Malam kak, hanya bisa update 1k ga terlalu panjang. Maaf ya kak. kakak setuju sama Reyhan apa sama Raymond ya si Rara, yuk saling komen makasih kak
"Tuan, Reyhan ke sana kemari mencari pekerjaan apa sebaiknya kita tidak usah memblokir ruang geraknya." Raymond melempar tatapan tajamnya pada David, seolah tidak suka dengan apa yang David katakan. "Itulah yang aku ingin, melihatnya menderita." "Tapi Tuan jika Reyhan tak kunjung mendapatkan pekerjaan lantas bagaimana dengan Nona Rara?" Raymond tidak bergeming, dia malah mengkode David untuk pergi dari ruangannya. Jauh dilubuk hatinya yang sangat dalam, pria dingin itu tak tega tapi rasa sakit mengalahkan segalanya, Rara dan Reyhan harus menderita seperti kesakitannya saat ini. "Kalian berani mengkhianatiku, jadi kalian pantas menderita." Pikirannya kini dipenuhi oleh Rara, dan ini membuat Raymond tak kuasa menahan kesedihannya. "Kenapa sayang, kenapa!!!" Dia membuang semua benda yang ada di depannya, dadanya bergejolak, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras tapi matanya berkaca. Saat bersamaan Jessica datang membawakan makan siang, dia ingin makan siang bersama tunanganny
Keputusan Reyhan dan Rara sudah bulat, mereka berniat melanjutkan hidup di luar negeri, paman Rara juga mendukung keputusan Rara maupun Reyhan tapi sebelumnya dia meminta Reyhan untuk menikahi Rara terlebih dahulu. "Untuk itu saya kembalikan lagi ke Rara paman, saya tidak bisa memaksanya," ungkap Reyhan. "Tapi kalian akan tinggal bersama Nak Reyhan." Paman Rara hanya tidak ingin keponakannya menjalin hubungan tanpa sebuah ikatan seperti bersama Raymond dulu. Saat bersamaan Rara keluar dari dalam, dia segera merangkul pamannya dan mengatakan jika dia ingin kuliah dulu. Pamannya tidak bisa terlalu memaksa kehendaknya karena kembali lagi yang memiliki kehidupan adalah Rara. "Paman percaya pada kalian." Keesokan harinya, Reyhan mulai memasang iklan penjualan asetnya, agar cepat laku dia menjual dengan harga murah karena sekarang yang penting segera mendapatkan uang. "Pak Rey kenapa dijual begitu murah?" tanya Rara ketika melihat postingan Reyhan. "Dijual mahal lakunya lama Ra."
David segera membuang botol itu kemudian dia mengambil gelas yang ada di meja. Matanya mengamati bagian bawah gelas, benar saja ada sesuatu yang mengendap di bawah. Tak hanya mengamati, dia juga mencium aroma dari cairan yang tersisa, dan kedua kalinya kepalanya terasa pening. "Tidak salah lagi." David pergi ke kamar untuk memastikan kecurigaannya, dia mengambil tisu yang masih bercecer, saat tangannya meremas tisu tersebut dia tidak merasakan apa, tisu-tisu itu layaknya tisu yang hanya diremas dan dibuang bukan tisu yang habis dipakai untuk mengusap sesuatu. "Bearti mereka tidak melakukan apa-apa." David segera membuang beberapa tisu yang tercecer ke tempat sampah, dia tidak ingin calon pembeli penthouse tersebut merasa tidak nyaman ketika mereka melihat area kamar. Tak berselang kemudian, terdengar suara bel berbunyi yang artinya calon pembeli sudah datang. Dengan santai David turun kembali ke bawah. "Silahkan masuk Tuan dan Nyonya." Melihat isi dan perabot penthouse Raymond
"David akan kesini, kembalilah ke kamarmu!" Sikap Raymond masih begitu dingin terhadap Jessica sehingga membuat wanita ini kesal. "Kita akan segera menikah begini kah sikapmu Ray!" Dia nampak tak terima. Raymond tertawa sambil melihat Jessica, awalnya Raymond tidak ingin mengungkapkan apa yang dia rasakan tapi sikap Jessica begitu menyebalkan hingga akhirnya Raymond mengatakan jika dia tidak pernah sedikit pun mencintai wanita yang bertunangan dengannya tersebut. "Kamu tahu biji buah stroberi?" Jessica mengangguk, tapi dia merasa ambigu dengan pertanyaan Raymond. "Kecil bukan?" Lagi-lagi Jessica mengangguk, sedangkan Raymond tersenyum miring. "Aku tidak menemukan cinta untukmu di hatiku walau sebesar biji stroberi." Ucapan Raymond membuat Jessica marah dan kesal, dia tidak menyangka jika pria yang kini menjadi tunangannya tidak mencintainya sedikit pun. "Tega kamu Ray!" "Ini semua kemauan Mama bukan kemauanku!" Jessica yang tidak terima segera mengadu pada Mama Raymond,
Reyhan dan Rara bak hilang ditelan bumi, dari data-data di bandara tidak ada satupun penumpang yang bernama Reyhan dan Rara, sebenarnya mereka kemana?David semakin dibuat bingung, sedangkan dalam sambungan telponnya tadi dia mengatakan iya pada sang Tuan.Mau nggak mau dia mengungkap hal yang sebenarnya pada Raymond, mendengar ucapan David membuat Raymond patah hati kembali, padahal dia tidak sabar untuk menemui Rara."Jadi kamu tidak tahu dimana mereka?" tanya Raymond dengan dingin."Maafkan saya Tuan, saya sudah mencari informasi, mulai stasiun, bandara dan juga terminal namun tidak ada nama mereka disana." Jelas David."Setiap persoalan selalu bisa kamu selesaikan tapi mengapa kasus ini kamu seolah angkat tangan."David hanya bisa menunduk, segala yang dia bisa sudah di optimalkan, bahkan semua anak buahnya diminta mengecek CCTV disetiap jalan namun hasilnya nihil."Saya akan berusaha lebih keras lagi Tuan untuk menemukan mereka." Janji itu yang David lakukan untuk membujuk Tuanny
"Maaf ya Ra, kita pagi ini hanya makan roti dan selai, aku belum sempat belanja keperluan untuk memasak dan lain-lainnya," ujar Reyhan.Rara tersenyum, dirinya sangat tidak enak dengan Reyhan, sudah diberi makan saja dia sudah sangat bersyukur."Pak Rey, jangan begitu. Saya malah tidak enak," sahutnya.Dia tidak ingin Reyhan terlalu memanjakannya, urusan dapur adalah tugas wanita jadi dia lah yang harus mengaturnya."Nanti kita pergi belanja bersama ya Pak Rey." Senyumnya begitu menawan membuat hati Reyhan teduh.Agak siang mereka memutuskan untuk belanja, cara Reyhan berbelanja sangat berbeda dengan Raymond, Reyhan nampak melihat kandungan gizi setiap makanan yang akan dia ambil.Ingatan Rara akan Raymond hadir kembali, tanpa terasa matanya berkaca, tak bisa dipungkiri sampai saat ini"Apa yang anda lihat Pak Rey?" tanya Rara."Gizinya Ra, aku nggak mungkin memberi kamu makanan yang nggak bergizi sama sekali."Rara tertawa, apa seperti ini jika Dokter berbelanja? kandungan gizi sanga
"Iya." Suaranya dingin dan penuh keterpaksaan. Jiwanya benar-benar menjerit, sampai saat ini Rara masih belum ditemukan, sedangkan pernikahannya tampak di depan mata. Pria berkuasa itu semakin tak menentu, kelihatannya sudah terlambat jika ingin membatalkan semua. Seminggu telah berlalu, kini Raymond dan Jessica sudah ada di bandara untuk berangkat ke Selandia Baru. "Apa yang kamu pikirkan Ray?" tanya Jessica yang merasa heran dengan Raymond. Pandangan Raymond begitu kosong, seolah ada yang dipikirkan saat ini. "Nggak ada." Terdengar begitu dingin. Begitulah Raymond, sikapnya begitu dingin dan juga acuh tak acuh terhadap Jessica, namun tidak membuat wanita itu menyerah. Baik Mama Raymond maupun Jessica tidak ada yang bisa mendampingi ke Selandia Baru karena mereka ada urusan masing-masing. "Hati-hati, semoga prosesi prewed kalian berjalan lancar." Karena pesawat akan segera berangkat, keduanya memutuskan berjalan masuk, di dalam pesawat Raymond sengaja memejamkan mata agar
"Tuan apa ini anda?" Wanita itu bergumam dan terus menatap pria yang terkapar tak berdaya di depannya. Biasanya Raymond selalu terkapar tak berdaya di sampingnya tapi kali ini penyebab terkaparnya berbeda. Dia terus melamun hingga seorang Dokter membuyarkan lamunannya. "Ra, pasien tidak akan sembuh jika kamu hanya menatapnya." Suara Dokter wanita itu membuat Rara tersentak kaget. "Baik Dok." Segera dia mendekat dan mengangkat tangan Raymond.Rara terus memeriksa tangan Raymond dengan air mata yang terus jatuh. Tangan itulah yang dulu selalu membelai rambutnya, mengelus pipinya dan terkadang tangan itu pula yang berbuat kasar terhadapnya. "Tangan ini." Dia terus bergumam, air matanya membanjiri pipi bahkan sampai terjatuh tepat di tangan Raymond. Dengan lembut dia mengoleskan salep agar luka bakarnya tidak bisa kering tak hanya itu dia juga memeriksa keadaan pria yang pernah menjadi kekasihnya tersebut. Rara ingin keluar dari ruang UGD karena pekerjaannya hari ini telah usai t
Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in
Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy
"Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.
Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke
Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"
"Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra
Beberapa saat kemudian Raymond datang dengan David, Nyonya Richard yang kebetulan di ruang depan pergi menyambut sang menantu."Rara mana Ma?" Dia begitu cemas takut jika sang Mama melarangnya untuk bertemu sang istri."Berani sekali kamu membiarkan anakku ke sini sendiri!" Sang Mama protes karena menantunya membiarkan sang anak datang ke Jerman sendirian."Saya mau minta maaf Ma, saya tidak bermaksud membiarkan Rara datang ke Jerman sendirian." "Aneh!" kerutan mulai bermunculan.Karena belum tahu masalah anaknya Nyonya Richard menyuruh Raymond untuk pergi ke kamar. "Pergilah ke kamar mungkin dia tengah istirahat."Dengan buru-buru Raymond pergi ke kamar dan meninggalkan David di ruang tamu bersama Nyonya Richard.Begitu melihat Rara, Raymond segera memeluk istrinya, dia meminta penjelasan kenapa tiba-tiba pulang ke Jerman."Apa salahku sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Jerman sendirian?" Rara menatap suaminya dengan tatapan tajam, "Pura-pura nggak tahu kamu Mas." Katanya deng
Raymond menggeleng sekali lagi dia menjelaskan jika dia dan fera tidak ada hubungan apa-apa, memang dia mengakui satu kamar dengan fera tapi mereka tidak melakukan apa-apa.Tujuannya ke Pulau Bali karena ingin membuka Resort di sana, kebetulan fera memiliki tanah yang sangat luas di wilayah yang strategis oleh karena itu Raymond pun diajak kerjasama untuk membangun Resort tersebut."Itulah alasan kenapa aku akhir-akhir ini pulang malam dan pergi ke Pulau dewata." "Kamu juga tidak mengejarku Mas!" Alasannya dia tidak segera mengejar karena dia ingin Rara tenang, terlebih dahulu, berbicara ketika emosi akan semakin membuat sakit hati.Rara terdiam mendengar penjelasan dari Raymond, hatinya sulit percaya dengan ucapan sang suami. Sikap Raymond selama ini sudah cukup menyakiti hatinya dan ditambah kejadian kemarin dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.Pria itu berbeda dengan sebelumnya, raut wajahnya begitu sedih, bahkan dia meminta Rara agar tidak meninggalkannya.Begitulah pria,
Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond