Share

Hukuman

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-10 10:15:24

"Lepas! Saya tidak mau!”

Rara terus meronta karena ajudan-ajudan suruhan Tuan Corner yang tiba-tiba datang dan menjemputnya. Sayang, tenaganya yang kecil itu bukan lawan seimbang bagi pria-pria itu. Begitu pula dengan bibinya yang hanya terdiam menyaksikannya dibawa pulang paksa, membuat Rara tidak lagi punya harapan hanya tangis dan mengiba yang bisa dia lakukan berharap para ajudan Raymond berbaik hati dan melepaskannya meski itu tidak mungkin.

Sementara itu, di ruang kerjanya, Raymond menunggu dengan amarah yang meluap. Baru kali ini ada orang yang membangkang terhadapnya. Terlebih dia adalah seorang gadis kecil.

Pria dominan itu bahkan sudah menyiapkan hukuman yang pantas Rara terima. Tak berapa lama, samar-samar Raymond mendengar suara seorang wanita yang tengah memberontak.

“Saya takut, Tuan. Tolong, lepaskan saya.”

Itu adalah suara Rara yang masih mencoba meloloskan diri. Sayangnya, asisten Raymond tidak mungkin membantah perintah atasan. Pria itu terus membawa Rara menuju ruang kerja bosnya.

Tok tok tok.

Raymon berseru mendengar ketukan pintu. “Masuk!”

Asisten Raymond yang ditugaskan untuk menjemput Rara memasuki ruangan itu. Tanpa banyak bicara, asisten tersebut meninggalkan ruangan usai wanita incaran bosnya berhasil masuk.

Baru selangkah masuk, Rara sudah merasakan hawa yang tidak enak. Cara pandang Raymond yang begitu tajam membuatnya seperti berpindah alam. Hawa dingin yang menusuk membuatnya tidak sanggup melangkahkan kaki lagi.

"Mendekatlah!" Rara yang sangat ketakutan hanya memaku di ambang pintu. Dia tahu, pria arogan itu pasti ingin memberikannya pelajaran. "Aku bilang mendekat."

Ketakutan yang begitu besar dirasakan Rara, hingga membuat dirinya akhirnya menangis.

Di hadapannya, Raymond berdecak. Kesabarannya benar-benar diuji oleh gadis kecil itu.

Dengan rahang yang mengeras Raymond beranjak dari tempat duduknya lalu menyeret Rara dan melemparnya ke sofa.

Suara rendah dan dingin itu terdengar begitu menusuk di telinga Rara. "Aku harus menggunakan bahasa apa supaya kamu mengerti dengan ucapanku?"

“Ampuni saya, Tuan. Maafkan saya.” Dalam posisinya yang meringkuk karena tidak berani bergerak di atas sofa, Rara kembali mengiba.

Pria itu mendengus. "Kelihatannya bicara denganmu harus dengan cara seperti ini." Kemudian melepas dan melemparkan jas yang dikenakannya. Kemarahan membuat suhu tubuhnya meningkat drastis.

“Apa peringatanku tidak membuatmu takut?” Raymond dengan gerakan seduketifnya mulai membuka resleting celana yang dia kenakan. Di hadapannya, Rara tengah meringis, membayangkan siksaan itu akan kembali terulang. “Aku tidak peduli kamu menangis, karena tiap kesalahan selalu ada hukumannya.”

Kemudian, seperti yang sudah bisa ditebak, pergerumulan itu kembali terjadi. Pria dengan amarah itu memasuki Rara dengan kasar, jauh lebih kasar dari semalam.

Tangisan Rara yang tidak dipedulikan itu perlahan berubah menjadi erangan-erangan yang coba wanita itu tahan. Dia benci, tubuhnya telah berkhianat dan mulai menikmati perbuatan Raymond atas dirinya.

Setelah berhasil mendapatkan pelepasan, Raymond beranjak, kembali menuju kursi singgasananya. Pria itu menyulut rokok, salah satu kebiasaannya untuk meredakan amarah—selain bercinta.

"Kabur lagi, tak hanya dirimu yang kena akibatnya, tapi semua keluarga pamanmu juga akan merasakan akibatnya." Raymond menatap sang wanita yang tangisnya tak kunjung reda itu. Di dasar hatinya, pria itu mulai merasa iba. "Kembalilah ke kamar. Bersihkan dirimu dan istirahatlah.”

Tak ingin membuat Raymond marah lagi, Rara segera beranjak. Dia kembali ke kamar dan membersihkan diri. Lagi-lagi, di bawah guyuran air dia menangis hebat.

Pengkhianatan dirinya, ketidakkuasaan dirinya keluar dari takdir menyedihkan ini perlahan membuat Rara berpikir … apakah sebaiknya dia pasrah saja? Kejadian hari ini sudah membuktikan banyak hal. Raymond begitu berkuasa, sementara dirinya begitu lemah. Terus membangkang pada pria itu malah akan menyusahkan dirinya sendiri.

"Mungkin sudah seperti ini nasibku," gumamnya.

Setelah mandi, Rara berbaring meringkuk di sofa. Lelah berlari ditambah mendapatkan serangan dari Raymond membuatnya tak bisa melawan rasa kantuk hingga akhirnya dia terlelap dalam rasa sakit.

Hanya dalam tidur Rara merasa bebas tanpa ada Raymond di sekelilingnya. Dan dalam mimpi pula dia bisa menjadi dirinya seperti yang dulu.

Beberapa saat setelah Rara tidur, Raymond menyusul gadis itu. Tak sengaja netranya melihat Rara yang tengah tertidur lelap, dia pun mendekat dan menatap wajah Rara sesaat.

"Semua wanita yang menjadi penghiburku tidak ada satu pun yang membangkang."

Raymond yang lelah juga berbaring di tempat tidurnya.

**

Tak terasa, malam telah datang. Rara yang merasa lapar mencoba keluar untuk mencari makan di dapur. Namun, saat membuka pintu, sudah ada orang yang berjaga di depan kamar.

"Mohon maaf Nona anda tidak bisa keluar dari kamar tanpa ada perintah dari Tuan Raymond.”

"Saya hanya ingin ke dapur. Saya haus dan lapar."

"Mohon tunggu di kamar, saya akan memerintahkan pelayan agar membawa makanan untuk anda."

Rara mengembuskan napas panjang. Tak ingin membuat masalah lagi, Rara menurut ucapan pengawal dengan kembali masuk ke dalam kamar sambil menunggu makanan.

Bosan berada dalam kamar, dia mencoba melihat sekeliling. Barang kali, ada hal yang bisa dia jadikan mainan untuk mengusir kesendiriannya. Di sudut kamar, netranya tak sengaja menangkap buku-buku Raymond yang tertata rapi di rak buku.

Kakinya berjalan mendekat dan melihat setiap buku tersebut.

Dia mengembuskan napas panjang lagi. Ketertarikannya menyusut saat melihat jenis buku yang dikoleksi Raymond. "Semua buku tentang bisnis."

Rara merupakan lulusan terbaik di angkatannya. Dia yang berasal dari jurusan IPA memiliki cita-cita ingin menjadi seorang dokter. Dia ingin bermanfaat untuk orang lain, terutama bagi orang miskin, seperti dirinya.

Dulu orang tuanya meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis. Sakit yang diderita kedua orang tuanya menurut dokter adalah penyakit orang kaya, yang biaya pengobatannya memerlukan banyak uang.

Kartu sehat gratis dari pemerintah yang dimiliki tidak bisa mengkaver semua pengobatan itu, hingga akhirnya kedua orang tua Rara meninggal.

Tidak menemukan buku yang cocok, Rara ingin kembali ke sofa. Namun, matanya kini tertuju pada buku yang bersampul seorang wanita dan pria. Buku karangan penulis Jane Austin itu diambilnya untuk dibawa ke sofa.

