Selamat membaca Kakak maksih
"Jangan seperti ini Ra, biarkan Paman tenang disana." Ucapan Reyhan membuat Rara mengangguk namun dia tidak mau melepas pelukannya, dia begitu kehilangan, kedua orang tuanya sudah meninggalkan dirinya dan kini sang Paman harus pergi juga dan yang membuatnya sedih adalah sang Paman harus pergi tepat beberapa jam setelah pernikahannya. Dokter Reyhan mengkode dokter lainnya untuk segera membawa jenazah Paman Rara keluar, karena jenazah harus segera diurus. Reyhan menarik tubuh Rara dan membawa wanita itu dalam pelukannya, " Pak Rey izinkan saya memeluk Paman Pak Rey." Dia terus meronta dan semakin dia meronta semakin kuat Reyhan memeluknya. "Jangan seperti ini! Paman sudah tenang disana, beliau sudah berkumpul dengan ayah kamu." Diluar Raymond dan David baru saja ingin memberi kabar baik pada Rara karena dia juga mendapatkan donor yang kemungkinan cocok dengan sang Paman, namun melihat dokter yang membawa jenazah sang paman membuat Raymond terpaku sejenak. "Apa yang terjadi?" "Mo
"Iya Pak Rey mengikhlaskan lebih membuat kita tenang daripada terus meratapi kepergian, toh paman juga tidak akan kembali." Sambil tersenyum menatap Reyhan.Reyhan juga tersenyum, meratapi kepergian seseorang malah membuat orang tersebut sedih disana, dalam budaya timur meratapi adalah sesuatu yang tidak diharuskan.Sepulang dari rumah sakit Rara pergi ke dapur untuk memasak, meski dia cukup lelah dengan profesinya namun Rara tidak ingin melupakan kewajibannya melayani suami."Nyonya biarkan saja kami yang memasak." Pelayan mencoba melarang Rara agar tidak ikut campur dengan urusan di dapur."Apa-apaan kalian ini, aku ingin memasak untuk suamiku, kenapa tidak boleh?" protesnya."Bukannya tidak boleh Nyonya tapi jika Tuan Raymond tahu kami akan dimarahi," ujar salah satu pelayan.Memang semenjak Rara menjadi dokter, dia memerintah semua pelayan yang mengerjakan semua pekerjaan termasuk memberesi tempat tidur yang biasanya Rara turun tangan langsung.Rara benar-benar tidak diizinkan unt
"David periksa liontin ini." David nampak bingung, dia dipanggil hanya untuk melihat liontin? "Liontin siapa Tuan?" tanyanya sambil mengamati liontin itu. "Milik Rara," jawab Raymond. Personal asisten itu masih heran, dia masih belum paham akan maksud dan tujuan sang Tuan. "Kamu selidiki liontin itu, darimana dia berasal." Barulah kini David paham, "Baik Tuan." Sebelum pergi David mengamati liontin kecil itu, desain liontin begitu indah, apalagi permata itu nampak begitu berkilauan. "Tuan sepertinya liontin ini bukan liontin biasa." "Benar," sahut Raymond. Penasaran dengan informasi liontin itu, David segera membawanya ke tempat yang bisa memberikan informasi akurat. "Bagaimana anda memiliki liontin ini Tuan?" tanya pemilik toko perhiasan. "Memangnya apa istimewanya liontin ini?" tanya David balik. Pemilik toko perhiasan menjelaskan jika, liontin bertabur berlian langka, berlian merah muda yang berasal dari Australia dan juga berlian hitam yang berasal dari benda dari luar
Kedua pasangan suami istri itu berjalan menaiki pesawat, Raymond terus menggenggam tangan istrinya begitu pula sebaliknya."Bagaimana perasaanmu Sayang? apakah kamu bahagia?"Tak usah diungkapkan lewat kata-kata dari raut wajah Rara, sangat terlihat jika wanita itu sangat bahagia."Jelas aku bahagia Mas, sangat bahagia malah," jawabnya dengan tersenyum.Raymond tak menyangka jika menikah adalah sesuatu hal yang indah, dia menyesal karena dulu sempat sumbar jika dirinya ingin melajang seumur hidup.Menurutnya memiliki istri adalah hal yang sangat menjengkelkan namun kenyataannya sangat berbeda.Kini mereka tiba di kursi mereka, sebuah kursi mewah kelas satu yang lebih tepatnya sebuah tempat tidur kecil."Mewah sekali ya Mas fasilitasnya," ujar Rara sambil mengagumi kemewahan pesawat yang akan membawanya terbang."Sengaja aku membooking maskapai ini sayang dan mengalihkan rute penerbangannya." Rara berdecak, memang orang kaya bisa berbuat sesuka hatinya, jangankan merubah rute, memblok
Tak terasa sudah tiga hari mereka berada di Negara Spanyol, mereka begitu bahagia menikmati momen-momen terindah dalam hidup mereka. Memang sangat berbeda menjalani hubungan setelah ikatan pernikahan dengan hubungan sebelum ikatan pernikahan.Berhubung di negara Spanyol tengah mengalami musim panas maka mereka berdua memutuskan untuk pergi ke pantai. Mereka pergi ke pantai yang memiliki resort termahal di negara Spanyol, kamar mereka berhadapan langsung dengan laut, sungguh keindahan surga ada di pantai tersebut. "Mas kalau aku memakai liontin ini bagus nggak?" Entah Mengapa wanita itu ingin sekali menggunakan liontin indahnya. Raymond mengangguk sambil tersenyum, tak bisa dipungkiri meski liontin itu nampak kekecilan namun masih terlihat sangat bagus jika dikenakan di leher indah istrinya. Dengan menggunakan pakaian kasual mereka pergi untuk berjalan-jalan di bibir pantai, melihat para turis yang berjemur membuat Rara menggelengkan kepala, dia heran dengan budaya barat yang seola
Wanita paruh baya itu berjalan kembali ke mejanya, tanpa sengaja kedua netranya melihat Raymond yang tengah makan. Seketika raut wajahnya berubah, kemudian netranya berkeliling ruangan seolah mencari seseorang."Jessica," gumamnya. Dia segera melangkahkan kaki, mencari putri kesayangannya. Wanita itu belum tahu jika sang putri sudah bertemu dengan mantan calon suaminya."Jessica," panggilnya dengan suara yang cukup keras. Jessica yang asik mengobrol sontak mengalihkan pandangannya, "Ada apa Ma?" tanyanya heran. "Sebaiknya kita segera keluar dari restoran ini." Tangannya sambil menarik tangan Jessica. Tentu Jessica terheran dengan sikap sang Mama yang tiba-tiba mengajaknya keluar."Ada apa sih Ma?" Nyonya Richard tidak ingin anaknya tau keberadaan Raymond, oleh karenanya dia tidak mengatakan alasan mengajak sang anak keluar. "Sudah nurut saja." Saat bersamaan bola mata Jessica melihat Raymond dan kini dia cukup tahu alasan sang Mama mengajaknya keluar. "Ma, apa karna Raymond?"
