Akhirnya semoga Tessa sembuh ya kak, selamat membaca Kakak semoga suka, makasih
Mendengar kemauan Reyhan tentu keluarga Tessa tidak mengizinkan, menurutnya lebih baik melakukan pengobatan di Selandia Baru daripada harus dibawa ke tanah air. "Saya mohon izinkan saya membawanya ke tanah air," pinta Reyhan. Tessa meyakinkan keluarganya, jika dia akan baik-baik saja di tanah air bersama Reyhan, karena kekasihnya akan melakukan yang terbaik untuknya. "Tessa yakin jika Reyhan akan menjaga Tessa." Karena kesungguhan Reyhan dan Tessa akhirnya keluarga Tessa mengijinkan Tessa untuk pergi bersama Reyhan ke tanah air, namun sebelumnya mereka memperingatkan Reyhan jika sampai waktu tertentu Tessa tak kunjung sembuh maka Reyhan harus membawa Tessa kembali. "Baiklah." Reyhan menyanggupi keinginan keluarga Tessa, dia berjanji akan melakukan yang terbaik untuk kekasihnya tersebut. "Tessa adalah wanita yang saya cintai tentu saya akan melakukan yang terbaik." Keesokan harinya mereka berdua bersiap untuk terbang ke tanah air, keluarga Tessa sekali lagi bertanya kepada Rey
"Jangan seperti ini Ra, biarkan Paman tenang disana." Ucapan Reyhan membuat Rara mengangguk namun dia tidak mau melepas pelukannya, dia begitu kehilangan, kedua orang tuanya sudah meninggalkan dirinya dan kini sang Paman harus pergi juga dan yang membuatnya sedih adalah sang Paman harus pergi tepat beberapa jam setelah pernikahannya. Dokter Reyhan mengkode dokter lainnya untuk segera membawa jenazah Paman Rara keluar, karena jenazah harus segera diurus. Reyhan menarik tubuh Rara dan membawa wanita itu dalam pelukannya, " Pak Rey izinkan saya memeluk Paman Pak Rey." Dia terus meronta dan semakin dia meronta semakin kuat Reyhan memeluknya. "Jangan seperti ini! Paman sudah tenang disana, beliau sudah berkumpul dengan ayah kamu." Diluar Raymond dan David baru saja ingin memberi kabar baik pada Rara karena dia juga mendapatkan donor yang kemungkinan cocok dengan sang Paman, namun melihat dokter yang membawa jenazah sang paman membuat Raymond terpaku sejenak. "Apa yang terjadi?" "Mo
"Iya Pak Rey mengikhlaskan lebih membuat kita tenang daripada terus meratapi kepergian, toh paman juga tidak akan kembali." Sambil tersenyum menatap Reyhan.Reyhan juga tersenyum, meratapi kepergian seseorang malah membuat orang tersebut sedih disana, dalam budaya timur meratapi adalah sesuatu yang tidak diharuskan.Sepulang dari rumah sakit Rara pergi ke dapur untuk memasak, meski dia cukup lelah dengan profesinya namun Rara tidak ingin melupakan kewajibannya melayani suami."Nyonya biarkan saja kami yang memasak." Pelayan mencoba melarang Rara agar tidak ikut campur dengan urusan di dapur."Apa-apaan kalian ini, aku ingin memasak untuk suamiku, kenapa tidak boleh?" protesnya."Bukannya tidak boleh Nyonya tapi jika Tuan Raymond tahu kami akan dimarahi," ujar salah satu pelayan.Memang semenjak Rara menjadi dokter, dia memerintah semua pelayan yang mengerjakan semua pekerjaan termasuk memberesi tempat tidur yang biasanya Rara turun tangan langsung.Rara benar-benar tidak diizinkan unt
"David periksa liontin ini." David nampak bingung, dia dipanggil hanya untuk melihat liontin? "Liontin siapa Tuan?" tanyanya sambil mengamati liontin itu. "Milik Rara," jawab Raymond. Personal asisten itu masih heran, dia masih belum paham akan maksud dan tujuan sang Tuan. "Kamu selidiki liontin itu, darimana dia berasal." Barulah kini David paham, "Baik Tuan." Sebelum pergi David mengamati liontin kecil itu, desain liontin begitu indah, apalagi permata itu nampak begitu berkilauan. "Tuan sepertinya liontin ini bukan liontin biasa." "Benar," sahut Raymond. Penasaran dengan informasi liontin itu, David segera membawanya ke tempat yang bisa memberikan informasi akurat. "Bagaimana anda memiliki liontin ini Tuan?" tanya pemilik toko perhiasan. "Memangnya apa istimewanya liontin ini?" tanya David balik. Pemilik toko perhiasan menjelaskan jika, liontin bertabur berlian langka, berlian merah muda yang berasal dari Australia dan juga berlian hitam yang berasal dari benda dari luar
Kedua pasangan suami istri itu berjalan menaiki pesawat, Raymond terus menggenggam tangan istrinya begitu pula sebaliknya."Bagaimana perasaanmu Sayang? apakah kamu bahagia?"Tak usah diungkapkan lewat kata-kata dari raut wajah Rara, sangat terlihat jika wanita itu sangat bahagia."Jelas aku bahagia Mas, sangat bahagia malah," jawabnya dengan tersenyum.Raymond tak menyangka jika menikah adalah sesuatu hal yang indah, dia menyesal karena dulu sempat sumbar jika dirinya ingin melajang seumur hidup.Menurutnya memiliki istri adalah hal yang sangat menjengkelkan namun kenyataannya sangat berbeda.Kini mereka tiba di kursi mereka, sebuah kursi mewah kelas satu yang lebih tepatnya sebuah tempat tidur kecil."Mewah sekali ya Mas fasilitasnya," ujar Rara sambil mengagumi kemewahan pesawat yang akan membawanya terbang."Sengaja aku membooking maskapai ini sayang dan mengalihkan rute penerbangannya." Rara berdecak, memang orang kaya bisa berbuat sesuka hatinya, jangankan merubah rute, memblok
Tak terasa sudah tiga hari mereka berada di Negara Spanyol, mereka begitu bahagia menikmati momen-momen terindah dalam hidup mereka. Memang sangat berbeda menjalani hubungan setelah ikatan pernikahan dengan hubungan sebelum ikatan pernikahan.Berhubung di negara Spanyol tengah mengalami musim panas maka mereka berdua memutuskan untuk pergi ke pantai. Mereka pergi ke pantai yang memiliki resort termahal di negara Spanyol, kamar mereka berhadapan langsung dengan laut, sungguh keindahan surga ada di pantai tersebut. "Mas kalau aku memakai liontin ini bagus nggak?" Entah Mengapa wanita itu ingin sekali menggunakan liontin indahnya. Raymond mengangguk sambil tersenyum, tak bisa dipungkiri meski liontin itu nampak kekecilan namun masih terlihat sangat bagus jika dikenakan di leher indah istrinya. Dengan menggunakan pakaian kasual mereka pergi untuk berjalan-jalan di bibir pantai, melihat para turis yang berjemur membuat Rara menggelengkan kepala, dia heran dengan budaya barat yang seola
Wanita paruh baya itu berjalan kembali ke mejanya, tanpa sengaja kedua netranya melihat Raymond yang tengah makan. Seketika raut wajahnya berubah, kemudian netranya berkeliling ruangan seolah mencari seseorang."Jessica," gumamnya. Dia segera melangkahkan kaki, mencari putri kesayangannya. Wanita itu belum tahu jika sang putri sudah bertemu dengan mantan calon suaminya."Jessica," panggilnya dengan suara yang cukup keras. Jessica yang asik mengobrol sontak mengalihkan pandangannya, "Ada apa Ma?" tanyanya heran. "Sebaiknya kita segera keluar dari restoran ini." Tangannya sambil menarik tangan Jessica. Tentu Jessica terheran dengan sikap sang Mama yang tiba-tiba mengajaknya keluar."Ada apa sih Ma?" Nyonya Richard tidak ingin anaknya tau keberadaan Raymond, oleh karenanya dia tidak mengatakan alasan mengajak sang anak keluar. "Sudah nurut saja." Saat bersamaan bola mata Jessica melihat Raymond dan kini dia cukup tahu alasan sang Mama mengajaknya keluar. "Ma, apa karna Raymond?"
Sepanjang malam keduanya mengobrol dengan asik, baik Nyonya Richard maupun Rara sudah angat akrab padahal baru beberapa waktu yang lalu mereka saling kenal. "Oh ya aku baru ingat apa kamu wanita yang tadi di toilet?" tanya Nyonya Richard. "Jadi itu anda Nyonya." Rara tak menyangka. Udara malam semakin dingin, baik Rara maupun Nyonya Richard nampak kedinginan hingga mau nggak mau mereka harus menyudahi obrolan asik mereka. "Udara semakin dingin, bagaimana jika kita masuk." "Iya Nyonya," sahut Rara. Mereka berjalan bersama menuju resort, karena berbeda kamar mereka harus berpisah, "Sampai bertemu besok Rara." Senyuman wanita itu membuat Rara begitu tenang. "Siap Nyonya." Nyonya Richard berjalan masuk terlebih dahulu kemudian Rara, saat akan berbalik dia melihat suaminya datang mendekat dengan wajah cemas. Pria tampan itu segera memeluk istrinya, "Kenapa keluar tidak bilang? aku bingung mencarimu." "Maaf Mas, aku jalan-jalan di pantai, bosan sekali sendirian." Raymond memint