Home / Romansa / Wanita Penggoda sang CEO / Chapter 2. Merasa Sia-Sia

Share

Chapter 2. Merasa Sia-Sia

Author: mbak miss
last update Last Updated: 2022-11-26 13:00:19

''Pagi, Pak Gavin,'' sapa Andrina diiringi senyum manisnya.

Gavin tak menghiraukan sapaan gadis itu, dia memilih meneruskan langkahnya memasuki ruangan.

''Siapkan jadwalku untuk hari ini,'' perintah Gavin tanpa menoleh kearah sekretarisnya.

''Baik, Pak.''

Andrina telah resmi menjadi sekretaris Gavin. Meski, kemampuannya sempat diragukan. Tetapi pada akhirnya, Gavin bersedia menerima wanita itu, setelah memberi serangkaian tes dengan hasil yang cukup memuaskan.

''Apa jadwalku setelah pertemuan makan siang?'' tanya Gavin setelah si sekretaris selesai membacakan agendanya.

''Kosong, Pak. Ada beberapa berkas penting yang harus Anda tanda tangani,'' ucap Andrina.

''Itu bisa saya kerjakan di rumah. Nanti saya ada janji dengan Erick.''

Andrina memutar bola matanya malas, setiap kali mendengar nama itu.

''Perasaan, kemarin bapak baru bertemu dengannya. Kenapa hari ini bertemu lagi?" tanya Andrina dengan nada penuh ketidaksukaan.

''Bukan urusanmu!" sahut Gavin cepat, ''urusanmu hanya seputar pekerjaan, bukan masalah pribadi saya.''

''Tentu saja menjadi urusan saya. Nyonya Mutia melarang keras, Anda bertemu dengan pria gemulai itu," sarkas Andrina.

Ketika menyebut nama Mutia, seketika dia teringat akan beberapa perintah yang selalu digaungkan wanita itu.

'Dekati putraku, goda dia. Perlihatkan tubuh indahmu. Semakin dia melihat bagian sensitifmu semakin bagus.' Perkataan itu selalu terngiang di telinganya karena hampir setiap hari Mutia mengatakan hal yang sama.

Andrina menghela nafas. "Kau pasti bisa, Andrina!" batinnya untuk menyemangati diri sendiri.

Perlahan-lahan, dia melangkah mendekati Gavin yang mulai fokus pada pekerjaannya. Ketika melihat tak ada teguran dari pria itu, dia semakin memberanikan diri berada tepat di hadapannya.

"Berani kau menghinanya di depanku, kau akan tahu akibatnya," ucap Gavin tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas di depannya.

"Ouh, aku takut," jawab Andrina seolah dia tengah ketakutan.

''Sebenarnya, kau ini bekerja untukku atau untuk ibuku?'' tanya Gavin

''Dua-duanya,'' bisik Andrina.

Wanita itu, memberanikan diri duduk ke pangkuan atasannya. Gavin sempat terkejut dengan tindakan sekretarisnya. Namun, dia segera mengubah keterkejutannya menjadi raut datar minim ekspresi.

"Aku bersedia menyerahkan diriku, semua yang ada padaku akan menjadi milikmu, Pak Gavin. Aku rela menjadi pelampiasanmu. Asal, tubuhmu tidak kau bagi dengan orang lain, sekalipun dengan pacar kekarmu."

"Ini akan menjadi milikmu." Andrina membawa tangan Gavin ke arah tubuh bagian atasnya.

"Ini juga akan menjadi milikmu." Wanita itu berganti menuntun tangan Gavin menuju tubuh bagian bawahnya.

Gavin menarik paksa tangan yang berada dalam kuasa wanita itu. "Aku tidak tertarik dengan semua yang kau tawarkan."

"Benarkah, Pak Gavin?" tanya Andrina dengan membuka seluruh kancing kemeja, hingga terpampanglah seluruh tubuh bagian depannya.

"Apa kau masih tidak tertarik kepadaku, Tuan?"

Bukan tertarik, justru Gavin merasa muak dengan semua tingkah sekretarisnya. Dia mendorong tubuh mungil itu hingga terjembab ke lantai.

"Aww!" pekik Andrina ketika pant*tnya menyentuh benda keras.

"Kau benar-benar menjijikan, entah dari mana mommy memungut wanita sepertimu?"

Perkataan pria itu, bagaikan belati yang menghujam tepat di hati Andrina.

Gadis itu, mengepalkan tangannya kuat, rahangnya mengeras, matanya memerah. Setitik air mata berhasil lolos ke pipi mulusnya.

''Perbaiki penampilanmu, sebentar lagi ada pertemuan penting. Ganti pakaianmu dengan yang lebih sopan. Karena kita akan bertemu investor besar perusahaan ini," kata Gavin dengan nada dingin.

Andrina segera menghapus jejak air matanya. Dia tidak boleh lemah, dia harus kuat dan harus berhasil dalam misi ini.

Dia bergegas memperbaiki penampilannya, menutupi kemeja ketatnya dengan blazzer, mengganti rok span mininya dengan rok selutut tanpa menghapus riasan tebalnya. Beruntung, Andrina selalu sedia baju ganti. Sebelum pulang kerja, dia menyempatkan diri untuk mengganti pakaiannya, agar adik dan ayahnya tidak curiga dengan pekerjaan barunya.

Andrina merahasiakan misi ini dari mereka. Yang mereka tahu, ia bekerja sebagai karyawan di perusahaan besar.

_________

Tanpa terasa, dua bulan sudah, Andrina melakoni pekerjaan sebagai sekretaris Tuan Gavin. Meski selalu hinaan dan cacian yang diterima, tapi hal itu tak pernah menyurutkan semangatnya. Dia selalu optimis jika misi ini akan berhasil. Tak jarang pula, dia mendapat ancaman dari si pacar kekar, bahkan hampir setiap hari. Siapa lagi, jika bukan Erick.

''Bagaimana usahamu? Apa kau berhasil mendekati kekasihku?" Erick menampilkan senyum remeh pada wanita di depannya.

Pertanyaan itu mampu menggelitik hati seorang Andrina. Baru kali ini, dia mendengar seorang pria begitu posesif pada sesamanya.

Namun, wanita itu menulikan pendengaran. Dia memilih fokus pada layar lipat di depannya karena pekerjaannya sangatlah menumpuk hari ini.

''Kau ini tuli apa pura-pura tuli?" tanya Erick dengan kesal.

''Waktu saya lebih berharga daripada meladeni orang kurang kerjaan seperti Anda, Tuan Erick," jawab Andrina tanpa mengalihkan perhatian dari para jajaran angka.

''Kau berani padaku." Erick menunjuk wajah yang terbalut riasan tebal itu.

''Memangnya kau siapa? Kau hanya pacar terlarang bosku jadi tidak usah sok. Pasti kau akan memanfaatkan kekuasaannya hanya untuk mengancamku." Dengan berani, wanita itu menatap tajam pria di hadapannya.

Erick menyeringai mendengar hal itu. "Kau belum mengenalku, maka berhati-hatilah!"

Andrina terkekeh sinis. "Apa kau mengancamku, Tuan Erick?"

"Silahkan! Aku tidak takut. Sebaiknya, Anda segera pergi dari sini, Tuan. Kau cukup banyak membuang waktuku. Apa kau tidak punya pekerjaan lain, selain mengurus hidupku," sambung wanita itu.

Erick mengepalkan tangannya kuat, kemudian berlalu dengan membawa amarah dalam dadanya. Dia bertekad akan menjauhkan wanita itu dari kekasihnya.

"Lihat saja, nanti. Apa yang akan kulakukan padamu."

''Tunggu tanggal mainnya, Wanita Sialan." Erick menyeringai seram.

Dia segera menghubungi seseorang untuk menyiapkan rencana yang ingin dia lakukan untuk memberi pelajaran kepada wanita itu.

Andrina hanya menggelengkan kepala menatap kepergian Erick. Ancaman ini bukanlah yang pertama baginya. Berkali-kali, dia mendengar ancaman itu tapi Andrina tidak pernah takut karena ada Mutia di belakangnya. Wanita baya itu sudah berjanji akan melindungi dirinya dari pria yang bernama Erickson Liem.

Andrina tak pernah memedulikan semua itu. Dia hanya fokus dengan misinya, terutama uangnya. Karena Mutia sudah membayar mahal dirinya, untuk ini.

Akan tetapi semakin kesini, Andrina merasa usahanya sia-sia karena Gavin tak pernah sekalipun tergoda dengan tubuhnya.

Seperti pagi ini, Andrina baru selesai melakukan aksinya. Lagi dan lagi, hinaan pedas yang dia dapat. Wanita itu menyandarkan tubuh di kursi. Berulang kali, helaan nafas berat keluar dari mulutnya.

"Kapan semua ini akan berakhir?"

"Sepertinya, aku harus menemui Nyonya Mutia. Aku sudah tidak sanggup, aku ingin mundur."

"Ya, aku harus menemuinya," ujarnya mantap.

Wanita itu bergegas mengecek jadwal esok hari untuk memastikan jika tidak ada pertemuan penting.

''Jadwal besok aman. Aku bisa menemuinya."

Namun, sejurus kemudian wajahnya tampak murung. Ada setitik keraguan yang menelusup dalam hatinya.

''Apa Nyonya Mutia bersedia menerima pengunduran diriku?"

Related chapters

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 3. Menemui Mutia.

    "Permisi, Pak.'' Andrina menyapa seorang security yang tengah berjaga disana.Pagi-pagi sekali, gadis itu sudah berdiri di depan gerbang sebuah rumah mewah bergaya Mediterania.Dia benar-benar menjalankan niat dan berusaha memantapkan hati, untuk mengakhiri misi ini. Berulang kali, dia terlihat menghela nafas untuk menetralisir rasa gugupnya, berharap Mutia bersedia menyetujui keinginannya.''Ya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?'' tanya seorang pria bername-tage Suparman.''Apa benar, ini kediaman Nyonya Mutia Wibisono?''Security itu memperhatikan secara intens penampilan gadis muda di depannya.''Iya, benar. Mbak siapa ya? Ada keperluan apa?'' tanya si security dengan tatapan menelisik.''Saya Andrina, saya ingin bertemu Nyonya Mutia. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan beliau,'' kata Andrina.''Maaf, Mbak. Jika mbak tidak menyampaikan tujuan secara jelas. Mbak Andrina dilarang masuk. Karena kami tidak bisa menerima tamu sembarangan.'' Pria itu menolak tegas kedatangan A

    Last Updated : 2022-11-26
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 4. Kilas Balik (Permasalahan)

    ''Hallo ... Ada apa menghubungiku di jam kerja?" tanya Andrina dengan berbisik ketika mengangkat telpon dari adiknya.Dia terpaksa menghentikan pekerjaan, matanya awas melongok kanan-kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat aktivitasnya.''Halo, Kak. Bapak kambuh, obatnya juga habis. Bagaimana ini, Kak?''Suara panik adiknya menyapa indra pendengarannya untuk pertama kali.''Kamu tenang dulu. Buatkan air hangat untuk bapak! Nanti, sepulang kerja kakak akan beliin obatnya,'' kata Andrina berusaha menenangkan adiknya.Meskipun, dia tak tahu akan mendapat uang darimana. Dia akan mengusahakannya, dengan meminta gajinya bulan ini terlebih dahulu, misalnya.''Oke, nanti aku buatkan buat bapak.''''Kak,'' panggil Andhika lagi.''Ya, apa?''''Emmm ... gimana ya?'' Andhika meragu untuk menyampaikan.''Apa, Dhika?'' tanya Andrina dengan tidak sabar, ''cepetan kerjaan kakak belum selesai.''''Uang bulanan sekolahku nunggak tiga bulan. Sebentar lagi, aku juga ujian semester. Aku diberi waktu t

    Last Updated : 2022-11-26
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 5. Kilas Balik (Penawaran Menggiurkan)

    ''Aku harus bagaimana, Tuhan. Aku sedang butuh uang banyak, kebutuhanku mendesak. Tapi bagaimana caraku mendapatkannya? Tolong beri aku petunjuk," gumamnya dengan frustasi Andrina memutuskan berhenti di sebuah taman untuk merenung sendirian, memikirkan barbagai macam masalah dan cara menyelesaikan secepat mungkin. Saat ini pikirannya benar-benar buntu. Dia tidak memegang uang sama sekali, di dalam dompetnya hanya tersisa uang berwarna hijau untuk uang saku adiknya besok.Dia juga tidak tahu harus meminjam uang kepada siapa karena kebanyakan teman-temannya juga seperti dirinya. Hanya sebagai pegawai biasa yang mempunyai segudang kebutuhan. Untuk kembali meminjam uang kepada rentenir bukanlah solusi yang tepat. Dia tidak ingin hutangnya semakin menumpuk.''Aku bisa membantumu, Wanita Muda."Andrina mengalihkan perhatian ketika mendengar suara wanita yang berasal dari arah sampingnya. ''Anda siapa?'' tanya andrina dengan memindai penampilan wanita itu dari atas sampai bawah.Semua yang

    Last Updated : 2022-11-26
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 6. Masalah yang Belum Usai

    "Kak, Na ... Lihat! Ibu-ibu yang pernah datang kesini waktu itu mengirim banyak bahan makanan dan beberapa hadiah untukku kita." Suara riang adiknya menyapa indra pendengaran Andrina ketika memasuki rumah.Netranya melirik beberapa pepper bag yang berjajar di atas meja, sedangkan tak jauh darinya ada beberapa bahan makan lengkap yang tertata rapi di lantai."Lihat ini, bajunya bagus, 'kan, Kak Na? Ini salah satu kaos dan sepatu impianku. Teman-temanku banyak yang punya. Akhirnya, aku punya sepatu ini." Andhika menunjukkan pakaian dan sepatu yang tengah dia pakai.Binar kebahagiaan tergambar jelas di wajah pemuda itu saat mendapat kedua benda incarannya.Andrina masih tidak percaya dengan apa yang dia dilihat saat ini. Pasalnya, baru beberapa menit yang lalu dia bersitegang dengan wanita tua itu. Tapi, untuk apa sekarang dia mengirimkan semua ini. Apa ini semacam sogokan, batinnya menerka-nerka. Namun, dia bersyukur bisa melihat kebahagiaan yang tepancar dari wajah adiknya. Sudah lama,

    Last Updated : 2022-11-29
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 7. Mengatur Rencana Kedua

    "Bagus, Andrina. Ini yang aku suka darimu, sikap tegasmu." Mutia memuji tulus gadis yang ada di hadapannya."Sekarang, duduklah! Aku akan menjelaskan semuanya," sambung wanita baya itu.Andrina menurut saja, dia menjatuhkan bobot tubuhnya pada kursi yang ada di hadapan Mutia. Wanita itu tampak memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman untuk gadis yang ada di depannya."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Andrina dengan wajah datar."Ooo, rupanya kau sudah tidak sabar." Mutia terkekeh kecil."Cepat katakan, Nyonya. Saya harus segera kembali ke rumah sakit," kata Andrina dengan menahan kesal."Baiklah, jadi...."Andrina mendengar dengan seksama penjelasan demi penjelasan dari Mutia, hingga beberapa menit kemudian, matanya terbelalak ketika mendengar ucapan terakhir dari wanita itu."Apa saya harus melakukan itu, Nyonya?" tanya Andrina untuk memastikan jika dia tidak salah dengar."Iya, kau harus melakukannya. Pastikan! Lakukan sampai berhasil. Karena aku sangat menginginkan ha

    Last Updated : 2022-12-03
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 8. Menunda Rencana

    "Kamu disini?" tanya Andrina yang tidak bisa menutupi rasa terkejutnya saat melihat seorang pria bertelanjang dada di hadapannya."Jangan bilang kalian habis melakukan itu lagi?" tanyanya lagi dengan memicingkan mata.Si pria hanya memberi respon acuh malah menyilangkan tangan di depan gadis itu."Kalau iya, kenapa? Apa urusanmu?" tanya Erick dengan menaikkan kedua alisnya."Oh, tentu menjadi urusan saya. Karena saya sekretaris sekaligus bodyguard Tuan Gavin," ucap Andrina menatap berani pria bermata sipit itu."Anda menghalangi jalan saya, Tuan. Permisi." Gadis itu menyerobot masuk begitu saja dengan menyeret koper besarnya.Dia juga menyenggol kasar lengan pria itu."Hei, siapa yang menyuruhmu masuk?!" teriak Erick tidak terima."Tidak ada. Karena saya bodyguard Tuan Gavin tidak ada yang bisa melarang saya memasuki tempat ini, bahkan Tuan Gavin sekalipun." Andrina akan menunjukkan sisi angkuhnya ketika berhadapan dengan Erick.Pria itu hanya mendengus kesal, sejak kehadiran wanita si

    Last Updated : 2022-12-03
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 9. Godaan di Pagi Hari.

    "Ssss, kenapa tanganku pegal sekali." Gavin mendesis saat merasakan beban berat pada lengannya.Dia mengira jika yang berada dalam dekapannya adalah sebuah guling. Namun, semakin dirasa kenapa permukaan gulingnya terasa keras. Tangan kekarnya mulai meraba-raba, hingga sampai pada permukaan benda lembut yang membuatnya merasa nyaman saat menyentuhnya."Apa ini?" gumamnya.Perlahan, dia mulai membuka mata, sedikit mengernyit ketika sinar terang masuk pada celah gorden kamar. Netranya menangkap sosok pemilik rambut legam tengah terlelap berbantalkan lengannya."Hei, siapa kamu?" tanya Gavin dengan suara serak khas orang bangun tidur.Matanya membelalak sempurna saat mengetahui ada orang asing berada satu ranjang dengannya. Dan dia seorang perempuan."Andrina, sedang apa kamu di sini?" Teriakan Gavin berhasil menyadarkan seorang wanita dari alam mimpinya. Dengan malas, dia membalikkan tubuh membelakangi Gavin karena mata masih enggan untuk terbuka."Andrina!" teriak Gavin dengan nada lebi

    Last Updated : 2022-12-05
  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 10. Mencari Kambing Hitam

    "Stop! Anda dilarang masuk, Tuan Erick."Dengan sigap, Andrina pasang badan berdiri di hadapan seorang pria yang baru keluar dari lift. Dia merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi jalan pria itu."Bisa tidak? Sehari saja kau tidak mengusik hariku dengan Gavin," keluh Erick frustasi, berusaha menahan bongkahan kekesalan dalam hatinya."Tidak! Karena ini memang tugas saya untuk menjauhkan Anda dari Tuan Gavin," tegas Andrina, "perintah langsung dari Nyonya Mutia."Erick mendengus kesal setiap kali mendengar nama Mutia di sebut. Wanita tua itu selalu melakukan berbagai cara untuk menjauhkannya dari Gavin, termasuk mengirimkan wanita menyebalkan ini, contohnya."Sampai sini paham, Tuan?" tanya Andrian dengan nada penuh kelembutan diiringi senyum manisnya."Tidak!" Erick menggeser paksa tubuh berbalut pakaian ketat itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangan Gavin.Melihat hal itu, Andrina tidak tinggal diam. Dia segera menyusul pria itu, kemudian menghadang kembali langkahnya

    Last Updated : 2022-12-07

Latest chapter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 27. Di mana Gavin?

    Setelah mendatangi apartemen yang kini menjadi hak milik Andrina, Erick melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah Mutia. Bukan hal sulit baginya untuk masuk ke sana. Karena sebelum hubungan terlarangnya bersama Gavin terbongkar, dia sering bertandang ke kediaman mewah itu."Gavin! Gavin! Keluar kamu!" Suara bass Erick menggema di ruang utama.Pria itu terus berteriak memanggil nama Gavin, berharap pria itu segera menunjukkan batang hidungnya."Gavin, keluar! Aku tau kamu di dalam!""Keluarlah! Aku ingin bicara.""Gavin!"Teriakan itu berhasil mengusik ketenangan Mutia yang tengah bersantai di gazebo samping rumah. Wanita paruh baya itu berdecak kesal sembari meletakkan kasar majalah yang sejak tadi menjadi temannya."Anak ini kalau dibiarkan akan semakin menjadi."Mutia segera beranjak untuk menghampiri sumber keributan yang ada di rumahnya."Heh, apa kamu gak pernah diajari sopan santun!" hardik Mutia, "masuk rumah orang bukannya salam malah teriak-teriak macam orang gila, ini ruma

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Seperti Simpanan Pria Kaya

    "Tuan ... Tolong dengarkan saya dulu!" Andrina terus mengekor kemanapun Gavin melangkah. Dia berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengenai peristiwa malam itu."Jangan seperti ini! Saya minta waktu Anda semenit saja.""Saya mohon, Tuan."Akan tetapi, Gavin seakan menulikan telinga. Pria itu justru sibuk berkemas memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper daripada menanggapi ucapan wanita itu."Tuan, tolong jangan pergi! Dengarkan saya dulu.""Tuan, malam itu—"Andrina meneguk ludah kasar saat mendapat tatapan tajam dari Gavin. Nyalinya mendadak ciut saat merasakan aura mencekam di hadapannya. Namun, wanita itu tak ingin menyerah begitu saja tekadnya sudah kuat untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya."Malam itu ... saya—""Diam, Andrina! Atau ‘ku robek mulutmu," gertak Gavin.Dia benar-benar tidak ingin diingatkan dengan peristiwa malam sialan itu. Akibat kejadian itu, dia telah mengkhianati Eric

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 25. Remuk Redam

    "Tuan, sadar! Tolong, jangan seperti ini! Ini tidak benar." Andrina berteriak berusaha menjauhkan tangan Gavin yang membelit erat tubuhnya.Gadis itu berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan bibir atasannya. Gavin seperti orang kesetanan yang ingin melahap habis dirinya."Tuan Gavin, sadar! Tolong lepaskan saya!" "Tubuhmu wangi, Andrina. Aku suka," ucapnya lirih mirip seperti suara desahan."Anda kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Aku mohon, lepaskan aku! Hiks ... Hiks...."Wanita itu meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari kungkungan atasannya. Air mata mulai mengenang di kedua matanya.Namun, semakin dia berusaha keras memberontak semakin membuat naluri Gavin tertantang. Pria itu justru membenturkan tubuh mungil sang sekretaris ke sebuah dinding, lalu menyerangnya dengan brutal, bahkan tidak mengindahkan permohonan Andrina yang meminta dilepaskan."Tuan, hentikan!" seru Andrina yang mulai kewalahan menghadapi serangan atasannya.Air mata lolos begitu saja ketika Gavin mula

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 24. Melaksanakan Rencana

    "Ingat! Selalu didekatku, jangan jauh-jauh!" bisik Gavin ketika mereka hendak memasuki lobby hotel bintang lima.Andrina mengangguk tanda paham."Usir setiap wanita yang mendekatiku! Terserah bagaimanapun caranya, aku tidak peduli.""Baik, Tuan."Keduanya terus berjalan hingga memasuki sebuah ruangan luas tempat acara diadakan. Suasana ballroom sangat meriah, alunan musik mengalun merdu menyapa pendengaran sepasang bos dan sekretaris itu. Si empu acara tampak menyapa satu per satu tamunya didampingi pasangannya, termasuk menyapa Gavin dan Andrina. Senyum ramah tak pernah pudar dari keduanya."Selamat datang, Gavin! Lama aku tidak melihatmu. Kau sudah sebesar dan setampan ini," seru Tuan Rendra seraya menepuk pelan kedua lengan pria itu.Gavin tersenyum tipis menanggapi. "Bagaimana kabar Mutia? Aku juga lama tak jumpa dengan mommy-mu." Giliran istri Tuan Rendra yang bertanya.Semua itu hanya basa-basi belaka. Sesungguhnya, wanita itu juga sudah mengetahui rencana istri almarhum sahaba

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 23. Rencana Tidak Berlaku

    "Apa kau pikir aku jatuh hati padamu?"Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya pada pintu ketika melihat Gavin bergerak pelan mendekatinya. Sungguh hatinya merasa ketar-ketir saat ini."Katakan, Andrina!" bisik Gavin yang sudah menghimpit tubuhnya, bahkan gadis itu harus menahan nafas karena sapuan hangat nafas pria itu menerpa kulit wajahnya."Ma-maaf atas kelancangan saya, Tu-tuan. Bisakah Anda menyingkir?" Kedua tangan wanita itu menahan dada bidang yang hendak menempel pada tubuhnya."Tatap aku dan jawab pertanyaanku!"Seakan dihipnotis, Andrina menuruti perintah atasannya. Tatapannya terpaku pada manik coklat yang sejak tadi menatap lekat ke arahnya. Percayalah! Ritme jantungnya semakin tidak terkontrol."Apa kau pikir kau pikir, aku jatuh hati padamu?" Gavin mengulang pertanyaannya."Jawab saja! Aku butuh jawabanmu."Andrina mengangguk pelan. Dia refleks menutup mata saat melihat Gavin semakin memangkas jarak. Ingin rasanya, dia terlepas dari posisi ini, tetapi kenapa kakinya ter

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 22. Rencana Terselubung

    "Datanglah ke acara ini!" Mutia menyodorkan sebuah undangan ke hadapan putranya.Gavin tampak melirik sekilas, tidak niatan sedikitpun untuk meraih apalagi menyentuh undangan itu."Kenapa bukan mommy saja? Biasanya mommy yang antusias mendatangi acara-acara seperti itu.""Mommy ada acara di waktu yang sama Gavin! bisa, tidak? Sekali ini saja ... Turuti mommy. Kalau mommy tidak ada halangan, mom tidak akan repot-repot menemuinmu," sahut Mutia dengan menahan kekesalannya."Ya kalau mom ada halangan, mom tidak usah hadir, gitu aja kok repot," sahut Gavin seraya menunjuk dagu undangan di depannya."Jika si pemilik acara bukan sahabat baik daddy-mu, mommy tidak akan sebingung ini. Dia termasuk orang yang berjasa untuk perusahaan ini.""Jika tidak ada dia, mungkin perusahaan ini sudah gulung tikar puluhan tahun lalu. Sebab daddy-mu lebih sibuk mengurus wanita itu daripada bisnisnya," sambungnya."Jangan pernah menyebut dua keparat itu di depanku, meskipun mereka sudah mati rasa benciku tida

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 21. Harus Menepati Janji

    "Heh, Gavin ada, gak?"Suara gebrakan di mejanya berhasil mengejutkan Andrina yang semula fokus dengan pekerjaannya. Seketika wanita itu melayangkan tatapan maut pada pria yang berdiri angkuh di hadapannya. "Apa kamu gak pernah diajarin sopan santun, Tuan Erick?""Berani kamu sama saya?" Erick menunjuk geram wajah Andrina lengkap dengan tatapan sengitnya."Lah, memang situ siapa? Hantu atau setan atau jangan-jangan ... Iblis yang menyamar jadi manusia?""Wanita ini—" Tanpa basa-basi, Erick segera menarik rambut panjang Andrina yang sengaja digerai, hingga membuat si empu memekik kesakitan."Lepas! Sakit tau?" Andrina berteriak dengan suara tertahan. Tak ingin mengalah begitu saja, wanita itu pun segera meraih rambut Erick menggunakan kedua tangannya sebagai pembalasan. Yang membuat Erick meloloskan jeritannya."Berani kamu, hah?!" "Kalau iya, kenapa?" Andria membalas dengan nada berteriak.Kerib

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 20. Penyebab Gavin Seperti ini

    ''Itu karena...." Gavin masih ragu untuk mengungkapkan karena takut menyinggung perasaan sang ibu.''Karena apa, Gavin? Katakanlah! Mommy butuh alasanmu," desak Mutia."Karena aku aku takut bosan, Mom. Lalu berakhir selingkuh dan saling menyakiti satu sama lain.""Aku ... Aku tidak ingin seperti mommy dan daddy, yang tiap hari ribut karena masalah perselingkuhan.''Mutia menegang di tempat kala mendengar pengakuan dari mulut putranya. Dia tidak menyangka masalahnya bersama sang suami lah yang membuat putranya seperti ini.''Maafkan, Mommy...," gumam Mutia setetes air mata luruh ke pipinya saat mengingat peristiwa itu.Kala itu memang kerap terjadi pertengkaran antar dirinya dan mendiang sang suami yang tidak lain adalah Wibisono. Tentu masalahnya masalah rumah tangga pada umumnya jika bukan hal perekonomian ya perempuan. Untuk perekonomian memang keluarga kecil Mutia tak pernah kekurangan karena sang suami mempunyai banyak bisnis yang menjamur di berbagai kota dalam negeri dan dua neg

  • Wanita Penggoda sang CEO   Chapter 19. Siasat Mutia

    ''Kenapa Anda masih mempertahankan gadis itu, Nyonya?" tanya Freddy setelah panggilan atasannya berakhir.Mutia menghembuskan nafas kasar. "Apa kau tau alasanku, kenapa aku begitu pemilih dengan wanita yang bersedia menjalankan misi dariku, Freddy? Padahal bisa saja aku mengambil salah satu wanita malam yang ada di club-club malam." Wanita baya itu memandang lurus ke depan.''Saya kurang paham, Nyonya," jawab Freddy penuh kesopanan.''Itu karena aku akan menjadikannya sebagai ibu dari cucuku. Yang tentu saja bersedia mengandung benih putraku."''Dan itu artinya ... Anda akan menjadikan Andrina sebagai menantu," tebak Freddy penuh kehati-hatian.''Ya," jawab Mutia singkat, "aku sudah tua tidak selamanya aku akan terus mengawasi putraku. Aku pun butuh penerus untuk memajukan bisnis keluarga. Di sisa umurku ini, aku ingin melihat putraku menikah dan mempunyai keturunan, Freddy," sambungnya dengan wajah sendu.Ibu mana yang tahan melihat anaknya seperti itu. Terlebih dengan terang-terang

DMCA.com Protection Status