Rara begitu fokus membaca novel tersebut, hingga tak sadar jika ada dua pasang mata yang menatapnya.

"Siapa yang mengijinkan kamu membaca bukuku!" Suara bariton Raymond membuat Rara terkejut lalu meletakkan buku yang dia baca.

"Maafkan kelancangan saya, Tuan karena mengambil buku anda tanpa izin.” Nada suaranya lagi-lagi bergetar karena takut.

Rara segera meletakkan kembali buku yang dia baca ke tempat semula. Dia benar-benar tidak ingin membuat Raymond marah.

"Tuan sudah saya kembalikan." Dia sungguh takut tuannya itu marah karena keteledorannya.

Raymond menanggapi ucapan Rara dengan berdehem, dan ini membuat Rara terus menatapnya.

Kerutan di dahi Rara bermunculan. ‘Aneh. Dia … tidak marah?’

"Kenapa kamu terus menatapku? Tertarik?" tanya Raymond dengan pandangan yang tak lepas dari ponselnya.

Mata Rara membulat, karena pria itu tahu dia sedang ditatap padahal Raymond tengah fokus pada ponselnya. "Ti-ti dak Tuan."

Bersamaan terdengar suara ketukan dari luar. Rara segera beranjak untuk membuka pintu. Tampak beberapa pelayan datang dengan membawa makanan.

"Maafkan kami Nona telah membuat anda menunggu lama karena ada kendala di dapur."

"Tidak apa-apa." Rara membalik tubuhnya sebelum mengizinkan pelayan masuk. “Tuan, saya tadi lapar. Di luar ada pelayan membawakan makanan untuk saya," lapor Rara.

"Lalu?" tanya Raymond masih dengan pandangan yang tak lepas dari ponselnya.

"Boleh saya makan?"

Lagi-lagi Raymond hanya berdehem menanggapi pertanyaan Rara.

Seusai mendapatkan izin dari Raymond, Rara segera mempersilakan pelayan masuk untuk meletakkan makanannya.

Dia yang sudah sangat lapar segera memakan satu persatu makanan yang ada di piring tanpa menawari Raymond terlebih dahulu. Tak terasa, semua makanan yang dibawakan pelayan tandas tak bersisa.

Rara bersendawa dengan keras karena perutnya sangat kenyang. Raymond yang sedari tadi memperhatikan Rara makan pun berkomentar pedas.

"Dasar sapi!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Puji Arsono
ceritanya bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Mega
kusuka kusuka
goodnovel comment avatar
Fira
aku ingin melihat orang sedingin salju jatuh cinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Candu

    “Ke mana Tuan Raymond?”Pagi-pagi sekali, Rara sudah tidak menemukan Raymond di ranjang kamar mereka. Yang dia temukan justru beberapa paper bag yang berisi barang- barang mewah untuknya.Karena penasaran, dia pun bertanya pada salah satu pelayang yang menjaga di pintu kamarnya. Jawaban pria itu membuat Rara sedikit bersorak girang.“Beberapa hari ke depan, Tuan Raymond tidak akan pulang. Beliau ada meeting di luar negeri.”Menjadi budak Raymond menjadikan Rara bak seekor burung yang hidup di dalam sangkar, terbelenggu dan tidak bebas.Sikap dingin dan tak peduli Raymond membuatnya bak di dalam neraka yang membuat jiwanya menjerit, pergi tak bisa bertahan tak sanggup.Bebas lepas, itulah yang Rara rasakan hari ini dia yang bergembira berguling-guling di atas tempat tidur sambil meluapkan semua apa yang dia rasakan."Terima kasih, Tuhan karena membuat si iblis itu keluar negeri. Bila perlu, tolong jangan dipulangkan, Tuhan." Doa kecil yang dia minta pada Tuhannya.Hal yang berbeda jus