Sepanjang malam keduanya mengobrol dengan asik, baik Nyonya Richard maupun Rara sudah angat akrab padahal baru beberapa waktu yang lalu mereka saling kenal. "Oh ya aku baru ingat apa kamu wanita yang tadi di toilet?" tanya Nyonya Richard. "Jadi itu anda Nyonya." Rara tak menyangka. Udara malam semakin dingin, baik Rara maupun Nyonya Richard nampak kedinginan hingga mau nggak mau mereka harus menyudahi obrolan asik mereka. "Udara semakin dingin, bagaimana jika kita masuk." "Iya Nyonya," sahut Rara. Mereka berjalan bersama menuju resort, karena berbeda kamar mereka harus berpisah, "Sampai bertemu besok Rara." Senyuman wanita itu membuat Rara begitu tenang. "Siap Nyonya." Nyonya Richard berjalan masuk terlebih dahulu kemudian Rara, saat akan berbalik dia melihat suaminya datang mendekat dengan wajah cemas. Pria tampan itu segera memeluk istrinya, "Kenapa keluar tidak bilang? aku bingung mencarimu." "Maaf Mas, aku jalan-jalan di pantai, bosan sekali sendirian." Raymond memint
Liontin itu membuat nyonya Richard terdiam, ingatan masa lalunya menyeruak masuk membuatnya mengeluarkan air mata. "Aurora." Satu kata yang keluar dari mulutnya. Notification pesawat akan segera berangkat membuat Jessica menarik tangan mamanya, "Ayo Ma, pesawat akan segera berangkat," ujarnya. Dalam kebingungan, wanita itu menurut saja dengan sang anak. Sepanjang perjalanan Nyonya Richard mengingat bentuk liontin yang dipakai oleh Rara, liontin yang sama seperti liontin yang dia pesan untuk bayinya puluhan tahun yang lalu. "Apa dia adalah Aurora?" Nyonya Richard bermonolog sendiri di dalam hatinya. Singkat cerita kini mereka telah tiba di Bandara internasional kota Berlin, kota nomor satu di negara Jerman. Anak buahnya sudah menunggu di depan bandara, bersiap untuk membawanya pulang. Di rumah, semua pelayan berjejer menunggu di depan rumah, menunggu kepulangan sang majikan. "Selamat datang Nyonya Besar dan Nona besar." Hal yang dilakukan Nyonya Richard setibanya sampai di rumah
Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in
Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy
"Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.
Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke
Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"
"Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra
Beberapa saat kemudian Raymond datang dengan David, Nyonya Richard yang kebetulan di ruang depan pergi menyambut sang menantu."Rara mana Ma?" Dia begitu cemas takut jika sang Mama melarangnya untuk bertemu sang istri."Berani sekali kamu membiarkan anakku ke sini sendiri!" Sang Mama protes karena menantunya membiarkan sang anak datang ke Jerman sendirian."Saya mau minta maaf Ma, saya tidak bermaksud membiarkan Rara datang ke Jerman sendirian." "Aneh!" kerutan mulai bermunculan.Karena belum tahu masalah anaknya Nyonya Richard menyuruh Raymond untuk pergi ke kamar. "Pergilah ke kamar mungkin dia tengah istirahat."Dengan buru-buru Raymond pergi ke kamar dan meninggalkan David di ruang tamu bersama Nyonya Richard.Begitu melihat Rara, Raymond segera memeluk istrinya, dia meminta penjelasan kenapa tiba-tiba pulang ke Jerman."Apa salahku sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Jerman sendirian?" Rara menatap suaminya dengan tatapan tajam, "Pura-pura nggak tahu kamu Mas." Katanya deng
Raymond menggeleng sekali lagi dia menjelaskan jika dia dan fera tidak ada hubungan apa-apa, memang dia mengakui satu kamar dengan fera tapi mereka tidak melakukan apa-apa.Tujuannya ke Pulau Bali karena ingin membuka Resort di sana, kebetulan fera memiliki tanah yang sangat luas di wilayah yang strategis oleh karena itu Raymond pun diajak kerjasama untuk membangun Resort tersebut."Itulah alasan kenapa aku akhir-akhir ini pulang malam dan pergi ke Pulau dewata." "Kamu juga tidak mengejarku Mas!" Alasannya dia tidak segera mengejar karena dia ingin Rara tenang, terlebih dahulu, berbicara ketika emosi akan semakin membuat sakit hati.Rara terdiam mendengar penjelasan dari Raymond, hatinya sulit percaya dengan ucapan sang suami. Sikap Raymond selama ini sudah cukup menyakiti hatinya dan ditambah kejadian kemarin dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.Pria itu berbeda dengan sebelumnya, raut wajahnya begitu sedih, bahkan dia meminta Rara agar tidak meninggalkannya.Begitulah pria,
Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond