"Enak?" Tanya Logan.
Logan mengajak Layla duduk di kedai es krim dan memesankan es krim coklat yang menggiurkan. Aroma coklat menguar di udara membuat pertahanan Layla roboh dan akhirnya memakan es krim itu hingga matanya terpejam.
"Ini alasan aku tetap mempertahankan pernikahan kita. Kamu selalu berhasil membuat gundah hatiku hilang begitu saja." Puji Layla tulus."Jangan berlebihan, aku hanya malas melihat wajah kusutmu." Goda Logan yang sebenarnya senang melihat usahanya berhasil."Menyebalkan!" Umpat Layla."Jangan lupa bayar itu, karena aku tak membawa uang." Ucap Logan santai kemudian melenggang santai keluar dari kedai."Apa?" Pekik Layla kesal."Dasar tak modal! Lain kali aku tidak akan tertipu lagi!" Geram Layla yang terdengar lucu di telinga Logan."Berapa pesananku tadi?" Tanya Layla pada pramusaji."Maaf Nyona, pesanan anda telah dibayar oleh tuan tadi." Ucap pramusaji itu menunjuk ke arah Logan yang tengah berdiri diluar kedai."Sial! Dia mengerjaiku lagi. Menyebalkan!" Umpat Layla lirih."Baiklah terimakasih." Ucap Layla kemudian berjalan keluar kedai. Ia berjalan cepat meninggalkan Logan yang mengikutinya dengan tersenyum menyebalkan di mata Layla."Selamat bekerja Sayang." Ucap Logan pada Layla sesampainya didepan gedung Johnson Architect."Pergilah!" Balas Layla yang masih kesal dengan ulah suaminya itu.Logan segera menaiki Bis lain menuju tempat proyek Apartemen yang terbengkalai karena proyek tersebut telah ia hentikan.Saat Logan sampai di lahan proyek tersebut, ia cukup terkejut bahwa lahan tersebut nyaris masih kosong meski dana yang terkucur untuk proyek ini telah mengalir sekitar tiga ratus milyar rupiah. Kini Logan mulai mengerti bahwa ada pihak yang telah memanfaatkan proyek ini untuk kantongnya sendiri. Entah siapa itu namun Logan cukup merasa kesal, meski nilai dana yang terkucur tersebut tak berarti apa-apa baginya, namun hal itu telah ikut andil dalam membuat Williams Skyworks ketika masih dikelola oleh kakeknya sempat hampir bangkrut."Halo Marry, aku sedang meninjau lokasi proyek. Lahan yang telah mengambil tiga ratus milyarku masih kosong? Bagaimana itu bisa terjadi?" Cecar Logan geram."Aku juga baru saja mengetahuinya, aku rasa proyek tersebut dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab karena kita juga tak begitu fokus disana. Proyek apartemen itu memang bukan proyek besar bagi kita." Jelas Marry pada Logan melalui sambungan telepon."Kurasa aku harus memberi pelajaran kepada tikus kecil ini." Ucap Logan sebelum menutup sambungan teleponnya dengan Marry.Logan kemudian menelepon seseorang untuk bertemu dengannya di sebuah ruang VIP sebuah restoran tak jauh dari Metro Local A."Paman John, maaf membuatmu menunggu. Aku berjalan kaki kemari dari lahan proyek apartemen yang terbengkalai di Metro Local A." Jelas logan pada John Davis.John Davis adalah seorang pimpinan mafia diarea Metro Local A dan wilayah lain di sekitarnya. Cakupan daerah kekuasaannya cukup luas. Reputasi John Davis memang cukup terkenal sebagai bos mafia yang berbahaya, namun tidak bagi Logan. Baginya John hanyalah preman pasar yang telah ditempa oleh keluarganya. Tentu saja John akan sangat membantunya memecahkan masalah-masalah receh seperti ini. Kali ini John akan ditugaskan untuk memberi pelajaran kepada oknum yang telah mencuri uang proyek perusahaannya."Tak masalah Log, apa ada yang bisa kubantu?" Tanya John tanpa bertele-tele."Aku ingin tahu siapa yang memimpin proyek apartemen itu." Jawab Logan."Setahuku, dia adalah bagian dari keluarga istrimu. Ia adalah Nathan Johnson." Ucap John santai sembari menyeruput kopi hangatnya."Oh, bocah tengil itu. Pantas saja gaya hidupnya mendadak menjadi hedon beberapa tahun belakangan ini." Geram Logan pada sepupu istrinya itu."Apa yang bisa kulakukan?" Tanya John."Cari tahu siapa yang bekerja sama dengan Nathan, dan laporkan padaku. Aku ingin memberi mereka sedikit pelajaran." Logan berseringai licik.Tanpa waktu lama, jaringan itu langsung terungkap. Anak buah John telah mengirimkan seluruh data para manusia curang itu dalam sekejap."Nova Johnson, dia menggelapkan puluhan miliar untuk membeli properti dan berlian bersertifikat, sangat mudah dilacak. Andrew Johnson, dia membeli beberapa mobil mewah, dan sering mengadakan private party di rumah yang baru saja dia beli, semua itu dia lakukan dengan uang penggelapan dana perusahaan. Yang terparah Nathan, dia bahkan yang mengatur penggelapan uang-uang itu. Sebanyak tiga ratus miliar, dia hanya mengalokasikan untuk lahan tersebut sebanyak seratus miliar, sedang sisanya ia berikan pada ibu dan adiknya beberapa puluh miliar dan dengan seratus miliar lebih ia telah mempersiapkan rencana melarikan diri keluar negeri, kemungkinan tujuan utamanya adalah Thailand. Karena dia memiliki seorang kekasih, entah dia tau atau tidak bahwa sebenarnya pasangannya itu adalah seorang lady boy. Sangat memalukan, dia benar-benar menghancurkan hidupnya demi nafsunya pada sesama jenis." John dengan gamblang menjelaskan semua temuannya dari seorang informan rahasianya."Sial! Aku tak menyangka perusahaan kakekku di kerumuni oleh orang-orang menjijikkan seperti mereka. Bahkan menipu keluarganya sendiri demi memuaskan hasrat pribadinya." Iba Logan pada keluarga Johnson."Tapi kenapa sampai lahan itu seakan belum tersentuh sedikitpun?" Tanya Logan lagi."Ya, seratus miliar untuk proyek itu sepertinya habis untuk menutup utang perusahaan mereka. Kasian sekali keluarga itu. Mereka memiliki banyak keturunan tak bermoral." Cibir John."Baiklah, terimakasih atas informasinya. Beri tahu aku jika ada informasi penting lainnya. Aku harus pergi ke suatu tempat." Pamit Logan pada John."Jangan lupa, kau harus membayar semua informasi dari pak tua ini." John menepuk dadanya sembari mengatakan candaannya."Tentu Paman, aku akan membuat jabatanmu naik." Janji Logan pada adik ibunya itu.John pulang kerumah mertuanya dengan membawa sebuah kardus berisi kasur. Ia merasa harus menjaga kualitas tidurnya mulai saat ini. Selain itu, Logan juga membeli sebua laptop yang tak begitu mencolok meski harganya cukup mahal. Sekedar mengelabuhi kedua mertuanya dan juga Layla."Untuk apa itu Log?" Tanya Suzy."Aku butuh kasur tambahan di kamar, aku membeli yang murah saja, karena ini hanya untukku, bukan untuk Layla." Ujar Logan jujur. Kasur itu ia beli dengan harga puluhan juta saja dan sengaja ia ikat diatas mobil tua yang baru saja ia beli hari itu juga."Lalu kemana skutermu? Kenapa kamu membawa mobil tua ini?" Cecar Suzy masih belum puas memberi pertanyaan demi pertanyaan pada Logan."Aku menjualnya, aku butuh sebuah mobil walaupun sudah tua sekalipun tak masalah. Karena aku akan sering berpergian setelah ini." Jawab Logan santai."Huh! Memangnya apa yang kamu bisa kerjakan. Selama ini kamu hanya pandai mengolah makanan." Ejek Suzy sekaligus memuji olahan tangan menantunya itu. Logan memang sangat lihai mengolah bahan makan biasa menjadi hidangan mewah. Hingga Suzy merasa seakan selalu memakan makanan dari restoran bintang lima."Ya mungkin saja aku menjadi pengamat makanan bu. Ibu tenang saja, pekerjaanku tidak akan merugikan Ibu." Ucap Logan datar, kemudian melangkah ke dalam rumah meninggalkan mertuanya yang kebingungan dengan sikap Logan yang semakin tidak menghormatinya.Logan melangkah ke kamar sambil menyeret kasur yang ia beli. Ia mendapati Layla telah berada di dalam kamar dan sedang mewarnai kuku-kukunya."Kau sudah pulang, Sayang?" Tanya Logan ramah sembari membongkar packing kasur itu."Kau membeli kasur?" Tanya Layla kembali tanpa menghiraukan pertanyaan dari Logan."Iya, aku butuh istirahat yang nyaman juga. Sama sepertimu, aku juga akan merasa pegal-pegal jika tidur di sofa keras itu." Jawab Logan sembari menunjuk sofa tempat ia biasa tidur."Kau pegal-pegal setelah dua tahun berlalu? Huh! Omong kosong!" Cibir Layla kemudian memeriksa kasur baru milik Logan."Iya, selain itu aku juga sudah lelah dengan sikap kalian." Ucap Logan acuh.Setelah kasurnya mengembang sempurna, ia pun lantas berbaring di atasnya dengan mata terpejam menikmati kenyamanan luar biasa meski hanya tidur di kasur murahan miliknya. Setidaknya, ini amat sangat jauh lebih baik dari sofa kerasnya itu."Tunggu, jangan kira aku tidak tahu. Ini kasur seharga puluhan juta. Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu apalagi kamu menghamburkannya hanya untuk membeli sebuah alas tidur." Selidik Layla."Kenapa kamu selalu mempermasalahkan semua hal. Bukankah kamu tidak suka melihat aku yang pecundang dan miskin? Kini aku punya uang kamu juga masih mempermasalahkannya?" Logan masih saja menjawab dengan nada santai dan masih terpejam."Aku tidak peduli! Terserah saja. Kamu benar-benar tidak peduli padaku! Dan aku juga tidak akan peduli padamu!" Geram Layla."Kau mengatakan tiga kali kata 'peduli'." Balas Logan santai dan beberapa saat kemudian ia pun terlelap setelah menikmati ocehan istrinya sebagai pengantar tidur.Layla sungguh geram pada tingkah dingin Logan. Suami yang selama ini diam dan penurut kini menjadi sangat dingin dan terkesan acuh.
Suara dengkuran halus dari mulut Logan membuat Layla sehingga ia terus saja memandangi Logan dengan kekesalan yang memuncak, namun entah mengapa wajah lelah Suaminya itu menghipnotisnya hingga ia tak sengaja ia tersenyum tipis. Sebenarnya di mata Layla, suaminya itu cukup manis bahkan sikapnya pada Layla juga begitu lembut dan menghormati. Namun apalah daya, ia tetap harus menjaga dirinya agar tak jatuh ke pelukan Logan, sebab ia tak tahu sampai kapan ia akan bertahan dalam pernikahan ini.
Keluarga besarnya sangat menentang pernikahan ini meski pernikahan ini adalah keinginan nenek Almira Johnson, wanita dengan peran terkuat dalam keluarga Johnson. Ketika Almira masih hidup, perlakuan keluarga Johnson pada Logan tak seburuk saat ini. Namun setelah Almira meninggal dunia, seluruh keluarga Johnson mengucilkan Logan karena Logan seorang tak berharta dan tak punya peran dalam masyarakat. Bahkan keluarga inti Layla pun terkena imbasnya. Bob dipecat dari perusahaan, dan tak lagi tinggal di mansion bersama Robin Johnson, Kakek Layla yang memegang tahta tertinggi keluarga Johnson dan anggota keluarga lainnya. Namun semakin ke sini, seakan Layla merasa ada yang sengaja ditutupi oleh suaminya itu. Bagi Layla, Suaminya itu begitu misterius dan karismatik
"Dasar suami menyebalkan! Aku rasa kau adalah penyesalan terbesar di dalam hidupku! Aaaaarghh!""Kau membeli mobil?" Tanya Layla ketika hendak pergi ke kantor."Iya, mulai hari ini aku akan mengantarmu dengan mobil ini. Meski tampilannya mobil tua, tapi tenang saja mobil ini tidak akan menyusahkanmu." Ucap Logan sembari mengelus bodi mobil tua yang baru saja ia beli. Ia sengaja membeli mobil yang tidak mencolok sama sekali namun telah direstorasi sehingga terasa mengendarai mobil baru."Berapa kamu membeli mobil ini?" Tanya Layla curiga, sebab mobil ini sangatlah rapi bahkan juga memiliki fasilitas yang umum pada mobil keluaran baru."Hanya beberapa puluh juta." Jawab Logan berbohong. Namun untungnya Layla tak begitu paham tentang otomotif sehingga ia banyak berkomentar lagi."Besok malam Nathan akan bertunangan dengan Aine. Jadi kita harus datang, aku juga ingin membeli sebuah hadiah." Layla memulai pembicaraan dengan pandangan keluar jendela."Ohh benarkah? Aine? Dia sekertaris Nathan bukan?" Logan memastikan."Ya, mungkin mereka terlalu sering bersama sehingga memilih untuk m
"Ada apa sayang?" Tanya Logan pada Layla."Tidak, aku hanya kasihan pada kakek. Di hari tuanya ia bahkan masih harus bekerja keras untuk keluarga ini. Sedangkan kami para anak cucu hanya bisa menghambur-hamburkan uangnya saja." Ratap Layla."Kamu, sangat mirip dengan si tua itu." Ucap Logan sambil tersenyum menatap wajah Layla sekilas."Apa kamu bilang?" Tanya Layla bingung dengan sedikit tersinggung."Hahahaha... Benar, kalian benar-benar mirip. Kamu dan kakekmu sama-sama seorang pekerja keras, tulus, namun bodoh." Logan masih tertawa-tawa melihat ekspresi Layla yang semakin kesal."Apa maksudmu?" Geram Layla."Lupakan, ayo sudah sampai. Kita turun!" Titah Logan tanpa menghiraukan lagi Layla yang terus mengomel. Ia melangkah masuk kedalam sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari rumah mertuanya."Aku sudah bilang Logan, aku tidak bisa menghambur-hamburkan uang. Perusahaan sedang kekurangan dana." Layla mencoba berjalan cepat mensejajari langkah suaminya."Perusahaan kalian yang k
Bagi Logan Kesetiaan adalah sebuah keharusan. Bukan hanya sekedar dalam hubungan antara dua insan dalam ikatan pernikahan, namun dalam dunia bisnis sekalipun Logan sangat menjunjung tinggi nilai kesetiaan. Baginya, partner yang setia adalah aset yang berharga dan ia rela membayar mahal untuk itu.Logan merasakan pusing yang menekan kepalanya, sepertinya pesona Layla cukup memabukkan dari pada meminum obat perangsang sekalipun. Ia merasa harus menuntaskan hasratnya kali ini, meski harus bersolo karir.Tak Lama kemudian, Layla keluar dari kamar mandi. Kini ia telah menggunakan gaun rumahannya. Meski tak seseksi pakaian yang sebelumnya, punggung Layla yang indah cukup membuat Logan semakin menggila. Melihat Layla menggulung rambutnya ke atas benar-benar pemandangan yang tidak tepat dalam kondisinya yang hampir menuju puncak saat ini."Sayang, kamu sangat cantik. Pantas saja jika orang-orang menyebutmu sebagai harta Karun keluarga Johnson." Logan mendekati Layla dengan pandangan sayu dan s
Ketika Layla tengah sibuk mencoba-coba sepatu yang bagus menurutnya. Logan segera mengambil gawainya untuk menghubungi seseorang."Hallo Marry, tolong bantu aku membeli sebuah sepatu di toko Cindy store. Aku ingin sebuah sepatu cantik bertahtakan berlian yang dipajang di sana." Titah Logan pada Marry."Cinderella story?" Marry meralat."Iya benar." Jawab Logan."Untuk istrimu? Berapa ukuran kakinya?" Marry terkekeh di ujung sambungan telepon."Jangan tertawakan aku, iya ini untuk istriku. Sebentar kutanyakan ukuran kakinya." Logan menjeda."Sayang, berapa ukuran kakimu?" Tanya Logan pada Layla."Ukuranku tiga puluh delapan. Kamu mau membantuku mencari sepatu yang cocok?" Tanya Layla senang."Tentu!" Jawab Logan dengan membalas antusiasme Layla."Terimakasih Logan, kamu suami yang sangat romantis dan pengertian." Puji Layla yang dibalas oleh senyuman logan.Logan pun segera menepi untuk mengatakan ukuran kaki Layla pada Marry."Tiga puluh delapan, harus sudah datang di rumah mertuaku t
Layla mengguncang tubuh Logan dan berkata, "Log, bangunlah aku dan orang tuaku sudah siap. Segera bersiaplah kemudian kita berangkat.""Baiklah." Jawab Logan kemudian segera bersiap memakai setelan yang telah disediakan oleh Layla. Senada dengan gaun hitam yang dikenakan oleh Layla. Logan tampak begitu mempesona, bahkan jejak pecundang yang selama ini melekat padanya hilang entah kemana."Ini kamu Log?" Layla cukup terkejut ketika melihat Logan telah siap dan keluar dari kamar."Ya dia itu suamimu, sayangnya dia pencundang. Andai saja ia seorang pemimpin perusahaan terkemuka seperti Williams Skyworks, pasti kau adalah wanita yang sangat beruntung." Cibir Suzy sambil terkekeh."Tentu bu, anakmu memang sangat beruntung." Ucap Logan dalam hati, namun ia hanya tersenyum penuh arti pada Layla.Bob yang sedari tadi diam tak beraksi seperti kedua wanita disebelahnya tiba-tiba bertanya, "Kau sudah siapkan hadiah untuk Nathan?""Tentu aya
Seluruh area Sky Lounge menjadi cukup sibuk dengan banyaknya jumlah tamu undangan. Sembari menikmati hidangan yang disajikan oleh para pelayan para tamu pun saling bercakap, entah itu tentang pribadi mereka, gosip diantara mereka, atau tentang Nathan dan Aine yang nampak serasi. Para tamu bertepuk tangan dan mengucapkan selamat pada Nathan dan Aine seketika mereka saling menyematkan cincin di jari manis pasangannya.Ketika jam menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh menit, Andrew Johnson menaiki podium untuk pembacaan hadiah."Perhatian semuanya," Andrew Johnson mengetuk mikrofon untuk menarik perhatian para tamu undangan pertunangan kakaknya, Nathan."Selamat malam, terimakasih atas kehadiran anda semua di pesta pertunangan Nathaniel Johnson kakakku dan Aine Rashid putri kebanggaan keluarga Rashid yang terhormat. Saya Andrew Johnson mewakili kakak dan ibu saya tercinta juga keluarga besar Johnson mengucapkan selamat menikmati segala jamuan yang telah kami siapk
"Sayang, Layla tampak pucat. Ada apa dengannya?" Tanya Aine pada Nathan."Entahlah, tapi semoga saja dia tidak merusak acara kita. Lagi pula aku juga kesal, kenapa kakek harus meminta waktu di momen bahagia kita. Kenapa tidak di waktu lain saja." Gerutu Nathan."Aku serius Sayang, sepertinya ia sedang sakit." Aine cukup khawatir dengan kondisi Layla yang menyandar pada tubuh Logan.Yugo mengekor di belakang Layla dan Logan. Mereka bertiga kini sudah berada di depan dimana seluruh mata tertuju pada mereka. Beberapa orang bahkan mulai menyadari bahwa Layla terlihat pucat dan tak ragu menunjukkan kemesraannya dengan Logan. Seakan rumor yang selama ini beredar tak benar. Yugo yang sedari tadi merasa percaya diri karena keluarga besar Johnson telah menerima lamarannya untuk Layla pun kini memandang penuh curiga pada pasangan Layla dan Logan."Lepaskan cucuku Logan!" Lantang kakek Robin Johnson."Kakek?" Tanya Layla heran, ia terkejut dengan te
"Hari ini reputasiku benar-benar hancur." Ucap Robin kemudian memegang dadanya yang terasa sakit dan terhimpit, Robin terkulai lemah meski masih memiliki kesadaran."Ayah!" Teriak Bob yang terkejut melihat kondisi ayahnya yang nampak lemah di atas kursi rodanya."Bawa aku ke Rumah sakit." Pinta Robin."Tolong jangan bawa anakku." Teriak Nova Johnson sembari menarik-narik tangan Nathan yang telah melemah seakan menyerah pada takdir."Aku tidak menyangka, keluargaku bisa hancur dalam semalam karena ketamakan. Bagaimana kami harus menghadapi cemoohan orang-orang, besok atau bahkan saat ini pasti berita tentang pesta ini telah menyebar. Ohh Logan... " Layla terduduk di posisinya sambil tersedu melihat keluarga Johnson dipermalukan bahkan Nathan diseret paksa oleh pihak berwenang."Bangunlah Sayang, mari kita pulang." Logan menarik tangan Layla untuk bangun dan memapahnya untuk berjalan mengikuti Bob yang mendorong kursi roda Robin."Ayah sepertinya aku harus
Tok... Tok... Tok..."Ohhh, shit kau tidak menutup pintunya Log." Layla spontan menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya yang basah dengan peluh."Ha-ha-ha, tenang sayang itu hanya Jack yang mengantar makanan untukmu," ujar Logan yang tak tahu malunya berjalan begitu saja kearah pintu untuk mengantar troli makanan Layla sembari bertelanjang tanpa sehelai benangpun."Kau gila, kenapa bertelanjang seperti itu. Memalukan!" gertak Layla kesal."Tadi bukankah kau melakukan hal yang sama?" Logan menarik troli yang telah ditinggalkan oleh Jack dan menutup pintu kamarnya."Enak saja! Itu tidak sama, aku melakukannya karena tidak tahu bahwa disana ada tamu yang menginap. Sedangkan kamu, kau tahu ada Jack diluar dan tetap saja berpenampilan bugil seperti itu, memalukan!" elak Layla."Ha-ha-ha, Jack tidak akan tinggal jika tahu kita sedang bersenang-senang. Dia hanya mengetuk untuk memberi tahu bahwa makanan telah tiba." Logan sungguh tidak menyadari bahwa kegiatan panasnya telah dinikmati
"baiklah hukuman pertama, kamu harus memijat punggungku," ucap Layla dengan senyum licik. "Itu mudah." Logan pun sibuk mencari minyak gosok untuk memijat Layla. Namun kemudian logan berhenti dari aktifitasnya sejenak karena melihat Layla bukannya berbaring dan menunggu Logan, tapi justru berganti pakaian renang two piece berwarna merah yang hanya menutupi sebagian kecil saja dari tubuh indahnya."Ayo tuan Logan, kau ini jadi memijatku atau tidak?" Layla dengan santainya melenggang keluar dari kamar tanpa memakai kimononya."Sa... Sayang... Kamu mau kemana? Pakai Kimonomu sebelum sampai di kolam renang. Ini masih siang, banyak orang di luar." Logan begitu panik, karena mengingat dokter Ashley, Miki, dan Benny masih tinggal dirumahnya dan tidur di paviliun yang berada tepat di tepi kolam renang. Layla tak peduli dengan celotehan Logan. Ia justru meninggalkan suaminya itu dengan acuh.Logan seketika mengejar Layla yang terlihat menuju ke arah kolam renang. "Sayang tunggu, kamu sedang
Layla cukup tercengang dengan cerita Jack tentang Logan. Ia juga begitu penasaran dengan sosok Lucy yang menurut Jack begitu berarti bagi Logan. Perasaan cemburu sedikit menyentilnya, mengetahui bahwa ia bukanlah wanita pertama bagi Logan, juga karena Logan pernah begitu mencintai wanita selain dirinya."Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang suamiku," sesal Layla."Jika saat ini Tuan Logan belum membuka seluruh jati dirinya pada anda, saya rasa ada dua kemungkinan sebabnya. Yang pertama, Tuan Logan belum siap bercerita pada Anda. Atau yang kedua, Tuan Logan memang tidak ingin menceritakan masa lalunya pada anda karena ingin berfokus pada masa depannya bersama Anda dan bayi yang tengah Anda kandung." Jack berusaha membesarkan hati Layla."Aku masih penasaran dengan insiden yang hampir membahayakan nyawamu, dan juga penyebab mantan kekasih Logan itu meninggal dunia." "Itu..., sebenarnya saya malu mengakuinya. Saat itu kondisi perekonomian saya sedang sangat buruk. Saya mempunyai h
Layla mulai gelisah karena Logan tak kunjung pulang semenjak berpamitan tadi pagi. Layla berpikir keras, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Logan dengan penampilannya yang paripurna tersebut. "Dimana kamu Logan, kenapa belum juga pulang?" gumam Layla sembari menimang-nimang ponselnya karena bingung harus menelepon Logan atau tidak. "Masa bodoh, aku tidak akan peduli!" ucapnya kesal pada Logan namun tak bisa melampiaskan kemarahannya."Bahkan aku berdandan untuk kesia-siaan. Dasar bodoh, dan murahan!" oloknya pada dirinya sendiri."Apa yang kupikirkan hingga aku begitu bersemangat untuk merias diriku. Dasar wanita murahan." Layla begitu kesalnya hingga melampiaskan amarahnya pada pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.Karena merasa malu dengan dandanannya yang sangat nampak berusaha menggoda Logan, dan sayangnya Logan sendiri justru sibuk dengan dunianya sendiri. Layla pun menghapus makeup yang menempel di wajahnya. Merapikan kembali seluruh lingerie
Setelah berhasil membodohi Layla dan kedua orangtuanya Logan menyusun rencana berikutnya dan kini melibatkan Dokter Ashley. Tentu Karena Logan Akhirnya memutuskan untuk menandatangani surat perjanjian pengaksesan otak Lucy. Logan merasa tindakan ini sangat mendesak untuk dilakukan mengingat ancaman dari komplotan musuhnya tentang Layla bukanlah ancaman kosong belaka. Logan tidak ingin mengulang kesalahan untuk yang kedua kalinya, yaitu abai dengan keselamatan orang terdekatnya. Logan berupaya bagaimana caranya segera mengetahui dalang dibalik kematian Lucy yang mungkin kini mengincar Layla. Ia sangat berharap, setelah berhasil mengakses otak Lucy dan mengetahui siapa penjahat itu, ia bisa segera bebas dari ancaman tersebut dan bisa berbulan madu dengan tenang bersama Layla. Mempunyai banyak anak dan menua bersama Layla.Logan telah berpakaian sangat rapi dengan menggunakan tuxedo seakan ia akan pergi menikahi seorang gadis. Namun nyatanya, ia berdandan serapi itu adalah untuk me