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Sikap Aneh Sang Tuan

    "Menurutmu?" Suara dingin Raymond membuat Rara semakin yakin jika yang kini ada di atasnya adalah Raymond bukan halusinasi belaka.Tak lama dari kalimat itu, tubuh Raymond mengguling ke samping Rara. Peluh di tubuh, juga napas yang memburu menjadi saksi bagaimana pria itu mendapatkan kepuasan, meski si gadis kecil tidak melakukan apa pun. Apa Raymond sudah gila? Atau kecanduan dengan tubuh Rara yang terus membuatnya jatuh kepayang tanpa usaha?Saat Raymond mulai memasuki alam mimpi, Rara yang tidur di sebelah pria itu justru terjaga. Keningnya mengerut dalam. Sebersit rasa kecewa tiba-tiba muncul di hatinya. 'Kenapa sudah pulang? Bukankah pelayan bilang jika dia meeting diluar negeri?'Rara memandangi wajah Raymond yang terlihat lelah kemudian dia meringkuk membelakangi sang Tuan. Air matanya merembes keluar membasahi pipi. Gadis itu menangis dalam diam, hingga tertidur karena kelelahan. Meski sudah berkali-kali disetubuhi Raymond, hati Rara rasanya masih saja sakit. Padahal dia s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Sikap Hangat Raymond

    Dalam pelukan Sang Tuan katakutannya berkurang hingga Rara merasakan sebuah kenyamanan, rasa nyaman yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat bersama Raymond. "Apa yang kamu rasakan kini?" pertanyaan nan lembut membuat Rara enggan melepaskan pelukan sang Tuan, dia ingin terus seperti itu. "Hey." Raymond menggoyang tubuh Rara, dia memastikan jika gadisnya tidak kenapa-kenapa. "Apa yang kamu rasakan?" Kembali Raymond bertanya dengan nada khawatir. "Saya baik-baik saja Tuan." Terdengar sahutan lirih dari Rara. Perlahan Raymond mengendurkan pelukannya, dia membawa tubuh Rara bersandar di kursi tak lupa dia mengatur kursi agar Rara bisa bersandar dengan nyaman. "Tenanglah kamu akan baik-baik saja." Beberapa saat setelah menyandarkan kepalanya, tiba-tiba perut Rara bergejolak, rasa mual kini menguasai tubuhnya membuat Rara yang belum sempat bilang ingin ke toilet harus muntah di tempat. Huek, huek Rara muntah tepat di tangan Raymond yang membuat pria dingin ini seketika membulatka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Rara Seperti Hantu

    Pergumulan terjadi, keduanya hanyut dalam surga dunia yang memabukkan, tak hanya tubuhnya yang berkhianat, hati dan pikirannya juga sudah mulai tak sinkron, yang awalnya tidak menyukai pemaksaan Raymond kali ini seakan mengijinkan sang Tuan menjamah tubuhnya, bahkan tangannya mengalung sempurna di jenjang leher pemiliknya. Sama-sama mendapatkan kenikmatan yang tiada tara, keduanya terkulai lemah dengan nafas yang memburu Raymond yang lelah memejamkan matanya sedangkan Rara masih terjaga sembari memikirkan kembali apa yang telah terjadi. Samar-samar terdengar suara ketukan dari luar, Rara segera beranjak untuk membukakan pintu, di depan pintu sudah ada pelayan hotel yang membawa makanan untuk mereka. "Biar saya saja yang membawanya masuk." Tangan Rara menahan meja troli yang akan dibawa pelayan masuk. "Baik Nona," sahut pelayan. Segera Rara membawa meja troli masuk, dia meletakkan semua makanan di meja kemudian mengembalikan lagi meja troli pada pelayan. "Terima kasih." Masuk kemb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Memasak Sambal

