"Sayang, kamu tidak ingin keluar? Aku sangat lapar," keluh Logan setelah ia merasa lelah terus-menerus berbaring. Memang bukanlah kebiasaannya bermalas-malasan di pagi hari. Ia selalu menyibukkan diri dengan kegiatan kebugaran di pagi hari. Benar saja, dapat dilihat ia memiliki tubuh yang indah, dengan lekukan otot di seluruh bagian tubuhnya.
"Aku sedang merasa tidak sehat, Log!" keluh Layla lirih."Astaga kamu demam, Sayang." Logan menyesal telah bersikap tak acuh kepada Layla selama semalaman."Emh.. kurasa aku terlalu lelah menangis saja, Log," ucap Layla beralasan karena tidak ingin membuat drama di pagi hari."Kurasa aku harus pergi ke kantor sekarang!" imbuhnya sembari berusaha untuk bangkit dengan bersusah payah. Ia merasa kepalanya berdenyut nyeri hingga membuatnya merasa sangat berat untuk bangkit dari posisi tidur. Benar saja, Layla pun tersungkur jatuh hingga kepalanya terantuk tepian meja."Astaga, Sayang. Kamu baik-baik saja?" ucap Logan yang terk"Sayang apa yang kamu rasakan? apakah masih pusing?" Logan begitu bersemangat menyapa Layla seketika setelah Layla membuka matanya. Layla mengerutkan keningnya menunjukkan bahwa Ia memang masih merasakan pusing."Kamu membawaku kerumah sakit? Dimana ayah dan ibu? Aku takut mereka khawatir." Layla justru tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri melainkan kedua orang tuanya."Tenanglah Sayang ayah dan ibu ada di rumah dan mereka tidak tahu bahwa aku membawamu ke rumah sakit. Tadi mereka masih ada di dalam kamar, mungkin mereka masih terlalu bersedih karena ini masih dalam masa berkabung atas kehilangan kakekmu," jelas Logan yang membuat Layla merasa lebih lega. "Apakah tekanan darahku rendah? Aku memang sering kali merasa seperti ini jika tekanan darahku tiba-tiba turun. Tapi sepertinya ini baru pertama kalinya aku pingsan seumur hidupku," ucap Layla merasa heran dengan kondisinya yang tiba-tiba sangat drop."Tenanglah, Sayang. Kamu baik-baik saja hanya saja kita harus l
Logan masih berlarian di area klinik hingga beberapa kali ia menabrak orang di sekelilingnya. Hingga suara yang sangat dikenalnya terdengar di telinganya."Log? Kamu sedang apa?" Layla menyapa Logan dengan tampang bingung. Spontan Logan pun memeluk Layla tak peduli Layla bertanya-tanya tentang sikap anehnya."Ada apa, Log?" Layla mengulang pertanyaannya."Kita harus segera pergi. Nanti akan kujelaskan. Ayo!" Logan menarik tangan Layla dan membimbing Layla menuju tempat ia memarkirkan mobilnya." "Kalian sudah siap? Aku dan Layla sudah didalam mobil. Kami akan segera berangkat," ucap Logan di dalam sambungan teleponnya."Kami diposisi Tuan. Anda bisa langsung meluncur ke jalan raya," ucap Jovi."Log? Ada apa?" tanya Layla dengan ragu-ragu karena melihat Logan begitu paniknya."Aku belum bisa menjelaskan semuanya sekarang. Intinya, kita sedang dalam bahaya karena salah seorang musuhku mengintai kita. Maka kita harus segera pulang ke Mansion untuk berli
Layla yang masih gemetar tiba-tiba menggigil dan lemas. Ia terduduk di sofa ruang tamu dengan menekuk lututnya. Logan segera mengambil selimut untuk menghangatkan tubuh Layla yang tengah terkena shock setelah mengalami kejadian menegangkan. "Tolong bawakan aku teh manis hangat sekarang," titah Logan yang langsung dilaksanakan oleh para pelayan di Mansion tersebut. Tak butuh waktu lama, teh hangat pun terhidang di hadapan Layla. Ia pun segera meneguk tehnya sembari menghirup aroma teh tersebut dalam-dalam. Seketika tubuhnya bereaksi. Jantungnya perlahan menurunkan ritme detaknya. Giginya berhenti bergemelatuk. Perutnya yang mual mulai merasa nyaman, sehingga keringat dingin yang keluar dari pori-pori kulitnya pun mengering. Ia lebih merasa tenang di dan nyaman."Kamu sudah lebih baik?" tanya Logan, memandang iba pada diri Layla. Ia merasa bersalah telah membuat Layla masuk dalam kehidupannya yang sering kali harus mengalami situasi berbahaya. "Iya, Log. Aku sudah baik-b
"Bob, ayo kita keluar. Sepertinya hari sudah menjelang siang." Suzy akhirnya merasa lelah juga hanya rebahan di kasur hingga matahari mulai naik menuju siang."Keluarlah terlebih dahulu, aku sedang tidak ingin melakukan apapun hari ini. Bahkan untuk makan sekali pun, rasanya aku enggan." Bob menarik selimutnya kembali dan menutupi seluruh tubuhnya. Ia hanya ingin sendiri meratapi kepergian ayahnya dan tak diganggu oleh siapapun."Terserah kau saja lah." Suzy beranjak dari kasur dan menuju ke luar kamar. Seperti biasanya ia menuju dapur untuk menyeduh teh kesukaannya."Kemana orang-orang ini, kenapa sepi sekali." Suzy berbicara sendiri menyadari bahwa tak ada anak dan menantunya yang biasanya berseliweran di sekitar rumah mereka yang sempit itu ketika tidak pergi bekerja. "Apa mereka masih dikamar?" Suzy berjalan mendekati kamar Layla dan mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup sempurna."Hah? Tidak ada. Kemana mereka pergi? Apa Layla pergi kekantor?" Suzy pun kembali ke dapur