"Tuan Williams sangat membutuhkan Layla disisinya. Kami berjanji akan menjaga Nyonya Layla Johnson dengan baik. Juga, memberikan pengobatan yang terbaik pada Tuan Williams." "Bagaimana ini Bob?" Suzy panik."Ayah ijinkan aku, kini aku harus berbakti kepada suamiku, seperti ibu berbakti pada Ayah. Tolong jangan egois, aku sangat mencintai Logan." Layla yang tidak tahu menahu soal sandiwara Logan, begitu terbawa suasana hingga menangis tersedu-sedu.Karena hal itu dengan berat hati Bob dan Suzy mengantar anak dan menantu mereka ke bandara untuk penerbangan ke Singapura. Setelah pesawat yang ditumpangi oleh Layla dan Logan take off, Bob dan Suzy pun memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Namun, disisi lain setelah sesi drama antara Layla dan kedua orangtuanya, Logan dan Layla masuk untuk check in dan pemeriksaan. Kemudian barulah setelah itu, bukannya membawa Layla menuju ruang keberangkatan, justru Logan mambawa Layla menuju pintu keluar bandara."Log, harusnya kita
Logan terbangun di ranjang milik Jack. Hal itu berkat usaha Suzy dan Bob yang susah payah memindahkan tubuh Logan. "Lucy...." Logan berteriak diujung mimpinya. Entah apa yang terjadi di khayalannya selama ia pingsan."Log?" Layla memberanikan diri untuk mendekat."Awas, dia belum stabil. Jangan sampai dia membahayakan janinmu," ujar Bob khawatir."Layla? Sedang apa kita disini?" Logan merasa linglung."Sayang? Kau baik-baik saja? Baru saja kamu pingsan? Apa kamu merasa sakit? Apa perlu aku memanggil dokter?" tutur Layla begitu cemas dengan keadaan Logan.Logan berpikir sejenak, iya merasa ucapan Layla ada benarnya. Ia harus mengetahui bagaimana kondisi tubuhnya saat ini, mengingat ini pertama kalinya ia mengalami hal seperti ini. Ia memang sadar betul jika ia adalah orang yang cukup sulit mengendalikan emosi dan sering kali meledak-ledak. Namun ini adalah pertama kalinya ia merasa begitu marah hingga mengalami shock dan pingsan."Iya, kurasa aku butuh se
Keringat membasahi pakaian Logan. Wajahnya memucat dan suhu tubuhnya begitu dingin. Giginya bermegemeletuk sedang bola matanya melirik kesana kemari dengan pandangan mengabur."Lucy..." Braaaaakkk...Tubuh Logan limbung hingga terjatuh di lantai, sedang tak seorangpun berani mendekatinya. Bahkan, Layla sekalipun. ***"Ohhh Baby, Jangan berhenti! Itu terasa nikmat!" Lucy melenguh merasakan tikaman cinta dari Logan. Mendengar hal itu, Logan hilang kendali dan menambah tempo permainannya hingga Lucy menyerah terlebih dahulu."Ohhh Baby, it's coming... Ohhh my God, it's so good, Baby," erang Lucy."Tahan sedikit lagi Sayang, kita keluarkan bersama." Logan mempererat pelukannya pada tubuh polos Lucy dan mengulum bibir ranum milik Lucy dengan beringas."Ohhhh God, it's coming..." Logan begitu terlena dalam pelepasannya sampai tak sadar menggigit bibir Lucy hingga mengeluarkan darah."Oh Sayang maafkan aku, aku tidak sengaja," ujarnya merasa bersalah. Ia mengelap darah di bibir Lucy perla
Tut... Tut... Tut...Logan berusaha menghubungi Layla saat Suzy memaksanya untuk mengantarkannya menemui Layla di apartemen yang ceritakan pada Suzy."Halo?" sapa Layla diseberang."Bagaimana keadaanmu?" tanya Logan sungguh berharap Layla sudah membaik."Aku baik-baik saja, kau pergi kemana? Bibi Annete bilang kau sedang ada urusan." tanya Layla sembari mengunyah apel di kamarnya."Sayang, dengarkan perintahku dengan baik. Karena aku tidak bisa mengulang perkataanku ini. Waktu kita terbatas, kau harus meminta bantuan Jack Lee untuk mencari apartemen disewakan di area pinggiran Metro Local A yang jaraknya paling dekat ke kantormu. Kalau tidak ada yang disewakan, beli saja unit yang ada disana dengan harga berapapun yang mereka minta asalkan kita mendapat satu unit apartemen itu. Segera minta Jack untuk mengisinya dengan perabot sederhana yang penting nampak ada kehidupan di dalam apartemen itu. Waktu kita hanya satu setengah jam. Jovi tidak bisa mendampingimu karena aku menugaskan dia