    David benar-benar tidak mengerti dengan Raymond yang semakin bersikap aneh, di rumah jelas banyak koki profesional lantas untuk apa meminta Rara yang notabenenya hanyalah gadis kecil tanpa memiliki kemampuan seperti koki, memasak? "Tapi Tuan....Saya takut jika Nona Rara yang memasak makanannya tidak sesuai standar anda." Raymond menggeleng, dia tidak perduli masakan Rara nanti sesuai standar atau tidak yang jelas dia ingin gadis kecil itu memasak untuknya. "Baiklah Tuan."David menurut saja, karena begitulah sang Tuan jika menginginkan sesuatu tidak ada yang bisa mencegahnya.Sekali pencet nomor David sudah terhubung dengan kepala pelayan di rumah, dia mengutarakan kemauan sang Tuan, sama seperti David kepala pelayan juga tidak mempercayakan hal tersebut pada Rara tapi mereka tidak bisa membantah apa yang dititahkan oleh Tuannya. "Baiklah Tuan David." "Tuan sekali lagi apa anda yakin dengan masakan Nona Rara?" Tatapan Raymond begitu tajam membuat bulu kuduk David berdiri dan seketik

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Sakit Perut

    Rara tersenyum ketir mendengar hinaan Raymond, yang namanya sambal memang seperti itu apalagi tadi saat masak dia menambahkan terasi yang cukup banyak mungkin inilah yang membuat Raymond mencium bau yang tidak enak dari sambalnya. "Jika menjijikkan jangan dimakan Tuan." Buru-buru Rara mengambil sambalnya. "Siapa yang menyuruhmu mengambil sambal itu!" Segera Rara mengembalikan sambalnya lagi, dia benar-benar dibuat bingung oleh Raymond yang menurutnya plin plan. Tak ingin mendebat Raymond Rara mengambil piring dan bersiap melayani sang Tuan. Siapa sangka Raymond mengambil sambal buatannya dan dengan lahap memakannya. Baik Rara, pelayan maupun David dibuat terheran-heran dengan sikap Raymond, bahkan dalam waktu yang tidak lama nasi yang diambilkan Rara tandas begitun pula dengan sambal yang ada di piringnya. Butiran keringat membanjiri kening Raymond karena rasa pedas dari sambal, "Makanan ini benar-benar tidak enak." Ucapan raymond barusan tentu menyulut emosi Rara, bagaimana tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Kesal Dengan Wanita itu

    Rara tidak menjawab apa-apa dia hanya diam sembari terus menatap wanita tersebut, dari cara wanita itu bermanja-manja dengan Raymond sudah dapat dipastikan jika mereka pasti memiliki sebuah hubungan, ataukah wanita itu adalah wanita Raymond juga? belum sempat melanjutkan asumsinya, lamunan Rara sudah dibuyarkan ucapan sang Tuan."Pergilah Lalita!" Terpancar rasa tidak senang akan kehadiran Lalita."Enggak mau Tuan, saya ingin merawat anda." Dia bersikeras ingin merawat sang Tuan. Keadaan Raymond yang masih lemah membuatnya malas mendebat Lalita, lagipula hanya merawat saja apa salahnya, toh mungkin selesai merawat wanita itu akan pulang."Apa Tuan Raymond sudah makan?" Tatapan Lalita mengarah pada Rara yang sibuk dengan obat-obatan sang Tuan."Belum Nona," jawab Rara tanpa menatap Lalita."Bagaimana sih kok belum dikasih makan!" Seolah perhatian, Lalita mencaci Rara yang justru dari sinilah dia malu sendiri karena beberapa saat kemudian petugas rumah sakit masuk membawa sarapan."Ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Ponsel Baru

    "Aku bilang pergi." Suara lirih namun penuh penekanan membuat Lalita diam dan segera memakai pakaiannya kembali. Sebelum dia pergi, satu kecupan mendarat di pipi Raymond yang tanpa Raymond sadari lipstik tebal Lalita menempel. Di dalam kamarnya, Rara duduk dengan raut wajah yang kesal, kehadiran Lalita mengganggu pikirannya. "Apa yang kamu pikirkan." Suara bariton Raymond membuyarkan lamunan Rara. "Siapa lagi kalau bukan wanita itu," celetuknya, Rara yang sadar jika suara itu adalah milik Raymond segera menutup mulutnya. "Apa kamu cemburu?" Matanya menyelidik sambil tersenyum tipis. Dengan segera Rara menggelengkan kepala, dia menepis tuduhan sang Tuan terhadapnya. "Mana mungkin saya cemburu Tuan, dari segi apapun saya kalah dengan Nona tadi." Raut wajah Raymond kini berubah, entah mengapa ada rasa sakit tersendiri ketika Rara menepis jika ada rasa cemburu. "Oh." Respon singkat penuh rasa kecewa. Sehari sudah cukup untuk pura-pura sakit karena bagaimana pun juga pekerjaan di k

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Menikah dan Bahagia

    Pernikahan Reyhan dan Tessa sudah ditentukan, mereka rencananya akan menggelar pernikahan mereka di salah Hotel milik Raymond. Awalnya mereka akan menggelar pernikahan di salah satu tempat ibadah tapi Rara mendesak mereka untuk menggelar pernikahan di hotel suaminya. "Semua gratis Pak Rey, aku yang akan mengatur semuanya." "Bukan masalah gratis apa nggak Ra, tapi aku tidak mau merepotkan kamu dan Tuan Raymond." Rara tetap bersikeras dengan keputusannya, semua dia lakukan itung-itung balas budi atas pengorbanan Reyhan dulu, itu pun tidak sebanding dengan pengorbanan Reyhan terhadapnya. "Baiklah Ra, tapi hanya hotelnya saja untuk biaya lainnya biar aku yang menanganinya." Rara menggeleng keras, dia hanya ingin Reyhan dan Tessa terima beres. Dokter itu hanya bisa pasrah menerima keputusan dari mantan juniornya meski dia sangat tidak enak. Rara sangat bahagia melihat Reyhan dan Tessa akan menikah, oleh karenanya dia ingin turut andil mengurus pernikahan pria itu, dia melakukan in

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Kembali ke Tanah Air

    Melihat Rara yang bisa tersenyum kembali membuatnya Nyonya Richard bahagia, dia berharap rumah tangga anaknya tidak lagi diterpa masalah, seorang ibu mana yang tega melihat anaknya menitikkan air mata."Aku titipkan anakku kepadamu bukan untuk disakiti Raymond tapi untuk dibahagiakan."Ucapan Nyonya Richard membuat Raymond mengangguk, dia paham jika kesalahannya begitu besar."Semampu dan sebisaku aku akan membahagiakan Rara, Ma," sahutnya.Tak terasa seminggu sudah berlalu, Raymond tetap tinggal di negara Jerman sedangkan David sudah harus kembali terlebih dahulu mengingat perusahaan tidak ada yang menghindle.Berbicara lah Raymond kepada Rara terkait keinginannya untuk segera kembali ke tanah air dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan perusahaannya."Sayang bolehkah aku kembali ke tanah air? perusahaan sudah lama terlalu lama aku tinggal." Raymond sedikit takut meminta hal itu kepada sang istri, dia takut jika Rara marah.Bukannya marah Rara malah tersenyum sembari menatap suaminy

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Berbaikan

    "Ma malam ini kami tidur bersama mama dan Papa ya."Permintaan bocah kecil itu membuat Rara sedikit terkejut, mengingat dirinya dan Raymond untuk sementara waktu tidur di kamar yang terpisah.Shane juga ikut-ikutan sama seperti Kania, dia merengek supaya mamanya mengijinkan mereka untuk tidur bersama."Baiklah." Rara pun pasrah.Raymond tersenyum setidaknya malam ini dia bisa tidur satu kamar dengan sang istri.Semalaman Raymond dibuat sibuk oleh kedua buah hatinya kedua anak itu terus ingin ditemenin Raymond bermain.Mereka main tebak-tebakan nama buah dan juga nama hewan, Shane yang masih belum paham tentang nama-nama binatang dan buah sedikit membuatnya selalu kalah dan sebagai hukumannya dia harus mencium Kakak dan Papanya.Melihat keseruan suami dan anaknya Rara hanya bisa menggelengkan kepala, sebenarnya dia juga ingin turut bergabung namun egonya masih tinggi.Setelah bermain kedua bocah kecil itu terkapar tak berdaya, Rara yang sudah mengantuk segera menyusul ke tempat tidur.

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Tessa Sembuh

    Beberapa episode terakhirRaymond mengirimkan laporan pembatalan kerja sama dengan Fera kepada Rara, dia ingin istrinya percaya kalau dia dan Fera benar-benar tidak ada hubungan apa-apa.Setelah foto bukti pembatalan itu dikirim Rara tak kunjung melihat pesan yang dia kirim, hal ini membuat Raymond nampak gusar dia ingin menghubungi istrinya tapi takut jika sang istri marah.Pria itu hanya bisa mengusap rambutnya dengan kasar tak tahu harus bagaimana lagi untuk merayu sang istri.Di sisi lain Rara sudah melihat foto itu, dia pun tersenyum tapi dia masih belum mau memaafkan suaminya, hal yang dilakukan Raymond kali ini masih belum cukup untuk menebus kesalahannya selama ini."Sayang kenapa tidak dibalas?" Akhirnya Raymond mengirim pesan lagi kepada sang istri.Kali ini Rara hanya membaca pesannya tanpa mau menjawab pesan yang dia kirim."Masih belum bisakah kamu memaafkanku aku sayang?" Raymond mengirim pesan kembali.Rara hanya menulis satu kata yaitu belum hal ini membuat Raymond ke

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Senjata Makan Tuan

    Nyonya Richard terus memantau Fera, dia sangat murka setelah tahu Fera merencanakan hal buruk kepada Raymond.Menantunya yang saat ini tidak tenang karena masalahnya dengan Rara jadi kurang fokus. Dia tidak menyadari jika Fera tengah merencanakan hal untuk menjebak Raymond."Kelihatannya dia cukup meresahkan." Nyonya Richard ingin anak buahnya segera bertindak."Kita jebak balik saja Nyonya," sahut asistennya.Senyuman tersungging di bibir wanita itu, wanita yang ingin menghancurkan anaknya harus mendapatkan balasan yang setimpal.Fera malam itu meminta Raymond untuk bertemu di rumahnya, dia berbohong jika dirinya kurang enak badan.Awalnya Raymond enggan tapi Fera bilang jika urusan dengan mantan kliennya harus segera diselesaikan agar dia bisa mendapatkan klien yang lain.Fera meminta pelayan untuk menyiapkan minuman, di dalam minuman itu dia memasukkan obat tidur."Malam ini kamu akan menjadi milikku Ray, dan foto-foto kamu bersamaku akan aku kirim pada istri kamu yang bodoh itu!"

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Mengawasi Fera

    "Aku pulang sayang." Raymond berpamitan pada Rara.Melihat suaminya hendak kembali ke tanah air membuat Rara sedih tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Raymond.Melihat ekspresi Rara yang nampak biasa membuat Raymond sedih. "Sayang apa kamu masih marah?"Rara tidak menjawab pertanyaan sang suami, tatapan yang tajam membuat Raymond yakin jika istrinya masih belum mau memaafkannya."Sayang aku mohon." Pria itu terus memohon."Aku ingin melihat kesungguhan kamu Mas! karena jika aku dengan mudah memaafkan kamu maka kamu akan mengulanginya lagi."Pria yang biasanya berkuasa kini menunduk lemah di hadapan istrinya. "Baiklah Sayang." Dia pasrah.Ketika semua berkumpul untuk mengantar kepulangan Raymond dan David di depan, Rara berpura-pura jika tidak ada apa-apa, dia senyum semanis mungkin bahkan dia mencium tangan sang suami."Hati-hati ya Mas, cepat kesini lagi," katanya.Raymond melongo menatap sang istri, andai ini tidak sandiwara pasti dia akan senang."Tuan David titip Mas Ra