Baru saja ia berusaha berpikir positif dan merasa sedikit beruntung, kini semua perasaan tersebut hilang entah kemana setelah melihat kantor milik Dony Wong telah berganti banner dan beralih usaha menjadi toko cake and bakery. Tak ingin gegabah, Suzy pun berkeliling lagi berharap ia salah mengambil jalan. Namun, ia justru bertemu kembali dengan Andi Adams yang tadi ditemuinya di Bus."Tuan Adams? Apa anda berhasil menemui Dony Wong? Sialnya aku lupa lokasi kantornya," keluh Suzy yang mulai frustasi."Sayang sekali saya juga merasa bingung, saya kira saya telah mengambil jalan yang benar, namun yang saya temui bukanlah kantor Dony Wong melainkan toko kue." Raut wajah Andi Adams terlihat kesal."Permisi, bolehkah saya bertanya? Apa anda tahu dimana kantor Dony Wong?" tanya seseorang lainnya dengan wajah yang kebingungan."Astaga! Apa anda juga mencari kantor Dony Wong?" Suzy begitu terkejut, ia kini yakin bahwa Dony telah menipu dan membawa seluruh tabungannya. Tak terasa ia pun meros
"jadi siapa sebenarnya mereka?" Logan begitu menahan emosinya agar tidak sampai meledak-ledak. Namun, saat kejahatan itu berkaitan dengan orang-orang yang ia sayangi ternyata tidak mudah menyikapinya dengan wajar. Rasa amarah dengan mudah menguasai Logan, terutama jika ada yang mencoba untuk mencelakai orang terkasih Logan, dalam konteks ini adalah Layla. Orang yang tanpa Logan sadari telah masuk kedalam hatinya. Layla membuat Logan hilang akal ketika keselamatan Layla dipertaruhkan."Mereka bukanlah orang-orang milik Don. Mereka mengatakan bahwa yang menyuruh mereka adalah orang asing yang bermarkas di Bangkok. Kami sedang mencari informasi lebih lanjut," Jelas Jovi yang kala itu tengah mengintrogasi komplotan pengintai Logan. Ia bersama dengan Elias berhasil menyergap para pengintai tersebut setelah beberapa pasukan milik Elias datang dan mengapit mobil tersebut hingga tak ada jalan lain bagi para pengintai tersebut kecuali mengikuti perintah Elias dan Jovi karena puluhan senapan me
"Kau menjijikkan! jangan goda menantuku!" gerutu Suzy.Logan kemudian masuk dan menemui pihak pengembang disana untuk mengetahui sesuatu tentang Dony Wong. Namun, sayangnya usahanya itu tidak berhasil. Pihak pengembang itu bertingkah menyebalkan dengan terus-menerus menggunakan bahasa mandarin agar Logan tak berusaha menanyainya lagi. Padahal di awal pembicaraan mereka, jelas-jelas seluruh orang di kantor pengembang tersebut menggunakan bahasa Indonesia."ini terlalu memakan waktu!" Logan mulai tak sabar lagi, ia pun merogoh kantung celananya untuk mengambil ponsel dan menelepon seorang."Halo, paman John. Kau tahu tentang lelaki tionghoa bernama Dony Wong?" tanya Logan pada John Davis."Tunggu, apa dia mengganggumu?" tanya John yang memang mengenal siapa Dony."Tidak, ia hanya sedang berbuat ulah di China Town. Dia menipu banyak kaum lansia dan membawa kabur uang-uang mereka. Salah satu korbannya adalah ibu mertuaku." tutur Logan yang mulai kembali rileks karena merasa masalah ini aka
"Astaga, kebohongan harus ditutupi dengan kebohongan lainnya. Sungguh sangat melelahkan," gumam Logan dalam hati."Ayo! Kenapa kamu malah bengong disitu? Ayo kita pergi makan malam berempat!" Suzy mengguncang lengan menantunya."Tunggu, kenapa Ayah tak terlihat Bu?" Logan berusaha mengalihkan pembicaraan."Hah? Kau benar juga. Sebentar aku cek dulu kekamar? Jangan pergi kemanapun! Awas saja kau!" titah Suzy pada Logan."Astaga benar-benar sulit menipunya," gumam Logan lagi."Baik Bu." Jawab Logan kemudian masuk kedalam kamarnya untuk mengambil benda yang ia cari.Suzy segera masuk ke kamarnya dan mengecek kondisi suaminya yang pagi tadi masih berada di atas kasur dan tidak mau beranjak kemanapun. Namun, ini sudah sore hari bahkan langit sudah memerah saga hampir menuju gelap."Bob?" panggilnya.Tak ada jawaban, Suzypun menyibak selimut yang masih berantakan di atas kasur. Benar saja, ia mendapati suaminya itu tengah meringkuk tertidur pulas meski tanp