Tak hanya di rumah, di rumah sakit pun Rara merasa stres karena semua rekan dokter memperlakukannya seperti orang sakit, semua pekerjaannya dihandle rekan dokter sedangkan dia hanya boleh duduk."Pak Rey, ada apa sih sebenarnya?" protesnya."Kamu lagi hamil Ra, jadi kami harus menjagamu.""Aku hanya hamil Pak Rey bukannya sedang sakit keras!" Reyhan tidak menggubris ucapan Rara, dia melakukan ini karena ada aturan baru yang dibuat oleh pemilik rumah sakit yang tak lain adalah suami Rara sendiri."Pak Rey!" Rara menarik tangan Reyhan karena dokter itu mengabaikannya."Sudahlah Ra, menurut saja, ini semua adalah peraturan baru dari rumah sakit ini." Rara sudah menduga jika ini adalah kelakuan suaminya, karena jika Raymond tidak memberikan titah maka semua dokter akan bersikap biasa terhadapnya karena dia bukanlah satu-satunya dokter yang tengah hamil.Tanpa berpamitan dan berkata apa-apa Rara mengambil tasnya dan pergi ke kantor sang suami dia ingin protes dengan apa yang terjadi di r
Hari perpisahan telah tiba, Nyonya Richard harus segera kembali ke negaranya namun sebelum pergi, dia sudah mewanti-wakti Raymond agar membuat aturan terkait Rara."Kehamilannya baru trimester pertama jangan mengambil resiko dengan membiarkannya bekerja." Raymond hanya mengangguk meski dia sendiri bingung harus bagaimana.Kepulangan mertuanya membuat Raymond bisa bernafas lega, akhirnya tekanan yang membelenggu dirinya berkurang.Seperti biasa tengah malam Rara ngidam kembali, kali ini yang diinginkan benar-benar tidak ada di ibukota."Lihat food vlogger di sosial media membuat aku ingin makan rujak cingur Mas." Suaminya melongo mendengar permintaan istrinya, setaunya rujak cingur adalah makanan khas kota Surabaya yang jarang dijual di ibukota."Kamu yang benar saja Sayang, kita tinggal di ibukota bukannya Surabaya," ujar suaminya frustasi."Aku pengennya makan rujak cingur Mas." Entah bagaimana lagi menghadapi istrinya yang tidak jelas, tengah malam mencari makanan khas daerah lai
Raymond duduk di kursi kebesarannya dengan wajah yang kesal dia merasa jika Rara telah mempermainkannya, merasa jika ngidam adalah akal-akalan wanita untuk membuat susah pria."Kesal sekali aku."Hingga malam tiba Raymond masih menyimpan rasa kesalnya, dia enggan pulang karena pasti malam ini istrinya akan menyiksanya kembali."Anda tidak pulang Tuan?" tanya David yang masih heran karena Raymond tidak bersiap pulang."Malas pulang."Personal asisten itu mengerutkan alisnya, entah ada masalah apalagi dengan atasannya tersebut."Kalau Nona Rara ngidam malam-malam bagaimana?"Raymond yang dirundung rasa kesal tidak menanggapi pertanyaan David, dia meminta David untuk membooking hotel untuknya.Sesampainya di kamar hotel, David menyiapkan segala keperluan sang Tuan baru setelahnya dia pamit pulang karena tugasnya hari ini selesai sampai disini."Tuan apa ada keperluan lain?" tanyanya meyakinkan Raymond sebelum dia pergi."Nggak ada kamu pulang saja."David berlalu pergi tapi sebelumnya di
Tessa meraung dan meronta tapi pihak kepolisian Internasional tidak melepaskannya, mereka segera membawa Tessa ke bandara.Sebelum mereka pergi, pihak-pihak kepolisian ini berterima kasih kepada kepolisian tanah air karena tidak menyulitkan meraka dalam membawa pulang salah satu warga negara asing.Pesawat telah lepas landas, kini Tessa benar-benar pulang ke negaranya, dia cukup kecewa dengan keluarganya, entah mengapa tidak menggunakan cara baik-baik untuk membawanya pulang, mengapa malah melibatkan interpol.Tanpa Tessa hari-hari Reyhan sangat gelap, untuk pergi ke rumah sakit dia sangat enggan, sepanjang hari dia terus memikirkan bagaimana caranya agar bisa bersatu bersama kekasihnya.Rara yang melihat Reyhan terus murung mulai tidak sanggup menahan rasa ingin tahunya. Waktu itu saat jam makan siang datang, Rara datang ke ruangan Reyhan untuk makan siang bersama."Pak Rey, saya bawakan makanan, ayo makan bersama?" Reyhan yang duduk di hadapannya tidak bergeming, dokter itu masih m
