Home / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

Share

Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

Author: mbak miss
last update Last Updated: 2022-12-03 03:56:43

"Bagus, Andrina. Ini yang aku suka darimu, sikap tegasmu." Mutia memuji tulus gadis yang ada di hadapannya.

"Sekarang, duduklah! Aku akan menjelaskan semuanya," sambung wanita baya itu.

Andrina menurut saja, dia menjatuhkan bobot tubuhnya pada kursi yang ada di hadapan Mutia. Wanita itu tampak memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman untuk gadis yang ada di depannya.

"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Andrina dengan wajah datar.

"Ooo, rupanya kau sudah tidak sabar." Mutia terkekeh kecil.

"Cepat katakan, Nyonya. Saya harus segera kembali ke rumah sakit," kata Andrina dengan menahan kesal.

"Baiklah, jadi...."

Andrina mendengar dengan seksama penjelasan demi penjelasan dari Mutia, hingga beberapa menit kemudian, matanya terbelalak ketika mendengar ucapan terakhir dari wanita itu.

"Apa saya harus melakukan itu, Nyonya?" tanya Andrina untuk memastikan jika dia tidak salah dengar.

"Iya, kau harus melakukannya. Pastikan! Lakukan sampai berhasil. Karena aku sangat menginginkan hasilnya," jawab Mutia dengan tenang.

Andrina menggigit bibir bawahnya, ingin rasanya dia menolak keinginan terakhir wanita itu. Tapi, dia takut Mutia kembali menarik uang yang sudah masuk dalam rekeningnya, lalu dia gagal membayar biaya perawatan sang ayah. Dia menggeleng pelan, sungguh dia tidak ingin itu terjadi.

"Setelah kau berhasil melakukan itu dengan putraku. Kau boleh mundur dari misi ini dan aku aku akan bertanggung jawab penuh atas hidupmu, Andrina."

Andrina mendongak mendengar ucapan Mutia. "Bagaimana caranya?"

"Menikahkanmu dengan putraku. Aku janji."

Andrina menatap lekat mata wanita itu untuk memastikan tidak ada kebohongan di dalamnya.

"Baiklah. Untuk menolak pun aku tidak bisa, 'kan?"

Mutia tersenyum puas mendengar jawaban gadis itu. "Gadis cerdas. Sekarang, nikmati makananmu, baru setelah itu kau boleh pergi. Nanti, aku akan mengabari waktunya."

Andrina menurut, lalu mereka menikmati hidangan yang ada di depan mereka dengan hening.

"Apa permintaan Anda tidak terlalu berlebihan, Nyonya?" tanya Freddy setelah kepergian gadis itu.

Kini, di tempat itu hanya ada Mutia dan Asistennya.

"Berlebihan bagaimana?" Mutia balik bertanya sembari menyesap minumannya.

"Saya rasa itu sangat keterlaluan untuk gadis itu, Nyonya." Freddy memberanikan diri mengutarakan pendapatnya.

"Apa pekerjaanmu sekarang beralih mencampuri urusanku, Freddy," sindir wanita baya itu dengan melirik sinis asisten setianya.

Pria berjas rapi segera mengatupkan mulut rapat-rapat karena merasa salah bicara.

"Maaf, Nyonya. Tidak lagi."

Terdengar hembusan nafas berat dari bibir Mutia. "Andai kau tau, Freddy. Sebenarnya, aku juga tidak tega berbuat seperti ini pada Andrina." Mutia membuka suara dengan nada rendah.

"Dia wanita yang tepat untuk putraku. Dia wanita tangguh yang rela melakukan apa saja untuk keluarganya. Seperti halnya dia, aku pun juga akan melakukan hal yang sama demi putraku."

"Kau pasti tau, alasanku sebenarnya meminta Andrina melakukan itu. Sudahlah! Kita pulang sekarang." Mutia mengakhiri pembicaraan, kemudian beranjak dari tempatnya diikuti si Asisten setia.

________

"Dhika, tolong jaga bapak." Andrina membuka suara setelah selesai membersihkan tubuh sang ayah, "mungkin selama beberapa waktu ke depan. Kakak hanya akan berkunjung setiap akhir pekan atau mungkin jika ada waktu senggang," lanjutnya lagi sembari merapikan alat-alat yang baru saja dia gunakan.

"Kak Na, mau kemana?" tanya Andhika tanpa mengalihkan pandangan dari layar gadget-nya.

Pemuda itu masih asik dengan game online yang ia mainkan.

"Bos kakak ada urusan di luar kota dan kakak harus ikut. Untuk sementara, kakak harus menetap di sana sampai urusannya selesai." Andrina memberi penjelasan pada adiknya.

Tentu saja, itu hanya sebuah alibi untuk melancarkan misinya.

Semalam, Freddy menghubungi dirinya untuk meminta gadis itu tinggal di apartemen Gavin sampai rencana kedua berhasil ia jalankan. Mutia juga akan memberi kompensasi besar, selain memenuhi janjinya waktu itu.

Andrina hanya bisa mengiyakan, ia tidak ingin mencari masalah lagi dengan wanita tua sombong itu. Lagi pun, Andrina merasa berhutang budi karena Mutia masih bersedia membantunya, bahkan wanita itu memberi ruang rawat VIP untuk ayahnya.

"Kira-kira sampai berapa lama, Kak?"

"Kakak kurang tau, tergantung urusan si bos serius apa tidak."

"Kamu kalau bekerja yang jujur, Na. Jangan kecewakan atasan, terlebih ibu-ibu yang telah menolongmu. Jarang-jarang, zaman sekarang ada wanita sebaik dia." Sandi membuka suara setelah sejak tadi hanya menjadi pendengar.

"Iya, Pak. Na akan berusaha menjadi yang terbaik untuk mereka."

"Kapan kamu akan berangkat?" tanya Sandi dengan nada lemah menahan batuk.

"Lusa."

"Bapak sehat-sehat ya, selama Na tidak ada. Bapak harus minum obat dengan teratur. Sebenarnya, aku berat meninggalkan bapak dalam kondisi seperti ini," ucap Andrina dengan mata berkaca-kaca.

"Bapak baik-baik saja. Kamu bekerjalah dengan tenang!" Pria baya itu berusaha menunjukkan senyum terbaiknya.

"Dhika, nanti kakak kasih resep obat bapak yang harus ditebus. Jangan sampai lupa!" ujar Andrina dengan nada penuh peringatan.

"Iya...."

"Jangan lupa juga, ingatkan bapak untuk minum obat tepat waktu."

"Hmmm."

"Kamu dengar kakak tidak? Gadget mulu," ujarnya dengan kesal karena adiknya terus menghabaikannya.

"Dengar, Kak Na yang cerewet," jawab pemuda itu dengan gemas sekaligus geram karena dia kalah dalam permainannya.

_____

Waktu yang dinanti pun tiba....

Andrina sudah berdiri di depan sebuah gedung apartemen mewah. Dia menghembuskan nafas berat sebelum memasuki gedung itu. Berulang kali, dia berusaha meyakinkan diri jika dia pasti bisa melalui semuanya.

Andrina juga sudah pasrah jika nanti hidupnya akan berubah setelah keluar dari neraka berkedok gedung mewah ini.

"Saya hanya bisa mengantar sampai disini. Ingat! Lantai 5 unit 201. Jangan sampai salah kamar!" Suara pria yang berdiri di sampingnya menginterupsi.

Andrina hanya mengangguk, kemudian melangkah mantap memasuki gedung itu. Setelah sampai di lantai tujuan, dia melangkah perlahan dengan mata meneliti setiap nomor yang tertera yang tertera pada pintu. Hingga pada akhirnya, dia menemukan unit yang dicari terletak di bagian paling ujung.

Andrina hanya mendengus kesal, "Pasti ada alasan terselubung memilih tempat pojok seperti ini," batinnya.

Tak menunggu lama, dia langsung memencet bel. Satu kali dua kali, tak ada respon oleh si pemilik, hingga dia harus mengulang beberapa kali. Baru sepuluh menit kemudian, telihat ada pergerakan pintu yang sepertinya akan terbuka.

"Kamu di sini?"

Related chapters

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 8. Menunda Rencana

    "Kamu disini?" tanya Andrina yang tidak bisa menutupi rasa terkejutnya saat melihat seorang pria bertelanjang dada di hadapannya."Jangan bilang kalian habis melakukan itu lagi?" tanyanya lagi dengan memicingkan mata.Si pria hanya memberi respon acuh malah menyilangkan tangan di depan gadis itu."Kalau iya, kenapa? Apa urusanmu?" tanya Erick dengan menaikkan kedua alisnya."Oh, tentu menjadi urusan saya. Karena saya sekretaris sekaligus bodyguard Tuan Gavin," ucap Andrina menatap berani pria bermata sipit itu."Anda menghalangi jalan saya, Tuan. Permisi." Gadis itu menyerobot masuk begitu saja dengan menyeret koper besarnya.Dia juga menyenggol kasar lengan pria itu."Hei, siapa yang menyuruhmu masuk?!" teriak Erick tidak terima."Tidak ada. Karena saya bodyguard Tuan Gavin tidak ada yang bisa melarang saya memasuki tempat ini, bahkan Tuan Gavin sekalipun." Andrina akan menunjukkan sisi angkuhnya ketika berhadapan dengan Erick.Pria itu hanya mendengus kesal, sejak kehadiran wanita si

    Last Updated : 2022-12-03
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 9. Godaan di Pagi Hari.

    "Ssss, kenapa tanganku pegal sekali." Gavin mendesis saat merasakan beban berat pada lengannya.Dia mengira jika yang berada dalam dekapannya adalah sebuah guling. Namun, semakin dirasa kenapa permukaan gulingnya terasa keras. Tangan kekarnya mulai meraba-raba, hingga sampai pada permukaan benda lembut yang membuatnya merasa nyaman saat menyentuhnya."Apa ini?" gumamnya.Perlahan, dia mulai membuka mata, sedikit mengernyit ketika sinar terang masuk pada celah gorden kamar. Netranya menangkap sosok pemilik rambut legam tengah terlelap berbantalkan lengannya."Hei, siapa kamu?" tanya Gavin dengan suara serak khas orang bangun tidur.Matanya membelalak sempurna saat mengetahui ada orang asing berada satu ranjang dengannya. Dan dia seorang perempuan."Andrina, sedang apa kamu di sini?" Teriakan Gavin berhasil menyadarkan seorang wanita dari alam mimpinya. Dengan malas, dia membalikkan tubuh membelakangi Gavin karena mata masih enggan untuk terbuka."Andrina!" teriak Gavin dengan nada lebi

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 10. Mencari Kambing Hitam

    "Stop! Anda dilarang masuk, Tuan Erick."Dengan sigap, Andrina pasang badan berdiri di hadapan seorang pria yang baru keluar dari lift. Dia merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi jalan pria itu."Bisa tidak? Sehari saja kau tidak mengusik hariku dengan Gavin," keluh Erick frustasi, berusaha menahan bongkahan kekesalan dalam hatinya."Tidak! Karena ini memang tugas saya untuk menjauhkan Anda dari Tuan Gavin," tegas Andrina, "perintah langsung dari Nyonya Mutia."Erick mendengus kesal setiap kali mendengar nama Mutia di sebut. Wanita tua itu selalu melakukan berbagai cara untuk menjauhkannya dari Gavin, termasuk mengirimkan wanita menyebalkan ini, contohnya."Sampai sini paham, Tuan?" tanya Andrian dengan nada penuh kelembutan diiringi senyum manisnya."Tidak!" Erick menggeser paksa tubuh berbalut pakaian ketat itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangan Gavin.Melihat hal itu, Andrina tidak tinggal diam. Dia segera menyusul pria itu, kemudian menghadang kembali langkahnya

    Last Updated : 2022-12-07
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 11. Pembalasan Andrina

    "Apa kau sedang mencari kambing hitam, Tuan?" Andrina mengulang pertanyaannya. "Tidak!""Lalu?" tanya wanita itu lagi dengan menaikkan sebelah alisnya."Ini semua gara-gara kau menunjukkan lekuk tubuhmu kepadaku," ujar Gavin dengan nada rendah.Baik Andrina maupun Erick sama-sama menganga tak percaya mendengar pernyataan Gavin. Kedua orang itu tampak sibuk dengan pikiran masing-masing."Apa Tuan Gavin mulai tergoda denganku? Itu artinya ...," batin Andrina menyeringai senang."Apa Gavin mulai sembuh? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Gavin tidak boleh seperti itu, dia harus tetap seperti ini," pikir Erick gelisah."Apa yang telah kau lakukan, Andrina?" Erick bertanya penuh geram pada gadis di sampingnya. Matanya melotot tajam seolah ingin menguliti tubuh wanita itu hidup-hidup."Tidak ada. Aku hanya menjalankan tugas dari Nyonya Divia""Asal kau tau, Tuan Erick. Semalam, aku berhasil tidur satu ranjang dengan Tuan Gavin. Dia mendekap erat tubuhku," ucapnya dengan dibuat se-sensual mun

    Last Updated : 2022-12-09
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 12. Usaha Andhika

    [Dhika, kakak belum bisa jenguk kalian tapi kakak sudah transfer uang bulanan.][Bagaimana keadaan bapak? Jauh lebih baik, 'kan? Jangan sampai telat untuk menebus obat bapak! Pastikan sesuai resep yang Kakak berikan waktu itu.][Kalian jaga diri baik-baik. Setelah pekerjaan selesai, kakak akan segera menjenguk kalian.]Andhika menghela nafas panjang setelah membaca sederet pesan yang dikirimkan sang kakak. Lebih dari dua mingguan Andrina belum menjenguk mereka, sedangkan ayahnya terus menanyakan kakaknya dengan alasan 'rindu.'"Sebenarnya, pekerjaanmu apa sih, Kak Na? Apa tidak bisa meluangkan waktu beberapa jam saja untuk menjenguk bapak?""Hei, Dhik."Andhika tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Dilihatnya, seorang pemuda seusianya mendudukkan diri di sampingnya."Gimana ada kabar?" tanya Andhika."Maka dari itu aku menemuimu, ada sesuatu yang akan kau sampaikan padamu.""Cepatlah! Tidak usah bertele-tele," ujar Dhika dengan tidak sabar."Yang kau minta waktu

    Last Updated : 2022-12-15
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 13. Seperti Sosoknya

    ''Bagaimana, Pak? Boleh 'kan aku bekerja? Aku janji tidak akan melupakan semua tugasku. Pemilik restoran memberi keringanan, waktu kerjaku hanya sampai pukul tujuh malam," ucapnya dengan harap-harap cemas.Sandi terdiam sejenak terlihat seperti memikirkan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan putranya.''Bagaimana jika kakakmu tahu, Dhika? Dia pasti tidak akan setuju." Bukannya langsung menjawab, pria itu malah balik bertanya kepada putranya.''Aku melakukan ini diam-diam, Pak," lirihnya.''Aku tidak tega membebani Kak Na terus-menerus. Aku ingin membantu. Dengan bekerja setidaknya, aku bisa menabung untuk biaya kuliah, nanti," sambung Andhika dengan menundukkan kepala.Ada rasa nyeri menelusup di hati pria baya itu. Sandi merasa telah menjadi orang tua yang gagal untuk kedua anaknya. Kondisi tubuh yang ringkih menahan sakit membuatnya tak bisa memforsir tenaga untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia berusaha menahan air mata agar tidak jatuh di hadapan putranya.''Baiklah," jawab Sa

    Last Updated : 2022-12-17
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 14. Mari Bermain, Tuan-Tuan

    ''Kamu siapa? Apa saya mengenalmu?" Seorang wanita muda menatap aneh pemuda itu.''Ma-maaf, Kak. Saya kira kakak saya," jawab Andhika dengan menahan malu karena salah sasaran.Wanita itu mengangguk saja, kemudian pergi meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata pun.''Apa wanita itu ya, yang sejak tadi aku amati? Tidak-tidak, bukan dia."'Aku yakin jika yang kulihat tadi kakakku tengah bersama seorang pria. Lalu, kemana perginya? Siapa pria itu?" Banyak pertanyaan yang berkelebat dalam benaknya.Berbagai pikiran buruk mulai bersarang benaknya. Timbul sebuah kecurigaan mengenai pekerjaan sang kakak. Namun, Andhika tak ingin ambil pusing. Dia memutuskan untuk menanyakan masalah ini ketika bertemu kakaknya nanti.----------------''Kita mau kemana,, Tuan?'' tanya Andrina dengan mengikuti langkah lebar atasannya.Gadis itu tampak terseok-seok karena pakaian yang dia pakai juga sepatu hak tinggi yang membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.''Kau ikut saja. Jangan banyak bertanya! Kau mau

    Last Updated : 2022-12-18
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 15. Andrina Mulai Berulah

    "Huh, tau begini ... Ogah! Aku diajak kemari," gerutu Andrina.Dia menatap malas dua manusia sesama jenis di depannya tengah bermesraan menikmati waktu berdua. Tanpa memedulikan kehadirannya, seakan dirinya ini hanyalah sebuah manekin bernafas.Telinganya terasa panas ketika mendengar tawa kecil dari mulut Erick yang tengah bermanja dengan kekasihnya. Dia juga harus menahan mual ketika melihat mereka melakukan sesuatu yang tidak semestinya dilakukan oleh sesama pria.Terkadang, Andrina tidak habis pikir, apa untungnya menjalin hubungan seperti itu. Bukankah lebih enak menjalin hubungan dengan wanita, bisa grepe-grepe, bisa melakukan sesuatu yang memuaskan. Kalau pisang sama pisang begitu, apa mereka puas?''Eh, apa yang kupikirkan? Ya ampun, Andrina sadar ... sadar, Drina. Gara-gara dua manusia abnormal itu pikiranmu jadi tak karuan," batin gadis itu dengan memukul pelan kepala bagian samping dengan kepalan satu tangannya.''Hei, Wanita Si*lan! Kenapa kau seperti itu? Dasar aneh," te

    Last Updated : 2022-12-20

Latest chapter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 21. Harus Menepati Janji

    "Heh, Gavin ada, gak?"Suara gebrakan di mejanya berhasil mengejutkan Andrina yang semula fokus dengan pekerjaannya. Seketika wanita itu melayangkan tatapan maut pada pria yang berdiri angkuh di hadapannya. "Apa kamu gak pernah diajarin sopan santun, Tuan Erick?""Berani kamu sama saya?" Erick menunjuk geram wajah Andrina lengkap dengan tatapan sengitnya."Lah, memang situ siapa? Hantu atau setan atau jangan-jangan ... Iblis yang menyamar jadi manusia?""Wanita ini—" Tanpa basa-basi, Erick segera menarik rambut panjang Andrina yang sengaja digerai, hingga membuat si empu memekik kesakitan."Lepas! Sakit tau?" Andrina berteriak dengan suara tertahan. Tak ingin mengalah begitu saja, wanita itu pun segera meraih rambut Erick menggunakan kedua tangannya sebagai pembalasan. Yang membuat Erick meloloskan jeritannya."Berani kamu, hah?!" "Kalau iya, kenapa?" Andria membalas dengan nada berteriak.Kerib

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 20. Penyebab Gavin Seperti ini

    ''Itu karena...." Gavin masih ragu untuk mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan sang ibu.''Karena apa, Gavin? Katakanlah! Mommy butuh alasanmu," desak Mutia."Karena aku aku takut bosan, Mom. Lalu berakhir selingkuh dan saling menyakiti satu sama lain.""Aku ... Aku tidak ingin seperti mommy dan daddy, yang tiap hari ribut karena masalah perselingkuhan.''Mutia menegang di tempat kala mendengar pengakuan dari mulut putranya. Dia tidak menyangka masalahnya bersama sang suami lah yang membuat putranya seperti ini.''Maafkan, Mommy...," gumam Mutia setetes air mata luruh ke pipinya saat mengingat peristiwa itu.Kala itu memang kerap terjadi pertengkaran antar dirinya dan mendiang sang suami yang tidak lain adalah Wibisono. Tentu masalahnya masalah rumah tangga pada umumnya jika bukan hal perekonomian ya perempuan. Untuk perekonomian memang keluarga kecil Mutia tak pernah kekurangan karena sang suami mempunyai banyak bisnis yang menjamur di berbagai kota dalam negeri dan dua neg

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 19. Siasat Mutia

    ''Kenapa Anda masih mempertahankan gadis itu, Nyonya?" tanya Freddy setelah panggilan atasannya berakhir.Mutia menghembuskan nafas kasar. "Apa kau tau alasanku, kenapa aku begitu pemilih dengan wanita yang bersedia menjalankan misi dariku, Freddy? Padahal bisa saja aku mengambil salah satu wanita malam yang ada di club-club malam." Wanita baya itu memandang lurus ke depan.''Saya kurang paham, Nyonya," jawab Freddy penuh kesopanan.''Itu karena aku akan menjadikannya sebagai ibu dari cucuku. Yang tentu saja bersedia mengandung benih putraku."''Dan itu artinya ... Anda akan menjadikan Andrina sebagai menantu," tebak Freddy penuh kehati-hatian.''Ya," jawab Mutia singkat, "aku sudah tua tidak selamanya aku akan terus mengawasi putraku. Aku pun butuh penerus untuk memajukan bisnis keluarga. Di sisa umurku ini, aku ingin melihat putraku menikah dan mempunyai keturunan, Freddy," sambungnya dengan wajah sendu.Ibu mana yang tahan melihat anaknya seperti itu. Terlebih dengan terang-terang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status