Bab 111 bulan kemudianLeon sudah kembali ke Dubai bersama sang bunda. Sudah hampir satu bulan ini dia menunggu jawaban dari Anin atas lamarannya sebulan yang lalu. Akhirnya hari yang dinanti-nantinya pun tiba.Semalam sang bunda memberi kabar kepada Leon, bahwa hari ini Anin akan memberikan keputusannya. Pagi-pagi sekali Leon sudah berada dikediaman Hasan di Dubai, dia ingin menemui sahabatnya itu untuk meminta tolong padanya, agar hari ini ada yang menggantikannya untuk bertemu dengan Pangeran Mahmood. Karena bagaimana pun hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu."Sorry Le, hari ini aku ga bisa gantiin kamu bertemu pangeran Mahmood," ucap Hasan. " Aku juga ada pertemuan penting dengan Mr. Harry hari ini," ucapnya lagi."Shit!" ucap Leon. "Siapa lagi yang bisa menggantikanku kalau bukan kamu, San," sambung Leon lagi.Hasan menatap sahabatnya yang terlihat frustasi, ia hanya bisa menggedikan bahunya. Lalu Hasan terlihat berpikir dan berkata kepada Leon."Kamu bisa minta tolong Za
Hari ini Anin beserta keluarga bibi Maryam juga Leon dan sang mamah, telah tiba di bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. "Sudah kabari orang rumah, Nin?" tanya Maryam sang Bibi."Sudah Bi, nanti Kak Raga yang jemput kita ke Bandara," jawab Anin semringah."Raga ga bisa jemput, dia lagi nganter calon mertuanya ke Jawa mau ngabarin pernikahan ke sanak saudara mereka disana. Nanti ada orangku yang datang jemput kita," ucap Leon yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Anin."Ooh ... Makasih," sahut Anin singkat.Tak lama mobil yang ditunggu pun datang."Tuan Leon, Selamat datang kembali di Indonesia," ucap salah seorang pria sambil menundukan kepala ke arah Leon."Hmm ... Ya, Aris kamu tolong antar keluarganya Anin kerumahnya, tadi bawa mobil berapa?" tanya Leon."Ada dua mobil, Tuan. Satu lagi dibawa Mang Udin sebentar lagi sampai katanya," jelas Aris."Kamu ga keberatan kan kalau Mamah Rena, Bibi Marya dan Paman Said diantar lebih dulu? nanti kamu, bareng sama aku dan Hasan, Nunggu Mang U
Bab 13"Leon ... Kamu bener Leon kan?" seru sang wanita yang tiba-tiba saja memeluk Leon dengan mata berbinar, seperti baru saja menemukan harta karun.Anin membulatkan matanya terkejut melihat wanita itu memeluk calon suaminya.Leon yang merasa tak enak hati kepada Anin hanya tersenyum kikuk seperti orang yang sedang tertangkap basah.Anin yang memalingkan wajahnya dari pemandangan yang membuat dadanya seketika menjadi sesak. Ia hendak pergi meninggalkan ruangan itu, tapi Leon menahan tangannya."Tunggu, Anin!" Leon dengan reflek menahan tangan Anin agar ia tidak pergi. Tapi Anin sejurus kemudian malah menepis tangan Leon sambil menatapnya marah."Jangan sentuh!" Sahut Anin marah, matanya sudah berkaca-kaca."A-Aku bisa jelaskan," seru Leon gugup. Wanita seksi itu menatap Leon dan Anin dengan heran."Siapa Leon?" tanya wanita itu."Ck ... Tante Maya tolong lepasin pelukannya dulu dong!" seru Leon yang merasa risih dipeluk oleh wanita itu.Anin langsung pergi meninggalkan Leon dan wa
Bab 14Anin berjalan cepat menyusuri koridor Rumah sakit dengan air mata berlinang, Raga mengikuti langkah adiknya itu dibelakang, sang bunda memberikan kabar yang membuatnya sangat terkejut sehabis ia melaksanakan sholat subuh. Perasaan bersalah seketika menyeruak kedalam hatinya. Kak Leon ... maafin aku, batinnya sedarai tadi menyesali. Andai kemarin ia mampu meredam rasa cemburunya, dan mau mendengarkan penjelasan Leon, mungkin semua ini tidak akan terjadi.Anin melihat Mamah Leon dan dan Hasan sedang menunggu di depan Ruang Operasi. Anin pun langsung memeluk Mamah Leon, menangis dalam pelukan wanita itu tersedu-sedu."Maafin Anin Mah, maafin ..." sesal gadis itu. Mamah Leon mengusap punggung Anin seraya menenangkannya."Ssshhh ... Ini bukan salahmu, Sayang. Ini sudah takdir Allah, jangan menyalahkan diri sendiri," ucap Mamah Leon perlahan sambil terisak. "Yang Leon butuhkan sekarang adalah do'a," ucapnya lirih.Seorang pemuda datang menghampiri mereka, lalu berpamitan kepada mama
"Kucing siapa yang kawin?" ucap Anin dengan polosnya, ia belum menyadari kalau Leon sudah sadar.Raga dan Leon pun saling berpandangan menahan tawa."Kucingnya mamah ... " ucap Leon asal. Mata Anin membulat, melihat Leon sudah sadar."Kak Leon udah sadar? Aku panggilin dokter ya?" seru Anin seraya menjauhi Leon."Panggilin Pak Penghulu aja bisa ga? Aku mau cepet-cepet nikahin kamu," seru Leon menatap Anin serius.Raga yang memperhatikan interaksi keduanya pun akhirnya menawarkan diri untuk memanggilkan dokter."Biar gue aja yang panggilin dokter," sahut Raga seraya keluar, membiarkan Anin dan Leon berbicara berdua."Maaf," ucap Anin pelan seraya menunduk.Leon pun menghela napasnya panjang. Kalau saja dia tidak mencintai gadis ini, mungkin Leon benar-benar akan menyerah saja."Bisakah kita saling mempercayai?" tanya Leon yang menatap Anin serius sejak ia sadar tadi. "Aku mencintai mu sejak dulu ,dan sampai saat ini perasaanku tidak berubah sedikitpun padamu, tidak ada yang lain, tid
Bab 16Apakah pernikahan mereka harus ditunda lagi? batin Anin sedih.Leon yang melihat perubahan itu pun meminta maaf."Aku berangkat lusa, Apakah kita bisa melangsungkan akad nikah besok?" tanya Leon serius."Aku ingin menikahimu sebelum kembali ke Dubai," jelasnya lagi."Aku mau ..., kita ... bisa melakukan akad nikah besok," ucap Anin cepat. Ia tidak mau untuk menunda pernikahannya lagi dengan Leon. Leon pun tersenyum senang, dan menatap Anin lembut. Kemudian ia menghubungi sang Mamah yang sedang ke bandung bersama keluarga bibi Maryam.Sepulang ayah dan bunda Anin dari pasar, Leon langsung mengutarakan niatnya dan menjelaskan kepada kedua orang tua Anin. "Nah gitu dong, gercep," Seru Raga seraya menepuk bahu Leon sambil tertawa.Memang semua perlengkapan untuk mereka menikah telah dipersiapkan sejak sepekan lalu sebelum Leon kecelakaan. "Untuk makanan kita catering aja, biar bunda kamu sama mamah gak usah capek-capek masak," "Tapi maaf gak papa kan kalau akad kita sederhana b
Bab 17Sehabis pulang dari masjid selepas sholat isya berjama'ah bersama para lelaki dirumah Anin. Leon menghampiri Hasan dan terlihat membicarakan sesuatu yang serius.Leon menatap Hasan lama, lalu menghela napas panjang."Besok aku balik ke Dubai," seru Hasan serius."Aku juga, kita berangkat barengan aja," sahut Leon menatapnya."Kenapa bisa Zahira yang dibawa?" ucap Hasan sambil berpikir.Leon menggedikan bahunya, ia pun tidak tahu mengapa urusannya menjadi lebih rumit, rasanya Leon hanya menitipkan urusan Pangeran Mahmood saja pada Zahir. Tapi mengapa setelah kerja sama dibatalkan, Zahir malah menerima teror. Dan semalam Zahir memberi kabar bahwa mereka menculik Zahira sepulang latihan memanah, beberapa teman Zahira yang menyaksikan itu pun memberitahukannya pada Zahir."Kamu disini aja dulu, temenin Anin,kalian kan juga baru menikah, belum honeymoon," saran Hasan.Leon tidak menjawab, tidak mungkin Leon berdiam diri disaat temannya sedang mempunyai kesulitan apalagi itu terjadi
Bab 18Mereka sudah berada di airport jam 10 pagi, Hasan beserta ibu dan ayahnya sudah sampai terlebih dahulu beberapa menit.Bunda,Ayah Anin, Mamah Leon juga Raga beserta istrinya mengantar mereka menuju bandara."Jaga diri baik-baik, Jangan lupa jaga kesehatan, istirahat yang cukup," ucap Ayah Anin kepada anak gadis satu-satunya itu. Mata Anin mulai berkaca-kaca menatap sang Ayah seraya menganggukan kepala."Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah," ucap bunda Anin seraya memeluk Anin erat." Leon, bunda nitip Anin ya," sambungnya lagi."Bunda jangan khawatir, Leon akan menjaga Anin dengan nyawa Leon sendiri," ucap pria itu serius."Jaga diri kalian baik-baik, mamah akan segera menyusul begitu urusan disini sudah selesai," ujar Mamah Leon seraya memeluk keduanya. "Kalau ada apa-apa telepon mamah ya, Nin," sambungnya lagi seraya mengusap kepala Anin sayang.Anin pun hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum."Hati-hati, bro." ucap Raga seraya memeluk Raga dan Anin bergantian."
"Setelah Papahnya Kak Leon meninggal dunia, ia dan Mamah Rena mengalami cobaan yang berat, aku rasa mungkin kamu juga sudah pernah mendengar ceritanya bukan dari ibumu atau mamah Rena." ucap Anin."Dan ternyata setelah semua cobaan yang dialami Kak Leon, Allah mempertemukan kembali denganku, saat itu aku sudah tinggal di Madinah bersama bibiku dan kuliah disana. Sedangkan saat itu Leon dan mamahnya baru habis menjalankan ibadah umroh, keduanya mampir kerumah bibiku, karena ternyata Leon adalah sahabat baik Kak Hasan, kakak sepupuku, anak dari bibiku itu. Begitulah cara Allah mempertemukan kami kembali. Tidak ada yang menyangkanya bukan." Anin terkekeh kembali mengingat semua kejadian demu kejadian dihari itu."Dan aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku masih mencintainya, walaupun kami sudah terpisah selama hampir tiga tahun, dan begitu juga dengan Kak Leon masih mencintai didalam hatinya.""Wah, sangat indah ya Kak cara Allah mempertemukan kembali kak Anin dan Kak Leon, andai ak
"Jadi, maukah kamu memaafkan kebodohanku ini?" tanya Leon serius menatap Anin. "Maukah kamu tetap menjadi tunanganku?" Ia menatap Anin penuh harap.Lama Anin terdiam dan berpikir. Sampai akhirnya ia berbicara."Aku ... Aku sebelumnya ingin meminta maaf karena telah menuduhmu saat itu," ucap Anin pelan syarat dengan penyesalan."Aku sudah memaafkanmu, tapi ..." Anin menjeda ucapannya. "Maaf, Aku ... tidak bisa menjadi tunangan mu lagi, Kak," ucap Anin menatap Leon dalam-dalam. "Maaf," lirihnya lagi.Leon terlihat kecewa, dia menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya."Saat ini, aku sedang mencoba memperbaiki diriku menjadi wanita yang lebih baik." Anin mulai berbicara lagi.Leon masih setia mendengarkan wanita yang sangat dia cintai itu berbicara."Menikah adalah ibadah terpanjang. Dan aku ingin melakukannya bersama dengan lelaki yang memiliki tujuan yang sama denganku," ucap Anin kembali. "Aku ingin bersamanya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai ke surga." Anin mengucapkanny
FlashBack Anin Saat itu aku dan Leon sempat bertemu dan membicarakan kejadian di apartemen Leon." Anin mulai bercerita lagi pada Dewi tentang masa lalunya.Selesai dari butik pakaian muslimah, Anin dan Ibunya menuju kediaman Rena mamahnya Leon.Setelah sampai, keduanya mengucapkan salam, dan disambut dengan hangat oleh sang Tuan Rumah." Anin! Kamu cantik banget ... Tante sampe pangling lho," Rena terkejut menatap Anin yang mengenakan pakaian syar'i.Anin dan Ibunya hanya tersenyum mendengar perkataan wanita itu."Ceritanya, tadi Anin kan ku ajak ke butik cari abaya buat aku umroh. Eh, dia langsung suka sama abaya hitam itu, pas dicoba ternyata cocok." Mira ibunya Anin menjelaskan dengan semringah."Cantik banget lho, Nin," ucap mamahnya Leon."Makasih, Tante," ucap Anin malu-malu."Mari masuk!" sambung Rena mempersilakan keduanya. "Kita keruang makan aja, sekalian cicipin kue buatan Tante ya, Nin!" seru Rena bersemangat.Anin hanya menanggapi dengan senyum manisnya."Leon pasti kage
Flashback AninPintu apartemen Kak Leon—tunanganku—terbuka setelah aku menekan password-nya. Aku memperhatikan seisi ruangan yang sepi. Tunggu! Aku mendengar sayup-sayup suara dari arah kamar. Aku lalu berjalan pelan menghampiri pintu kamar itu. Sebelum pintu kubuka, aku mendengar suara yang membuat jantungku berdebar kencang. "Anin ... Anin ...." Kak Leon mendesahkan namaku. Ada apa dengannya?"Leon ... Sayang ...." Deg!Itu ... itu suara seorang wanita dari dalam kamar. Jantungku berdegup kencang. Kak Leon bersama siapa?Suara-suara itu kini membuat tubuhku gemetar, jantung ini bertalu kian kencang, lututku lemas. Ya, Tuhan, apa Kak Leon telah ...?Namun, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak panik dan bergerak perlahan-lahan. Anin kamu bisa, batinku menenangkan. Kutarik napas panjang sebelum membuka pintu kamar itu dengan kasar.Braakk!Pintu beradu dengan dinding kamar.Mata ini melebar ketika di hadapan terlihat seorang wanita berambut pirang, berpakaian setengah telanjang b
Leon memandang Vladimir dengan serius, lalu menyeringai."Dia sepupuku baru saja datang dari Indonesia, menggantikan Devano untuk sementara, karena istrinya akan melahirkan." terang Leon pada kedua tamunya."Ups, Sorry ... aku tidak tahu. Tapi dia sungguh cantik." Vladimir berkat jujur, saat pertama kali melihatnya tadi ia sudah merasa tertarik. Wajahnya yang putih, make up yang tipis membuatnya terlihat sederhana dan cantik.""Namanya Dewi, baru aja lulus kuliah di Kota Bandung, Indonesia." jelas Leon lagi seraya tersenyum."Aku gak keberatan kalau kamu niatnya serius sama dia, tapi kalau untuk main-main. Silahkan cari yang lain, Orang tuanya menitipkannya padaku untuk menjaganya, Vla." sambung Leon lagi. "Aku serius!" ucap Vladimir dengan wajah tenang."Seperti yang kalian bilang kan, aku harus segera menikah lalu punya keluarga sendiri. Aku memang berniat mencari istri juga ikut Yuri ke sini." Vladimir mengatakannya sambil terkekeh."Tapi Yuri malah berburuk sangka padaku, bagaima
Anin sedang memasak, ketika mendengar keramaian didepan rumahnya. Kali ini ia tengah membuat bakso sapi, karena request dari Leon dan Noah, tentu saja Anin pun dengan senang hati membuatkannya karena sudah cukup lama mereka tidak memakannya. Apalgi disantap saat musim dingin, bisa untuk menghangatkan badan sekaligus mengenyangkan perut."Bundaaaa ... Bibi Helen dataaaang!" Noah menghampiri sang bunda ke dapur dengan berteriak begitu lantang seraya berlari."Astagfirulloh Noah, bunda sudah bilang berapa kali jangan suka berteriak dsn berlarian seperti itu," oceh Anin pada putranya."Siapa tadi yang datang?" tanya Anin lagi."Bibi Helen dengan suaminya juga yang lainnya Bun!" terang bocah laki-laki itu menerengkan, matanya berbinar.Anin pun segera memakai cadarnya dan berjalan menghampiri tamu yang Noah katakan tadi. "Maa syaa Allah, Helen! kenapa gak bilang mau main kesini, Mari masuk semuanya!" Anin pun menggandeng tangan adik iparnya itu lalu memeluknya. Yuri dan Vladimir yang mem
Saat ini Yuri, Helen, Isabel dan Vladimir sudah berada dalam pesawat prbadinya menuju Dubai. Pria itu tidak bisa menolak keinginan Helen untuk pergi mengunjungi keluarganya disana. Dengan ijin dari dokter kandungan Helen, akhirnya mereka pun berangkat. Helen masih tertidur, tadi ia sempat merasa pusing dan mual, saat pesawat baru saja terbang. Yuri pun memijiti kepala dan tengkuk istrinya itu dan memberi permen jahe kesukaan Helen tatkala mual melanda. Memang ini bukan kehamjlsn yang pertama bagi Helen, karena sebelummya ia sudah pernah hamil walaupun harus mengalami keguguran ketika usia janinnya baru empat bulan. Di kehamilan yang keduanya ia lebih rileks dan tenang, tapi Yuri lah yang begitu protektif padanya. Ia begitu dimanja, sehingga tak jarang Helen mengerjai suaminys untuk.dibuatkan sesuatu, seperti membuat bubur ayam, mie rebus ataupun Teh khas Timur Tengah. Yuri pun selalu menuruti apa maunya, bagi Yuri ia akan berbuat apapun untuk membahagiakan istrimya yang sedang hamil
Sementara itu di Moskow, Rusia. Yuri sedang membuatkan sesuatu untuk istrinya tercinta. Helen yang tengah berbadan dua minta dibuatkan mie rebus yang berasal dari Indonesia. Entah mengapa akhir-akhir ini ia sering membayangkan mie rebus yang sering dibuat Anin saat ia masih tingga bersama dirumah Leon. Lengkap dengan sayurannya, baso dan telor yang dicampur.Yuri tersenyum karena telah berhasil membuat mie rebus yang Helen inginkan, ia membawanya dengan wajah semringah."Taraaaa! Mie rebus indonesia sudah jadi!" Yuri menaruh mangkok mie itu didepan Helen yang tengah duduk diruang keluarga."Terima kasih, suamiku Sayang!" Helen pun mengecup pipi Yuri dengan mesra membuat pria itu semakin bahagia."Sama-sama Ratuku, silahkan dicicipi!" Helen mengambil sendok dan mulai menyicipi kuah mie rebus itu.Dahi Helen mengernyit aneh, ini bukan rasa yang pernah ia makan, rasanya berbeda. Ia pun menyudahinya dan menjadi tidak berselera. Yuri yang melihat istrinya tidak jadi memakan mie buatanny
Sementara itu dikediaman Leon saat ini, Anin sedang gelisah menunggu kabar dari Leon. Terakhir kali dua hari lalu Leon menghubunginya untuk mengabarinya bahwa ia langsung terbang keluar negri karena harus menemui kliennya, begitu yang Leon katakan. Tapi setelahnya suaminya tidak memberikan kabar lagi sehingga membuatnya khawatir. "Bundaaa! Papah pulang!" Noah berteriak menghampiri ibunya yang sedang memasak didapur. Anin tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakan Noah. Hatinya menjadi lega seketika, gundah yang menggelayuti pun sirna tatkala melihat Leon datang menghampirinya seraya tersenyum dengan tampannya."Assalammu'alaikum, Papah pulang!" Anin pun mencuci tangannya dulu sebelum menyambut kedatangan suaminya. Ia mencium tangan Leon dengan takzim."Wa'alaikumussalam, selamat datang kembali kerumah, alhamdulillah kamu tidak apa-apa, aku khawatir, karena kamu tidak memberikan kabar lagi kemarin." ujar Anin sedikit merajuk."Maaf, Sayang telah membuatmu khawatir. Aku rind