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Firasat Mama

    Beberapa saat kemudian Raymond datang dengan David, Nyonya Richard yang kebetulan di ruang depan pergi menyambut sang menantu."Rara mana Ma?" Dia begitu cemas takut jika sang Mama melarangnya untuk bertemu sang istri."Berani sekali kamu membiarkan anakku ke sini sendiri!" Sang Mama protes karena menantunya membiarkan sang anak datang ke Jerman sendirian."Saya mau minta maaf Ma, saya tidak bermaksud membiarkan Rara datang ke Jerman sendirian." "Aneh!" kerutan mulai bermunculan.Karena belum tahu masalah anaknya Nyonya Richard menyuruh Raymond untuk pergi ke kamar. "Pergilah ke kamar mungkin dia tengah istirahat."Dengan buru-buru Raymond pergi ke kamar dan meninggalkan David di ruang tamu bersama Nyonya Richard.Begitu melihat Rara, Raymond segera memeluk istrinya, dia meminta penjelasan kenapa tiba-tiba pulang ke Jerman."Apa salahku sayang, kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Jerman sendirian?" Rara menatap suaminya dengan tatapan tajam, "Pura-pura nggak tahu kamu Mas." Katanya deng

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Wanita Ular

    Raymond menggeleng sekali lagi dia menjelaskan jika dia dan fera tidak ada hubungan apa-apa, memang dia mengakui satu kamar dengan fera tapi mereka tidak melakukan apa-apa.Tujuannya ke Pulau Bali karena ingin membuka Resort di sana, kebetulan fera memiliki tanah yang sangat luas di wilayah yang strategis oleh karena itu Raymond pun diajak kerjasama untuk membangun Resort tersebut."Itulah alasan kenapa aku akhir-akhir ini pulang malam dan pergi ke Pulau dewata." "Kamu juga tidak mengejarku Mas!" Alasannya dia tidak segera mengejar karena dia ingin Rara tenang, terlebih dahulu, berbicara ketika emosi akan semakin membuat sakit hati.Rara terdiam mendengar penjelasan dari Raymond, hatinya sulit percaya dengan ucapan sang suami. Sikap Raymond selama ini sudah cukup menyakiti hatinya dan ditambah kejadian kemarin dirinya benar-benar kecewa dan sakit hati.Pria itu berbeda dengan sebelumnya, raut wajahnya begitu sedih, bahkan dia meminta Rara agar tidak meninggalkannya.Begitulah pria,

  • Wanita Pemuas Untuk Presdir   Tidak Percaya

    Raymond sangat shock melihat Rara yang menjadi pelayan, wajahnya memucat ketika Rara menatapnya tajam dengan air mata yang terus mengalir."Jadi ini mas tujuan kamu datang ke pulau ini." meski menangis tapi Rara mencoba untuk tersenyum.Sangat terlihat hati wanita itu begitu terluka melihat suaminya satu kamar dengan wanita lain."Kamu mengikuti aku!""Kalau tidak begini mana mungkin aku tau kecurangan kamu Mas," jawab Rara.Wanita itu menangis sambil terisak, dulu dia telah memberi kesempatan kedua dan berharap Raymond tidak akan menyakitinya, namun untuk sekian kalinya sang suami terus menyakitinya."Yang telah aku lakukan selama ini apa sedikit saja tidak bearti bagimu Mas!"Rara menatap Fera yang terdiam, dia memarahi Fera yang tega menggoda suaminya."Aku tidak menggodanya." Tentu Rara tidak percaya, bahkan saat makan Fera telah berani menyuapi sang suami.Tak ingin berdebat, Rara memutuskan keluar. Perasaannya tak menentu, hatinya benar-benar hancur karena sang suami.Raymond

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status