Tiga hari di tanah air membuat Mama Raymond tersentuh, sikap hangat serta perhatian Rara membuat hati keras wanita itu melunak, hingga pagi sekali dia memutuskan untuk kembali. "Kenapa buru-buru ma, baru juga tiga hari." Rara nampak tidak setuju dengan keputusan mama mertua yang ingin kembali secepat ini. "Gak papa sayang, biar saja mama pulang." Rara menatap suaminya dengan ekspresi kesal, sikap Raymond ini bisa membuat sang mama malah ingin cepat-cepat pulang padahal Rara berusaha mencegahnya. Tanpa berkata apa-apa, Mama Raymond dan asistennya keluar, sang asisten menunduk hormat kepada Rara dan Raymond. "Jaga mama ya," teriak Rara. Berita kunjungan mama Raymond terdegar di telinga Mama Rara, wanita paruh baya itu tersenyum devil dia seolah paham tujuan Mama Raymond mengunjungi calon cucunya. "Kamu pikir aku tidak tahu tujuan kamu Nyonya Corner." Setelah Mama Raymond kembali dari tanah air, Mama Rara meminta asistennya untuk menjadwalkan pertemuan dengan besannya tersebut
Waktu berlalu dengan cepat, kehamilan Rara sudah memasuki bulan ke sembilan yang artinya dia akan segera melahirkan.Semua sudah Raymond dan Rara siapkan mulai kamar bayi, pakaian dan lain-lainnya. Kelahiran sang buah hati sangat mereka tunggu.Untuk jenis kelamin, Rara sengaja meminta Dokter untuk tidak memberitahunya, biar jenis kelamin anaknya menjadi suprise.Pagi itu Rara yang sudah mendapatkan cuti memasak di dapur, dia ingin menyiapkan sarapan untuk Raymond."Nyonya, jangan memasak biar saya saja." Salah satu pelayan meminta Rara agar tidak melakukan apapun."Akan melahirkan harus rajin biar cepat proses lahirannya."Rara tidak menggubris para pelayan dan koki, dia hanya tidak ingin malas, apalagi kini dia sudah cuci jadi tidak ada kegiatan.Semua makanan sudah siap, saat hendak menatanya di meja makan tiba-tiba perut Rara sakit, dia berdiri sambil memegangi perutnya hingga masakan yang dia bawa terjatuh.Semua pelayan segera mendatangi Rara, mereka sangat panik ketika tau jika
Raymond dan Rara saling pandang, sejak kapan Mama dan Papanya mengakui anak yang dikandung Rara sebagai cucu.Namun meskipun begitu Rara dan Raymond tetap memberikan anak mereka untuk digendong."Ini Ma anak kami."Melihat bayi mungil menangis dalam gendongannya membuat Mama Raymond menitikkan air mata, sudah lama sekali dia tidak menggendong seorang bayi."Lucu sekali." Senyumam tersungging di bibirnya.Wanita itu teringat Raymond dulu, sungguh wajah cucunya sangat mirip. Kenangan masa itu kembali menyeruak masuk ke dalam pikirannya. Saat itu dia begitu tega mempercayakan sang buah hati pada pengasuh.Sayup-satup terdengar suara tangis dan perlahan suara tangis itu semakin kentara membuat semua orang yang ada disana terdiam."Mama kenapa?" Akhirnya Rara yang tak kuat menahan diri sehingga dia melemparkan pertanyaan."Maafkan Mama Raymond, selama ini sudah egois dan hanya memikirkan bisnis," ujarnya.Ucapan itu bagai angin yang berhembus di gurun tandus, Raymond yang selama ini yang s
Kedua nyonya besar itu terus saja berdebat dan bertengkar sehingga membuat mereka yang di sana sedikit was was terlebih para suami mereka.Hingga akhirnya Raymond, Jessica dan Rara merencanakan sesuatu supaya membuat mereka berbaikan."Kita harus merencanakan sesuatu untuk membuat mereka berdua berbaikan Mas," kata Rara."Betul, aku pusing melihat mereka selalu bertengkar," sahut Jessica.Raymond nampak berpikir, rencana apa yang bisa membuat mereka mau berbaikan, setelah berpikir akhirnya dia menemukan cara yang tepat untuk membuat mereka berbaikan.Meski cara mereka terbilang cukup ekstrim tapi tidak ada cara lain selain membuat keduanya saling membutuhkan hingga akhirnya sadar.Pagi itu rencana dimulai, Jessica meminta mamanya untuk datang ke kamar Rara begitu pula dengan Rara meminta mamanya untuk datang ke kamarnya Hingga terjadilah sesuatu di dalam, mereka berteriak meminta pertolongan namun tidak ada yang menolong hingga mau nggak mau Nyonya Richard dan Nyonya Corner saling me