***
"Kamu kenapa sangat sulit aku hubungi? Kamu ada masalah?" tanya Echa.
"Maaf ya, Cha. Bukannya aku nggak pernah kasih kabar, aku hanya kelelahan karena pekerjaanku banyak menyita waktuku," balas Kasih.
Kasih akhirnya bisa bertemu Echa, sahabat baiknya. Dia memang sengaja menghindari Echa karena tidak mau sahabatnya itu tahu kalau dia adalah seorang istru simpanan dari Arthur. Satu-satunya hal yang pasti diketahui Echa adalah jika dirinya sedang berbohong. Kasih memang tidak mau kalau Echa tahu tentang kesepakatannya dengan Arthur yang menginginkan anak darinya.
"Ada masalah?" tebak Echa.
Kasih menggelengkan kepalanya, dan menatap sahabatnya dengan tenang. "Kalau aku ada masalah pasti larinya ke kamu, Cha."
"Tapi saat kemarin Zayn masuk penjara, dan kamu dicampakkan oleh Bryan, kenapa kamu tidak bilang padaku?"
"Itu karena aku tidak mau menambah masalahmu, Cha. Kamu juga ada masalah, dan kamu kehilangan anak dari kandunganmu.
***"Bagaimana bulan madu keduamu? Semua kenangan indah dengannya kembali hadir, bukan?" tanya Kasih."Kenapa mendadak kamu ingin tahu bagaimana bulan madu keduaku? Kamu mulai merasakan hati padaku?" tanya Arthur dengan suara serak. Kedua mata pria itu tetap terpejam karena semalam dia terus bertarung dengan Kasih di atas ranjang."Karena aku bisa sedikit lega, dan tidak merasa berdosa jika cinta kamu dan dia kembali kuat," balas Kasih. "Hatiku sudah mati, dan aku tidak akan jatuh cinta pada iblis sepertimu."Arthur tertawa pelan, dan dia membuka kedua matanya, menoleh ke sisi kanan, Kasih dengan wajah yang polos tanpa polesan make up membuat wanita itu sangat menggemaskan di matanya, apalagi jaraknya dengan wanita itu sangat dekat. "Kamu adalah istriku juga, Kasih. Kita menikah secara resmi.""Kita hanya menikah siri, dan pernikahan kita hanya tercatat dalam agama saja," balas Kasih, “Dan tentunya akan berakhir jika aku melahirkan anak laki-
***Kasih langsung terkejut saat pertama kali membuka matanya melihat sosok Arthur yang masih ada di apartemennya. Wanita itu langsung beranjak dari tempat tidurnya, dan menghampiri sosok pria itu yang sedang menyiapkan sarapan pagi di atas meja makan."Kenapa kamu bengong begitu?" tanya Arthur.Kasih langsung mengucek kedua matanya, dia ingin memastikan apakah saat ini dia sedang tidak bermimpi."Kenapa? Kamu melihat hantu di pagi hari?" tanya Arthur."Ini nyata? Aku sedang tidak bermimpi, kan?" Kasih bertanya balik."Hmm... kenapa kamu menganggap saat ini masih bermimpi? Semalam mimpi buruk?"Kasih langsung mengedipkan matanya tiga detik, dia menghampiri Arthur, dan langsung memegang kedua pipi Arthur. Wajah pria itu terasa hangat, dan dia bisa merasakan hembusan napas dari pria itu. Kedua matanya terdiam menatap Arthur yang juga membalas tatapannya itu. "Ini nyata?"Arthur menghela napas berat, dia langsung menarik pinggang
***"Kenapa kamu beli bahan makanan sebanyak ini?" tanya Kasih memggelengkan kepalanya."Stok untuk kamu di sini," balas Arthur."Kamu pikir aku ini sumo? Ini makanan sebanyak ini nggak akan mampu aku habiskan, Arthur. Kamu itu ya, mentang-mentang banyak uang, lantas menghamburkannya begitu saja! Mubadzir!" kesal Kasih."Kamu itu butuh asupan gizi yang banyak, kasihan tubuhmu hanya dibalut kulit saja. Aku nanti biar enak juga meluk kamu," tukas Arthur.Kasih membisu, dia terkejut dengan sifat Arthur yang berbeda. Pria itu saat ini lebih terbuka, hangat, dan juga selalu ada di sisinya. Arthur yang dingin, kaku, dan tak berperasaan seolah telah mati. Ada apa dengan pria itu? Apakah isi kepala Arthur tidak normal? Dan jauh di dalam hati Kasih, ia seperti menemukan memori yang hilang dari ingatannya, seolah seperti sudah mengenal sosok pria itu."Kenapa kamu bengong begitu?" tanya Arthur.Kasih menghela napas panjang. "Aku hanya penasaran
***"Alice!" Kasih terkejut melihat wanita itu yang datang ke kantornya."Bisa kita bicara sebentar?" Alice berkata dingin.Kasih langsung melihat jam di arloji tangan kanannya, dia menghela napas pendek. "Kalau mau bicara, tempat ini bukan tempat yang pas. Ini adalah perusahaan yang tidak boleh ada pembicaraan pribadi. Aku tidak bisa."Alice tersenyum sinis. "Kamu sangat sombong saat ini, Kasih. Hanya jadi asisten pribadi saja, gayamu selangit!""Kamu sedang membicarakan dirimu sendiri?" Kasih menyindir balik."Aku hanya ingin bicara saja, apa itu susah? Kita