Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kaget, liat kamu tambah cantik gini," ucap calon mertuanya itu."Leon memang sudah pulang, Ren?" tanya Mira mengernyit."Sudah Mir, baru sampai rumah tadi jam 6 p
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
Bab 6 revisiDibelahan bumi lain, seorang lelaki dengan kaca mata hitamnya, tertunduk didepan sebuah pusara, bersama seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak muda lagi. "Mom ... Mari kita pulang," Leon memapah ibunya, menuju mobil yang berada diluar pemakaman. Lalu ia duduk dibelakang bersama wanita yang sangat ia sayangi itu.Sesampainya dirumah, Leon memapah ibunya menuju kamar. Membaringkan ibunya yang terlihat lelah. Ketika melihat ibunya sudah terlelap, ia pun beranjak pergi menuju ke kamarnya.Leon langsung menuju ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Segala macam masalah tengah berkecamuk dikepalanya saat ini. Setelah selesai mengenakan baju santainya.Pria itu merebahkan tubuhnya diatas ranjang, matanya menatap langit-langit kamar. Lelah sekali rasanya, beberapa hari ini dia tidak tidur dengan benar. Tak lama akhirnya Leon pun tertidur, didalam tidurnya Leon bermimpi.Dia melihat sebuah pintu berwarna putih, lalu ketika ia membuka pintu tersebut terny
"Mom apa sudah siap?" Leon mendekati ibunya. Ibunya merespon dengan anggukan disertai dengan senyuman. Ya, begitulah yang Leon ingin lihat, senyuman diwajah sang ibu telah kembali.Hari ini ibu dan anak itu akan pindah dari New York. Mereka ingin memulai kehidupan baru ditempat yang baru untuk meninggalkan segala kesedihan. Akhirnya pesawat mereka mendarat di bandara Al Maktoum, Dubai, bertepatan dengan berkumandangnya adzan maghrib.Seseorang yang sedang menunggu mereka, lalu menghampiri kedua ibu dan anak itu."Assalammu'alaikum," Lelaki berwajah timur tengah itu tersenyum seraya mengucap salam dan memeluk Leon akrab."Wa'alaikumussalam," Leon membalas dan tersenyum hangat kepada sahabatnya itu."Mom, perkenalkan ini Hasan, temanku sewaktu masih kuliah bisnis di New York." Leon memperkenalkan Hasan kepada ibunya.Hasan merapatkan kedua telapak tangannya didepan dada."Selamat datang di Dubai, Nyonya." Hasan tersenyum menatap ibu sahabatnya itu."Terima kasih, Nak Hasan. Maaf kami
1tahun kemudianAku sudah diterima dia UIM, saat ini aku tinggal bersama bibiku Maryam dan suaminya, sedangkan anak-anaknya tinggal dikota berbeda. Selama disini, aku hanya pernah bertemu dengan Sarah anak pertama bibiku, sedangkan dengan anak keduanya belum pernah bertemu. Menurut bibi, Hasan jarang pulang karena sibuk mengurus perusahaan keluarga yang berada di Dubai. Bibi Maryam dan suaminya sangat baik dan juga taat dalam beribadah. Mereka berdua menyayangiku seperti putri sendiri.Pagi ini Aku harus ke kampus, ada dua mata kuliah yang harus aku ikuti sampai nanti siang. Setelahnya aku akan mampir ke toko buku untuk mencari beberapa kitab."Anin, berangkat dulu, Bi. Assalammu'alaikum" pamitku kepada Bibi."Wa'alaikumussalam, hati-hati ya." Bibi Maryam membalas seraya tersenyum. Dia sedang sibuk memetik beberapa bunga dihalaman untuk ditaroh dalam vas bunga di dalam ruang tamu."Oh iya bi, Anin mau mampir ke toko buku sebentar setelah selesai kuliah," izinku lagi."Ya, Sayang. Nan
Hasan meminta izin kepada ibunya, bahwa Leon dan ibunya, akan ikut menginap juga bersamanya disini selama sepekan. Tentu saja ibunya tidak merasa keberatan sama sekali."Hasan ... Ibu minta maaf, tapi kamarmu dipakai Anin sekarang, kamu tidur bareng Leon dikamar tamu ya." Ibunya menjelaskan kepada anak laki-laki kesayangannya itu. "Nanti mba Rena biar tidur sama Anin," ucapnya lagi. "Oke, Aku ga masalah kamarku dipakai Anin." sahutnya tenang. Sebenarnya Hasan juga terkejut ketika yang membuka pintu tadi bukanlah ibunya, hampir saja dia memeluk wanita itu kalau saja dia tidak mendengar suara sang ibu dari dalam rumah tadi. Kemudian kedua wanita yang umurnya hampir sebaya itu pun menuju kamar yang ditempati Anin, sedangkan Hasan dan Leon menuju kamar tamu.Tok ... Tok ... Tok ..."Anin!" Maryam mengetuk pintu kamar Anin seraya memanggil namanya. Tak lama Anin pun keluar dengan masih menggunakan jilbab panjangnya, tapi sudah melepas cadarnya. Deg!Anin terkejut melihat bibinya datan
Bab 10"Apa hal yang seharusnya tidak boleh aku ketahui, Hasan?" Maryam tiba-tiba sudah berada dibelakang mereka. Menatap keduanya dengan tatapan penuh intimidasi."Hmm ... Itu Bu, aku ingin membicarakan tentang Anin dan Leon" ujar Hasan mengalihkan pembicaraan.Leon pun terkejut menatap Hasan."Sebenarnya ... Anin dan Leon pernah bertunangan," ucap Hasan sambil menatap ibunya."Benar begitu Leon?" Maryam menatap Hasan dan Leon bergantian."Benar, Maryam," ucap Rena yang tiba-tiba datang melangkah menghampiri mereka di ruang makan. Sebelum melanjutkan perkataanya, Rena mengehela napasnya panjang."Anin dan Leon sudah lima tahun berhubungan semenjak Anin masih di SMU, saat itu Leon masih berkuliah di Indonesia," jelas Rena. " Lalu ketika Anin lulus SMU, tadinya kami mau langsung melamar Anin, karena Leon harus meneruskan kuliahnya di New York, tapi Anin dan orang tuanya menginginkan Anin untuk kuliah terlebih dahulu," jelasnya panjang lebar. "Akhirnya kami bersepakat mengadakan tunang
Bab 111 bulan kemudianLeon sudah kembali ke Dubai bersama sang bunda. Sudah hampir satu bulan ini dia menunggu jawaban dari Anin atas lamarannya sebulan yang lalu. Akhirnya hari yang dinanti-nantinya pun tiba.Semalam sang bunda memberi kabar kepada Leon, bahwa hari ini Anin akan memberikan keputusannya. Pagi-pagi sekali Leon sudah berada dikediaman Hasan di Dubai, dia ingin menemui sahabatnya itu untuk meminta tolong padanya, agar hari ini ada yang menggantikannya untuk bertemu dengan Pangeran Mahmood. Karena bagaimana pun hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu."Sorry Le, hari ini aku ga bisa gantiin kamu bertemu pangeran Mahmood," ucap Hasan. " Aku juga ada pertemuan penting dengan Mr. Harry hari ini," ucapnya lagi."Shit!" ucap Leon. "Siapa lagi yang bisa menggantikanku kalau bukan kamu, San," sambung Leon lagi.Hasan menatap sahabatnya yang terlihat frustasi, ia hanya bisa menggedikan bahunya. Lalu Hasan terlihat berpikir dan berkata kepada Leon."Kamu bisa minta tolong Za
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind