langkah wanita paruh baya berpakaian pelayan itu.

Saat memasuki rumah, lagi-lagi gadis muda itu dibuat kagum dengan interior di dalamnya. Kemewahan begitu kental. Andrina mengagumi lantai bermotif mozaik yang dipijakinya. Baru kali ini, dia melihat motif lantai seindah itu.

''Dari lantainya saja terlihat, kalau ini marmer mahal. Bukan keramik murahan yang terpasang di rumah yang mudah retak, saat cuaca ekstrem. Belum lagi, perabotan lainnya. Dan semua terlihat mewah. Memang ya, kalau berduit bisa membeli apapun yang diinginkan.'' Andrina bergumam di sepanjang jalan menuju ruang pribadi Mutia.

Wanita baya yang ada di depannya, hanya bisa menggelengkan kepala, mendengar gumaman gadis itu.

''Sudah sampai. Silahkan masuk. Nyonya sudah menunggu,'' kata wanita itu ketika sampai di depan sebuah ruangan.

''Baik. Terimakasih, Bu,'' jawab Andrina dengan sopan.

Wanita itu, hanya mengangguk sebelum meninggalkan Andrina.

Tok-tok-tok....

''Masuk.''

Andrina membuka pintu setelah mendapat sahutan dari dalam.

''Selamat pagi, Nyonya,'' sapa Andrina.

''Pagi,'' jawab Mutia dengan datar.

''Ada apa? Sampai kau mendatangiku sepagi ini.'' Wanita itu masih menyibukkan diri dengan membolak-balikan majalah di tangannya.

''Dan kenapa kau berpakaian seperti itu? Dimana pakaian misimu?'' tanya Mutia dengan menurunkan sedikit kaca mata bacanya.

Memang, Andrina sengaja memakai pakaian sederhana yang biasa dia pakai, bukan pakaian kekurangan bahan pemberian Mutia.

''Saya ingin menyampaikan sesuatu, Nyonya,'' lirih Andrina.

''Apa?'' Mutia meletakkan majalahnya, karena merasa gadis muda itu akan menyampaikan sesuatu yang penting.

''Saya....''

Andrina meragu untuk mengutarakan maksudnya antara gugup dan takut menjadi satu.

''Apa, Andrina? Aku harap kau akan menyampaikan berita bagus untukku. Kau berhasil menggoda putraku,'' tebak Mutia.

''Kau berhasil dengan misimu, Andrina. Cepat katakan seperti itu,'' sambungnya dengan antusias.

''Bukan, Nyonya,'' sahut Andrina cepat.

Mutia memudarkan senyumnya.

''Lantas?'' Mutia menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban gadis itu.

''Cepat katakan, Andrina,'' geram Mutia karena gadis itu tak kunjung membuka suara.

''Saya....''

''Saya ingin mundur.'' Andrina berkata dengan lirih.

''Keraskan suaramu! Aku tidak dengar.''

''Saya ingin mundur dari misi ini!''

''APA?!''

Andrina memejamkan matanya mendengar suara lantang Mutia.

''Saya ingin mundur dari misi ini, Nyonya. Saya sudah tidak sanggup,'' kata Andrina dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya

''Apa alasannya?'' Mutia menatap tajam wanita muda itu.

''Saya tidak sanggup,'' tegas Andrina.

''Aku tidak menerima, alasanmu tidak cukup,'' sergah Mutia.

Andrina memberanikan diri menatap Mutia.

''Selama dua bulan ini, saya sudah berusaha, Nyonya. Saya melakukan berbagai cara untuk menggoda Tuan Gavin. Bahkan, saya pernah menunjukkan tubuh tanpa pakaian di depannya. Saya sudah merendahkan harga diri saya. Tapi tidak pernah sekalipun, dia tertarik dengan saya. Jangankan tertarik, melirik pun tidak. Usaha saya sia-sia, Nyonya,'' tutur Andrina dengan mata berkaca-kaca.

''Tuan Gavin selalu menghina saya wanita murahan. Belum lagi, Tuan Erick yang selalu mengancam saya. Hati saya sakit, Nyonya. Saya sudah seperti wanita yang tidak punya harga diri. Saya tidak sanggup! Saya ingin mundur,'' kata Andrina diakhiri nada tegasnya.

Air mata sudah mengalir deras membasahi pipinya.

''Tapi itu sepadan dengan uang yang sudah kukeluarkan untukmu,'' balas Mutia dengan santainya.

Andrina menatap tak percaya wanita tua di depannya.

''Apa orang kaya selalu berlaku seperti ini terhadap orang miskin seperti saya?''

Bukannya menjawab, Mutia malah menyilangkan tangannya dengan angkuh di depan Andrina.

''Saya hanya memberimu penawaran, Andrina. Saya tidak pernah memaksamu. Kau dengan sukarela menyetujuinya.''

Andrina terbungkam, semua yang dikatakan Mutia benar.

''Setuju atau tidak, saya akan tetap mundur! Permisi,'' tegas Andrina.

Andrina berlalu meninggalkan ruangan itu. Dia tidak ingin terpengaruh lagi oleh tipu daya wanita tua angkuh itu.

''Baiklah, aku terima pengunduran dirimu. Tapi, jangan salahkan aku. Saat kau sampai di rumah. Kau akan menemukan ayah dan adikmu dalam keadaan tak bernyawa.''

Andrina menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap tajam Mutia.

''Saya tidak akan terpengaruh dengan bualanmu, Nyonya.''

Dia menyangkal ancaman Mutia, mungkin saja wanita tua itu hanya menggertak agar dia mau mengurungkan niat

''Membual, ya. Oke, akan kutunjukkan, bualanku'' ucap Mutia penuh kelembutan dengan tatapan tajam menusuk.

Mutia memanggil assisten setianya melalui sambungan telepon.

''Aku ada tugas untukmu, Freddy. Eksekusi ayah dan anak laki-lakinya, di perumahan yang kita datangi tempo hari,'' kata Mutia dengan menyeringai licik.

Andrina menegang di tempat. ''Dia benar-benar melakukannya,'' batinnya.

''Bagaimana, menurutmu?'' tanya Mutia.

''Urusan Anda dengan saya. Jangan libatkan ayah dan adik saya!" geram Andrina.

''Keselamatan mereka tergantung dirimu.''

''Ternyata, Anda orang yang licik, Nyonya. Rela menghalalkan segala cara untuk sebuah tujuan,'' kata Andrina tanpa rasa takut sedikitpun.

''Agar kau tahu, kau tidak bisa bermain-main denganku. Dari awal, sudah ku peringatkan. Kau tidak bisa mundur setelah kau terjun. Dan kau menyetujuinya. Lantas, kenapa sekarang kau ingin mundur hanya karena sebuah hinaan?''

''Semua tergantung keputusanmu, nyawa mereka ada di tanganmu.''

Andrina berada dalam sebuah dilema. Satu sisi dia tidak ingin kehilangan harga dirinya. Disisi lain, dia tidak ingin kehilangan dua orang yang dia sayangi.

''Beri saya waktu. Tapi tolong, jangan sakiti ayah dan adik saya,'' pintanya menghiba.

''Baiklah. Ku beri waktu dua hari untuk berfikir. Lebih dari itu, nyawa mereka melayang."

Related chapters

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 4. Kilas Balik (Permasalahan)

    ''Hallo ... Ada apa menghubungiku di jam kerja?" tanya Andrina dengan berbisik ketika mengangkat telpon dari adiknya.Dia terpaksa menghentikan pekerjaan, matanya awas melongok kanan-kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat aktivitasnya.''Halo, Kak. Bapak kambuh, obatnya juga habis. Bagaimana ini, Kak?''Suara panik adiknya menyapa indra pendengarannya untuk pertama kali.''Kamu tenang dulu. Buatkan air hangat untuk bapak! Nanti, sepulang kerja kakak akan beliin obatnya,'' kata Andrina berusaha menenangkan adiknya.Meskipun, dia tak tahu akan mendapat uang darimana. Dia akan mengusahakannya, dengan meminta gajinya bulan ini terlebih dahulu, misalnya.''Oke, nanti aku buatkan buat bapak.''''Kak,'' panggil Andhika lagi.''Ya, apa?''''Emmm ... gimana ya?'' Andhika meragu untuk menyampaikan.''Apa, Dhika?'' tanya Andrina dengan tidak sabar, ''cepetan kerjaan kakak belum selesai.''''Uang bulanan sekolahku nunggak tiga bulan. Sebentar lagi, aku juga ujian semester. Aku diberi waktu t

    Last Updated : 2022-11-26
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 5. Kilas Balik (Penawaran Menggiurkan)

    ''Aku harus bagaimana, Tuhan. Aku sedang butuh uang banyak, kebutuhanku mendesak. Tapi bagaimana caraku mendapatkannya? Tolong beri aku petunjuk," gumamnya dengan frustasi Andrina memutuskan berhenti di sebuah taman untuk merenung sendirian, memikirkan barbagai macam masalah dan cara menyelesaikan secepat mungkin. Saat ini pikirannya benar-benar buntu. Dia tidak memegang uang sama sekali, di dalam dompetnya hanya tersisa uang berwarna hijau untuk uang saku adiknya besok.Dia juga tidak tahu harus meminjam uang kepada siapa karena kebanyakan teman-temannya juga seperti dirinya. Hanya sebagai pegawai biasa yang mempunyai segudang kebutuhan. Untuk kembali meminjam uang kepada rentenir bukanlah solusi yang tepat. Dia tidak ingin hutangnya semakin menumpuk.''Aku bisa membantumu, Wanita Muda."Andrina mengalihkan perhatian ketika mendengar suara wanita yang berasal dari arah sampingnya. ''Anda siapa?'' tanya andrina dengan memindai penampilan wanita itu dari atas sampai bawah.Semua yang

    Last Updated : 2022-11-26
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 6. Masalah yang Belum Usai

    "Kak, Na ... Lihat! Ibu-ibu yang pernah datang kesini waktu itu mengirim banyak bahan makanan dan beberapa hadiah untukku kita." Suara riang adiknya menyapa indra pendengaran Andrina ketika memasuki rumah.Netranya melirik beberapa pepper bag yang berjajar di atas meja, sedangkan tak jauh darinya ada beberapa bahan makan lengkap yang tertata rapi di lantai."Lihat ini, bajunya bagus, 'kan, Kak Na? Ini salah satu kaos dan sepatu impianku. Teman-temanku banyak yang punya. Akhirnya, aku punya sepatu ini." Andhika menunjukkan pakaian dan sepatu yang tengah dia pakai.Binar kebahagiaan tergambar jelas di wajah pemuda itu saat mendapat kedua benda incarannya.Andrina masih tidak percaya dengan apa yang dia dilihat saat ini. Pasalnya, baru beberapa menit yang lalu dia bersitegang dengan wanita tua itu. Tapi, untuk apa sekarang dia mengirimkan semua ini. Apa ini semacam sogokan, batinnya menerka-nerka. Namun, dia bersyukur bisa melihat kebahagiaan yang tepancar dari wajah adiknya. Sudah lama,

    Last Updated : 2022-11-29
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

    "Bagus, Andrina. Ini yang aku suka darimu, sikap tegasmu." Mutia memuji tulus gadis yang ada di hadapannya."Sekarang, duduklah! Aku akan menjelaskan semuanya," sambung wanita baya itu.Andrina menurut saja, dia menjatuhkan bobot tubuhnya pada kursi yang ada di hadapan Mutia. Wanita itu tampak memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman untuk gadis yang ada di depannya."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Andrina dengan wajah datar."Ooo, rupanya kau sudah tidak sabar." Mutia terkekeh kecil."Cepat katakan, Nyonya. Saya harus segera kembali ke rumah sakit," kata Andrina dengan menahan kesal."Baiklah, jadi...."Andrina mendengar dengan seksama penjelasan demi penjelasan dari Mutia, hingga beberapa menit kemudian, matanya terbelalak ketika mendengar ucapan terakhir dari wanita itu."Apa saya harus melakukan itu, Nyonya?" tanya Andrina untuk memastikan jika dia tidak salah dengar."Iya, kau harus melakukannya. Pastikan! Lakukan sampai berhasil. Karena aku sangat menginginkan ha

    Last Updated : 2022-12-03
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 8. Menunda Rencana

    "Kamu disini?" tanya Andrina yang tidak bisa menutupi rasa terkejutnya saat melihat seorang pria bertelanjang dada di hadapannya."Jangan bilang kalian habis melakukan itu lagi?" tanyanya lagi dengan memicingkan mata.Si pria hanya memberi respon acuh malah menyilangkan tangan di depan gadis itu."Kalau iya, kenapa? Apa urusanmu?" tanya Erick dengan menaikkan kedua alisnya."Oh, tentu menjadi urusan saya. Karena saya sekretaris sekaligus bodyguard Tuan Gavin," ucap Andrina menatap berani pria bermata sipit itu."Anda menghalangi jalan saya, Tuan. Permisi." Gadis itu menyerobot masuk begitu saja dengan menyeret koper besarnya.Dia juga menyenggol kasar lengan pria itu."Hei, siapa yang menyuruhmu masuk?!" teriak Erick tidak terima."Tidak ada. Karena saya bodyguard Tuan Gavin tidak ada yang bisa melarang saya memasuki tempat ini, bahkan Tuan Gavin sekalipun." Andrina akan menunjukkan sisi angkuhnya ketika berhadapan dengan Erick.Pria itu hanya mendengus kesal, sejak kehadiran wanita si

    Last Updated : 2022-12-03
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 9. Godaan di Pagi Hari.

    "Ssss, kenapa tanganku pegal sekali." Gavin mendesis saat merasakan beban berat pada lengannya.Dia mengira jika yang berada dalam dekapannya adalah sebuah guling. Namun, semakin dirasa kenapa permukaan gulingnya terasa keras. Tangan kekarnya mulai meraba-raba, hingga sampai pada permukaan benda lembut yang membuatnya merasa nyaman saat menyentuhnya."Apa ini?" gumamnya.Perlahan, dia mulai membuka mata, sedikit mengernyit ketika sinar terang masuk pada celah gorden kamar. Netranya menangkap sosok pemilik rambut legam tengah terlelap berbantalkan lengannya."Hei, siapa kamu?" tanya Gavin dengan suara serak khas orang bangun tidur.Matanya membelalak sempurna saat mengetahui ada orang asing berada satu ranjang dengannya. Dan dia seorang perempuan."Andrina, sedang apa kamu di sini?" Teriakan Gavin berhasil menyadarkan seorang wanita dari alam mimpinya. Dengan malas, dia membalikkan tubuh membelakangi Gavin karena mata masih enggan untuk terbuka."Andrina!" teriak Gavin dengan nada lebi

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 10. Mencari Kambing Hitam

    "Stop! Anda dilarang masuk, Tuan Erick."Dengan sigap, Andrina pasang badan berdiri di hadapan seorang pria yang baru keluar dari lift. Dia merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi jalan pria itu."Bisa tidak? Sehari saja kau tidak mengusik hariku dengan Gavin," keluh Erick frustasi, berusaha menahan bongkahan kekesalan dalam hatinya."Tidak! Karena ini memang tugas saya untuk menjauhkan Anda dari Tuan Gavin," tegas Andrina, "perintah langsung dari Nyonya Mutia."Erick mendengus kesal setiap kali mendengar nama Mutia di sebut. Wanita tua itu selalu melakukan berbagai cara untuk menjauhkannya dari Gavin, termasuk mengirimkan wanita menyebalkan ini, contohnya."Sampai sini paham, Tuan?" tanya Andrian dengan nada penuh kelembutan diiringi senyum manisnya."Tidak!" Erick menggeser paksa tubuh berbalut pakaian ketat itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangan Gavin.Melihat hal itu, Andrina tidak tinggal diam. Dia segera menyusul pria itu, kemudian menghadang kembali langkahnya

    Last Updated : 2022-12-07
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 11. Pembalasan Andrina

    "Apa kau sedang mencari kambing hitam, Tuan?" Andrina mengulang pertanyaannya. "Tidak!""Lalu?" tanya wanita itu lagi dengan menaikkan sebelah alisnya."Ini semua gara-gara kau menunjukkan lekuk tubuhmu kepadaku," ujar Gavin dengan nada rendah.Baik Andrina maupun Erick sama-sama menganga tak percaya mendengar pernyataan Gavin. Kedua orang itu tampak sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa Tuan Gavin mulai tergoda denganku? Itu artinya ...," batin Andrina menyeringai senang."Apa Gavin mulai sembuh? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Gavin tidak boleh seperti itu, dia harus tetap seperti ini," pikir Erick gelisah."Apa yang telah kau lakukan, Andrina?" Erick bertanya penuh geram pada gadis di sampingnya. Matanya melotot tajam seolah ingin menguliti tubuh wanita itu hidup-hidup."Tidak ada. Aku hanya menjalankan tugas dari Nyonya Divia""Asal kau tau, Tuan Erick. Semalam, aku berhasil tidur satu ranjang dengan Tuan Gavin. Dia mendekap erat tubuhku," ucapnya dengan dibuat se-sensual mun

    Last Updated : 2022-12-09

Latest chapter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 21. Harus Menepati Janji

    "Heh, Gavin ada, gak?"Suara gebrakan di mejanya berhasil mengejutkan Andrina yang semula fokus dengan pekerjaannya. Seketika wanita itu melayangkan tatapan maut pada pria yang berdiri angkuh di hadapannya. "Apa kamu gak pernah diajarin sopan santun, Tuan Erick?""Berani kamu sama saya?" Erick menunjuk geram wajah Andrina lengkap dengan tatapan sengitnya."Lah, memang situ siapa? Hantu atau setan atau jangan-jangan ... Iblis yang menyamar jadi manusia?""Wanita ini—" Tanpa basa-basi, Erick segera menarik rambut panjang Andrina yang sengaja digerai, hingga membuat si empu memekik kesakitan."Lepas! Sakit tau?" Andrina berteriak dengan suara tertahan. Tak ingin mengalah begitu saja, wanita itu pun segera meraih rambut Erick menggunakan kedua tangannya sebagai pembalasan. Yang membuat Erick meloloskan jeritannya."Berani kamu, hah?!" "Kalau iya, kenapa?" Andria membalas dengan nada berteriak.Kerib

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 20. Penyebab Gavin Seperti ini

    ''Itu karena...." Gavin masih ragu untuk mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan sang ibu.''Karena apa, Gavin? Katakanlah! Mommy butuh alasanmu," desak Mutia."Karena aku aku takut bosan, Mom. Lalu berakhir selingkuh dan saling menyakiti satu sama lain.""Aku ... Aku tidak ingin seperti mommy dan daddy, yang tiap hari ribut karena masalah perselingkuhan.''Mutia menegang di tempat kala mendengar pengakuan dari mulut putranya. Dia tidak menyangka masalahnya bersama sang suami lah yang membuat putranya seperti ini.''Maafkan, Mommy...," gumam Mutia setetes air mata luruh ke pipinya saat mengingat peristiwa itu.Kala itu memang kerap terjadi pertengkaran antar dirinya dan mendiang sang suami yang tidak lain adalah Wibisono. Tentu masalahnya masalah rumah tangga pada umumnya jika bukan hal perekonomian ya perempuan. Untuk perekonomian memang keluarga kecil Mutia tak pernah kekurangan karena sang suami mempunyai banyak bisnis yang menjamur di berbagai kota dalam negeri dan dua neg

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 19. Siasat Mutia

    ''Kenapa Anda masih mempertahankan gadis itu, Nyonya?" tanya Freddy setelah panggilan atasannya berakhir.Mutia menghembuskan nafas kasar. "Apa kau tau alasanku, kenapa aku begitu pemilih dengan wanita yang bersedia menjalankan misi dariku, Freddy? Padahal bisa saja aku mengambil salah satu wanita malam yang ada di club-club malam." Wanita baya itu memandang lurus ke depan.''Saya kurang paham, Nyonya," jawab Freddy penuh kesopanan.''Itu karena aku akan menjadikannya sebagai ibu dari cucuku. Yang tentu saja bersedia mengandung benih putraku."''Dan itu artinya ... Anda akan menjadikan Andrina sebagai menantu," tebak Freddy penuh kehati-hatian.''Ya," jawab Mutia singkat, "aku sudah tua tidak selamanya aku akan terus mengawasi putraku. Aku pun butuh penerus untuk memajukan bisnis keluarga. Di sisa umurku ini, aku ingin melihat putraku menikah dan mempunyai keturunan, Freddy," sambungnya dengan wajah sendu.Ibu mana yang tahan melihat anaknya seperti itu. Terlebih dengan terang-terang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status