bisa bicara di tempat lain!" balas Alice kesal."Maaf. Aku tidak bisa karena memang aku tidak mendapatkan izin untuk pergi ke tempat lain karena atasanku masih membutuhkanku," jawab Kasih tegas."Gayamu seperti kamu itu nyonya besar, dan istri dari CEO saja," rutuk Alice. "Aku ini nggak bodoh, Kasih. Aku datang ke sini juga pada jam istirahat! Kamu sengaja menghindariku k
***Kasih tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam. Dia masih memikirkan ucapan Arthur yang memintanya untuk tetap di sisi pria itu. Tapi kenapa Arthur mendadak memintanya untuk bertahan? Bukankah pria itu ingin dia pergi menjauh, dan meninggalkan negara ini setelah dirinya melahirkan seorang anak untuk pria itu?Kasih menghela napas pendek, dan dia memijit kedua alisnya. Mungkin saja Arthur pada saat itu sedang asal bicara, dan dia tak perlu memikirkannya terlalu dalam, pikir Kasih. Namun, di sisi lain hatinya ia memang menginginkan tetap di sisi pria itu, alasannya pun tak bisa ia jelaskan secara akal sehat, sebab seperti Arthur adalah potongan puzzle yang telah hilang dari ingatannya. Ponsel ia berbunyi, dan ada pesan masuk. Dia langsung membukanya, dan itu pesan dari Willy.[Nona Kasih, pagi ini Tuan Arthur tidak akan pergi ke perusahaan karena ada urusan mendadak. Tuan menyuruh Nona untuk menyelesaikan pekerjaan kemarin, dan jika sudah selesa
***Rose tampak cantik dengan gaun malam berwarna merah yang memperlihatkan bentuk tubuh indahnya. Malam ini, wanita itu merayakan ulang tahunnya yang ke-32 tahun. Rose masih tampak awet muda, dan wajahnya yang sangat cantik terlihat seperti usia 20-an.Rose bergandengan tangan dengan Arthur menyambut para tamu undangan yang datang. Wajah wanita itu sumringah karena ia terkejut saat meminta sebuah pesta meriah untuk ulang tahunnya dan Arthur yang diam-diam menyiapkan pesta ulang tahunnya yang diadakan di kapal pesiar."Terima kasih untuk teman-teman yang hadir di acara ulang tahun saya yang ke...," Rose menjeda ucapannya dengan mengulas senyum. "Ah, saya agak malu menyebutkan usia saya malam ini karena saya sudah tua.""Tapi Anda terlihat seperti usia 20-an," celetuk salah satu tamu undangan."Ah, saya suka anda berkata seperti itu walau sebenarnya saya merasa tidak semuda itu," tukas Rose setengah tertawa. "Ah, malam ini karena spesial hari lahir
***Arthur tampak sedikit gelisah. Hatinya mendadak kesal melihat tatapan Sean pada Kasih. Arthur ingin sekali menyingkirkan tangan pria itu yang tadi sempat memegang wajah Kasih. Tatapan Sean pun tampak sangat berbeda, tatapan mengagumi. Arthur tidak terima karena baginya, Kasih adalah wanitanya, dan hanya dia lah yang berhak memiliki semua yang ada dalam diri wanita itu. Sudah lama sekali ia mencari wanita itu dan tidak akan pernah melepaskan Kasih kali ini.'Kamu milikku, Kasih! Kamu adalah wanitaku dan akan selalu di sisiku. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyentuh sesuatu yang menjadi milikku,' batin Arthur."Arthur, kamu gemas ya melihat Sean yang menatap Kasih dengan mesra?" Rose langsung melingkarkan tangannya di lengan suaminya."Kenapa kamu mengatakan hal itu! Aku tidak memperhatikan siapapun," balas Arthur dingin."Oh, aku kira kamu lagi melihat Sean yang akhirnya bisa menatap wanita dengan tatapan hangat seperti itu," ujar R
*** "Kamu mau apa?" tanya Kasih terkejut, dia yang baru ke luar dari kamar mandi langsung mundur perlahan. Wanita itu merasa tidak ada yang beres melihat tatapan Arthur seperti iblis, dan menatapnya dengan tajam. Arthur tak menjawabnya, pria itu berjalan mendekati Kasih dengan perasaan marah luar biasa. Ia tidak terima saat Sean menatap Kasih dengan mesra, dan juga memeluk wanitanya. "K-kamu mau apa? Jangan macam-macam denganku!" tukas Kasih. Dia terdesak , dan tidak bisa pergi ke mana-mana. "Aku bebas melakukan apapun padamu, Kasih. Kamu adalah milikku, dan aku pun bebas membuangmu jika aku sudah bosan," balas Arthur dingin. Pria itu langsung menarik handuk yang melekat di tubuh Kasih, dan membuat tubuh polos wanita itu terlihat olehnya. Kasih handuknya kembali, tapi tangan Arthur menahannya. "Tubuhmu ini pun milikku, aku tidak akan membiarkan siapapun untuk menyentuhnya, walau hanya tanganmu disentuh, aku benci seseorang menyentuh barang milikku," ucap pria itu dengan suara para
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua