Berhari-hari sudah, Karenina Angel tidur di sebuah penginapan murah. Sedih menggelayut dalam asanya dan Dia tak mau bersedih harus menghabiskan waktunya untuk meratapi rumah tangganya yang tak sesuai harapan indahnya dari awal. Selain rasa sesak karena perselingkuhan ini ada hal lain yang menganggunya. Kartu kredit maupun kartu debit miliknya tak bisa digunakan. Uang yang tersisa di dompet pun tinggal beratus ribu lagi, itu artinya dia harus segera menghasilkan uang.
Angel mencoba mencari kerja dengan memasukkan CV untuk melamar pekerjaan meski ada, namun tak satupun yang memanggilnya sampai sekarang. Dia tidak berani bertanya pada siapapun, juga pada keluarganya. Bahkan surat cerai pun belum dia ditandatangani.Bolak-balik berjalan kesana kemari di samping tempat tidurnya, Angel akhinya menggigit jari karena bingung. Apa dia menemui Victor saja? Haruskah dia menemui kedua orang tuanya juga? Kenapa kartu debit dan kartu kreditnya tidak bisa digunakan?Tiba-tiba saja ada telepon, dan nama Ferdinand muncul di layar smartphone itu. Angel terdiam dalam bingung, saat ini dia tidak tahu Ferdinand berada di kubu siapa. Valencia adalah kakaknya, sementara dirinya adalah istri dari suami yang berselingkuh dengan kakaknya. Dan kenyataan lainnya, sebetulnya Ferdinand menyukainya sebagai seorang wanita.Tanpa berpikir banyak lagi dia mencoba mengangkatnya. Percuma juga menghindar, toh nanti mereka akan bertemu juga. "Halo Ferdinand""Ahh! Syukurlah akhirnya kau mengangkatnya!" Kedua kening Angel melebar, mendengar priaitu begitu senang. "Ada apa Ferdi?" tanya Angel berupaya menenangkan suaranya."Aku tidak akan panjang lebar. Apa kau sudah mendengar berita tentangmu di media massa bisnis?""Berita tentangku? Tentang apa?" Perasaan Angel jadi semakin tak karuan."Maaf kalau aku ikut campur. Tapi sepertinya suamimu dan keluarganya tengah memfitnahmu di media massa. Katanya kamu adalah mata-mata pesaing bisnis mereka, dan suamimu akan menceraikanmu dalam waktu dekat ini..."Fitnah di media massa? Pantas saja dia tidak bisa melamar kerja ke mana pun. Ternyata, ini semua perbuatan Victor?"Apa kau baik-baik saja?" Ferdinand terdengar khawatir, Dia adalah orang kedua yang sangat peduli padanya meskipun dia tak bisa membalas cinta Ferdinand."Tidak apa-apa Ferdinand.. keadaanku memang sekarang saya sangat tidak...ah ternyata ini semua karena Viktor Pantas saja Aku tidak bisa melamar pekerjaan ke manapun"Ferdinand terdiam dan yang terdengar di telinga Angel hanya napas panjang dari ujung telepon sana. "Kalau kau mau aku bisa membantumu.. kau bisa tinggal denganku dulu" Tawar Ferdinand."Tidak Ferdi, sungguh aku berterima kasih atas segala bantuanmu sejak kemarin. Tapi apa yang kualami saat ini adalah masalah pribadiku. Aku tidak ingin kamu ikut kena masalah nantinya. Apalagi...." Victor mungkin akan mencari gara-gara dengan Ferdinand karena menolong istrinya ini. Victor sengaja melakukan ini agar Angel mati arah untuk menjatuhkannya. Dia pasti tidak ingin Angel menghancurkan nama baiknya di depan kalangan bisnis, yang saat ini sedang menjalin kerjasama dengannya. Bisa-bisa, banyak yang akan memanfaatkan situasi ini untuk menghancurkan Ferdinand dan dia tidak mau itu terjadi. "Aku baik-baik saja..." Meskipun bohong, Angel tetap harus menolaknya."Angel.... seandainya kau butuh bantuanku jangan sungkan untuk meminta ya, aku selalu siap untuk membantumu meskipun kakakku memang menyebalkan! Aku tidak memintamu untuk memaafkannya.. tapi apa yang aku tawarkan ini semuanya tulus"Angel sangat tahu akan ketulusannya itu. "Iya... Terima kasih Ferdi..." Setelah itu Angel menutup teleponnya. Ada baiknya setelah ini dia membuang nomor yang telah menjadi nomor kontaknya selama beberapa tahun ini. Mungkin setelah ini dia akan banyak diteror, dan tidak mau itu terjadi.Tiba-tiba saja ada nomor asing yang kembali masuk membuat dari teleponnya berdering. Angel bergegas mengangkatnya tanpa mencurigai telpon itu dari siapa "Halo.." jawabnya."Heh! wanita jalang! Berani-beraninya kamu berbuat seperti itu pada Puteraku?! Apa kamu tidak takut kami akan menghancurkan keluargamu hah?!" Caci dan makian itu berasal dari mamanya Victor, Evelina Herlambang. Fitnah Victor benar-benar sudah membuat semua orang membencinya termasuk wanita baik seperti Evelina. "Dikasih hati minta jantung!""Aku tidak pernah melakukannya tante..."air matanya jatuh begitu saja mendengar caci makian mertua yang super baik itu."Omong kosong! Kenapa Victor memiliki bukti bahwa kamu melakukannya? Dan lagi suamimu sendiri yang menangkap basah semuanya!""Aku tidak tahu apa yang direncanakan Victor, atau apapun yang diberitahukan pada tante.. Karenina tidak bersalah tante..""Berhenti pura-pura menangis. Aku tidak akan percaya padamu lagi!"Angel hanya bisa menutup erat matanya. "Kami berpisah karena anak tante selingkuh dengan sahabatku sendiri""Jangan menuduh anakku sembarangan! Selama ini Aku percaya padamu Angel! Tapi kau... kau menghancurkannya hanya dalam satu hari! Aku benar-benar menyesal telah menjadikanmu menantu!"Angel semakin menitikan air matanya. Jelas dia tidak akan pernah bersatu dengan keluarga Herlambang lagi. Cintanya untuk Victor bahkan telah pupus sejak kemarin sore mengetahui laki-laki itu tak pernah menganggapnya sebagai seorang istri. Dan yang lebih perihnya lagi, Valencia ikut menikamnya dari belakang. Kini dia sudah tak memiliki seorang sahabat yang bisa dipercaya lagi. Air matanya menitik deras, sederas rasa sakit yang menghujani lubuk hati terdalamnya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi Angel mematikan saluran telepon itu. Ya, Dia takkan ragu lagi. Dia akan mengakhiri semuanya, sesuai dengan keinginan Viktor.Dia menekan nomor telepon pria yang hingga kemarin masih dianggapnya penting. Terdengar dari ujung sana, telepon baru saja diangkat. "Kamu masih berani menelponku?" Suara mengejek Victor, menandakan kalau Dia tak bisa dilawan Angel."Ayo bertemu. Bawa surat cerai yang harus aku tandatangani""Bagus... Bagus sekali!" Terdengar tepuk tangan yang keras saat dia mengucapkan kalimat itu."Tapi ada satu syarat yang ingin kupinta darimu sebelum bercerai...." Angel sengaja merekam percakapan ini dengan menekan tombol record. "Apa itu?" Suara sombong itu kembali bertanya."Jangan ganggu perusahaan Ayahku.... Atau aku akan membongkar perselingkuhanmu dengan Valencia.."***Kantor Brown Buliding lantai 33 "bagaimana? Kamu menemukan berita tentang Angel?" Tanya David dengan aura dingin ketika dia memainkan permainan billiardnya seorang diri di salah satu sudut rumah besarnya. "Mohon maaf Bos tapi sampai saat ini saya sendiri belum menemukannya""Aku ingin dia segera ditangkap dan menghadapku"Ronald jadi bertanya-tanya, kenapa pria itu harus bertemu dengan Angel?"Apa Bos tertarik dengan wanita itu?"David terdiam memegang ujung dari tongkat billiardnya dan menggosoknya. Tak ada reaksi dari pria itu hingga akhirnya dia berkata. "Kenapa kamu ingin tahu?" Nada dingin dalam pertanyaan itu membuat Ronald jadi segan untuk mengeluarkan pertanyaan lainnya yang berhubungan dengan Angel."Saya jarang melihat Bos tertarik pada wanita""Wanita itu adalah antek-antek bukan? Dia harus segera bertemu denganku apapun alasannya" tembusan dalam baru saja didengar oleh Ronald. Baru Ronald sadari pria itu bukan mencari Angel karena dia tertarik. David arkananta Brown, yang memiliki banyak perusahaan berkembang, jelas mengantisipasi sesuatu dari wanita itu.Ronald bisa melihat Bagaimana mata David membidik sasaran bolanya di depan. Dia membayangkan seorang Angel sedang dididik oleh CEO yang terkenal kejam dan blak-blakan dalam berurusan. "Temukan dia atau aku tidak akan mengampuni kalian..""Tenang Bos, kami akan menemukannya. Anda tinggal tunggu saja dan menyibukkan diri.. aku akan memastikan orang-orang itu segera mendapatkan kabar""Bagus. Jangan khianati kepercayaanku"Sungguh, Ronald sendiri tidak yakin. Tapi mantan istri dari Victor tidak mungkin jauh-jauh dari Jakarta, wanita itu pasti masih ada di sini, dan malam ini mereka akan bergerak mencarinya di seluruh kota Jakarta kembali.***Sudah seminggu sejak gosip ganas tentang Angel mengudara di jagad bisnis Jakarta. Kini Angel nyaris tak punya apa-apa selain koper di tangannya. Angel menyampaikan pada Victor bahwa Dia tidak punya uang untuk membayar pengacara untuk mengurus perceraian mereka. Sebaiknya pria itu sendiri yang telah yang membereskan semuanya dan segera mencabut tuduhan, dan membersihkan nama.Kini tinggal dirinya, dengan sisa uang yang dimilikinya hanya seratus ribu didompet. Apa yang bisa Dia lakukan dengan uang itu? Hidupnya masih panjang membentang, namun tak satupun ijazah yang berguna yang bisa dia pakai untuk mencari pekerjaan. Victor benar-benar menghukumnya padahal seharusnya Angel- lah, yang menghukum pria itu.Kriuuuuuk! Krubuk! Perutnya lapar. Sebaiknya Dia memberi roti saja.Malam sudah begitu dingin ketika dia mencapai sebuah halte bersama satu-satunya tas koper miliknya. Kini dia bahkan tak memiliki mobil. Mobilnya sudah disita karena itu adalah mobil pemberian suaminya. Tak ada satupun y
Perjalanan menuju istana mewahnya terbilang sangat lancar, untuk kota Jakarta yang macet. David yang dingin itu, menikmati pemandangan di luar kala kepalanya penat dengan namun tiba-tiba saja dia menyadari sosok penting yang dia carinya selama ini. Wanita yang diyakini bernama Karenina Angel Gunawan itu baru saja menyeret kopernya depan gedung pertokoan. "Berhenti pak Rama!" Tanpa pikir panjang David menyuruh sopirnya menghentikan mobil."Di, disini Pak?" Rama terkejut, dan mencoba memastikannya kembali."Ya! Segera!"Ckiiit!***Karenina kesulitan untuk sampai kerumah bik Roro. Uangnya sudah habis. Tak ada lagi yang tersisa dan perjalanan menuju rumah wanita itu. Setelah bertanya pada orang-orang sekitar, jarak menuju tempat Bik Roro masih harus dia tempuh sekitar dua kilometer lagi.Lelah menguasai hajatnya hari ini. Bersama kopernya, dia melihat dirinya di kaca transparan, dimana dia berhenti tadi. Akhir-akhir ini penampilannya terlihat lusuh. Lihatlah bagaimana hidupnya berubah se
David membuka pintu utama, rumah yang Ibunya tempati. Rumah ini cukup besar, sama dengan rumah utamanya yang ditinggalinya namun masih kosong. Dia sengaja hidup terpisah dari Mamanya. hampir tiap hari sang Ibu memintanya untuk menikah, Dia mulai tak merasa tenang. David tahu, alasan terbesar Evita Brown melakukan semua ini, karena wanita itu khawatir. Dia khawatir David belum bisa melupakan Giana, dan terus membiarkannya hidup dalam bayang-bayang wanita itu.Giana takkan pernah kembali padanya, dan itu sudah menjadi pilihannya. Padahal, David sudah tak memusingkannya karena pekerjaannya sebagai CEO dua perusahaan besar menyita waktunya cukup padat. Seiring dengan waktunya yang tersita banyak, Dia tak lagi memikirkan Giana.Ya, hidupnya sudah jauh meninggalkan kisah masalalunya, sejak Dia mengalami kecelakaan lalu lintas karena terus memikirkan wanita itu.Baru saja beberapa melangkah masuk kedalam ruang yang disebut lantai utama ini, kepala asisten rumah tangga di rumah
Hidup di kota besar tanpa pengaruh dan uang sangatlah sulit. Beberapa minggu lalu hidupnya masih bergelimang harta, namun kini, Karenina Angel Gunawan bukanlah siapa-siapa. Bahkan untuk melawan pada pelayan rumah ( dari pria yang tidak dikenalnya) dia tak bisa apa-apa.Saat ini, perutnya lebih membutuhkan semua hidangan yang ada di depannya, daripada harus menghadapi pelototan wanita bernama Davina ini. Wanita berbadan ramping dengan rambut cepol kaku yang memakai rok hitam baju kemeja putih itu terus mengawasi tingkah laku Angel. Bahkan ketika makan, matanya tak lepas dari sosok Angel.Apa Dia juga merangkap CCTV berjalan? Mata wanita itu selalu menatap awas padanya, seakan Angel adalah tawanan seharga milayaran rupiah."Apa harus kutambah lagi?" Sikapnya memang sopan, tapi tidak dengan matanya.Wanita itu akhirnya beranjak dari tempatnya, membuka pintu dan menyuruh seorang pelayan yang dari tadi berada di luar untuk mengambil nampan berisi piring kotor yang tadi digunakan Angel."De
Hampir tiga hari setelah itu, Angel tinggal di rumah Bik Roro. Selama itu pula Dia mencari tahu tentang pria yang telah merenggut kesuciannya. Rasa penasaran membuatnya harus mencari identitas pria itu. David Arkananta Brown.. Pria itu adalah pebisnis hebat Indonesia. Bisnisnya bahkan sukses di dua benua dari Asia hingga Australia. Dari artikel yang Dia baca, dia juga bukan orang sembarangan dan tidak mudah didekati. Ya, itulah yang dia dengar, dan juga samar-samar dia dengar beberapa bulan yang lalu.-Flashback tiga bulan lalu-Kantin Kantor Crystal EnterpriseKantin saat itu tidak cukup penuh sehingga Angel bisa makan dengan leluasa seorang dia. Terpaksa dia makan sendiri karena teman-temannya semua punya acara makan di luar. Secara tak sengaja dia mendengarkan percakapan tiga gadis di sampingnya, yang dari tadi terlihat benar-benar antusias dengan obrolan mereka."Coba lihat ini tampan kan?" Angel mndengar suara itu dari sampingnya."Tidak mungkin. Seperti ini hanya idaman para wan
"Mah, ada berita tentang Angel?" Tanya iseng Naura ketika mereka berada di atas meja makan. Laura sendiri sedang sibuk mengepal sandwich besarnya untuk dimakannya, sementara Mamanya sibuk mengoles selai kacang di atas roti panggangnya yang baru saja selesai terpanggang."Untuk apa mencari tahu tentang anak itu? Ayah kandungnya saja tidak peduli" jawab Mieke acuh tak acuh."Pedulikan saja diri kalian karena sebentar lagi pertemuan ibu-ibu akan dilaksanakan dan kalian harus mengklik salah satu orangtua pria-pria tajir di Jakarta ini, mengerti?!" sindir Mieke sambil mengunyah roti selai kacangnya. Di saat yang sama Dia juga melihat Laura yang telah selesai membuat sandwich dan kemudian hendak melahapnya. "Laura! Apa yang kamu lakukan? Kamu itu mau makan atau masuk ke dalam mulutmu?! Jangan sampai kamu kegemukan karena ciri khas wanita kaya di tengah kota ini adalah memiliki badan yang langsing!""Mama! Aku kan cuma mau makan?!""Kamu itu harus mengincar pria yang ta
-Di ruang Kerja David Arkananta Brown-David masuk dengan wajah bingung, seminggu ini mood David seperti tak enak dipandang setiap hari dia harus melapor pencarian"Maaf tuan.. tapi saat ini tidak ada yang menemukan nona Karenina Angel Gunawan."David bersungut, menggulir layar yang ada di depannya. Untuk pertama kalinya dia merasa gusar mencari seorang wanita yang akhir-akhir ini dicarinya. Wanita itu dua kali kabur darinya dan itu adalah sesuatu yang tidak disukainya. Tidak ada wanita yang pernah kabur darinya, "Apapun alasannya cepat cari orang itu..., Kalian tahu kan kalau tidak menemukannya kalian akan kujadikan apa?"tatapan sinis David, dampak mematikan di depan tiga pria yang menjadi pesuruh nya.Wanita itu tidak mungkin pergi jauh-jauh karena dia tidak membawa apapun selain alat komunikasi. Dari Ronald, dia mendapatkan semua data wanita itu dengan secara akurat. Karenina Angel Gunawan. Susah bercerai, dibuang keluarga, tidak punya kerabat dekat selain sah
Dibalik pintu yang ditunjuk oleh ibu Aleandra tadi telah berdiri seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya. Pria itu berperawakan eksekutif, karena wajahnya bersih dan satu lagi entah di mana Dia pernah melihat wajah pria itu. Di mana ya? belum bisa dia tebak. Ingin rasanya Angel bertanya di mana Dia pernah bertemu dengannya, tapi dia juga takut salah duga. Bagaimanapun, wajah seperti pria ini sangat banyak ketika dia masih menjadi Nyonya Victor Herlambang."Pagi Nona, saya diminta untuk mengarahkan orientasi nona Angel." Sahut pria itu.'Nona? Dia kan pelayan? Kenapa dipanggil Nona?'"Mari?" Ajaknya, karena Angel tertegun."Baik" jawabnya pelan-pelan."Sebelum itu. Perkenalkan, nama saya Ronald""Karenina.. Angel" Rasanya tak perlu menyebut nama keluarganya."Kita akan menuju ruang di mana nanti kamu bekerja"Rasa gugup menghimpun napas Angel, yang dikeluarkannya pelan-pelan lewat mulut. Semoga saat ini David Arkananta Brown tidak ada. Ya, Dia pasti ada di kantor.***Ujung sel
Akhirnya tuan muda David Arkananta Brown pergi juga, setelah mengomeli sepupunya yang adalah aktor terkenal itu.Sepertinya mereka berdua berangkat dari rumah ini bersama-sama, sehingga inilah waktunya bagi Angel untuk berbenah di kamar, karena hari ini dia tidak memberi jatah makan Sapta dan Arnold."Angel kembali melakukan tugasnya ke kamar, setelah membantu Devina membawa beberapa zat makanan dan minuman yang tadi berada di rumah kaca. Namun sebelumnya membuka pintu dia bertemu dengan x-ray. "Hei... Angel... " Sapa pria itu. Karena x-ray adalah aktor terbaik dan juga dia adalah penggemarnya, Angel pun berhenti dan akhirnya memberi sambutan hormat seperti layaknya pelayanpada majikannya. "Tuan x-ray" sapanya."Kalau di rumah ini jangan panggil aku x-ray, panggil aku saja Raymond.., Ray..." Ucapnya sedangkan sedikit nyeleneh, namun sikapnya kembali menjadi gentle.Sepertinya yang karenina Angel lihat tadi adalah salah satu aktingnya. Syukurlah dia bukan seorang gay. Sangat merugikan
"Aku... Melakukan apa...?" Matanya membelalak pada David, dan dijawab mengangguk polos oleh David.Lagi-lagi kelakuan wanita ini nyaris membuatnya tersenyum namun dia menahan diri. untuk sebentar saja dia ingin melihat bagaimana wajah panik Angel mengudara.Angel menelan ludah. Sungguh, sebersit ingatan memang membuatnya mengingatnya sedikit-sedikit apa yang terjadi.Astaga....."Bangun dan mandi..., temani aku sarapan""Sarapan?"Itu berarti...."Astaga ini sudah pagi hari?!" Pekiknya. David tersenyum melihat kepanikan wanita bertubuh indah itu, lalu kembali berpura-pura dingin. "Memangnya kau kira ini kapan?" Sahutnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam masing-masing saku celananya."Saya kira... saya kira hanya tertidur sebentar.." wajahnya panik, karena seharusnya dia masih bekerja. "Apa yang membuatmu panik?" Angel benar-benar membuat David gemas, lantaran punggungnya yang masih terlihat, bekas kecupan yang membara, dan lagi ekspresi polos yang selalu tampil dari wajahnya
Byur!“Banguuuun!”Dingin… ! Ugh…“Uhuk! Uhuk-uhuk!” Perasaan Angel tak enak, apa ini? Seseorang membantunya duduk, ketika tubuhnya terikat dan mulutnya dibelit bebat.Seseorang mendekatinya dan merunduk padanya yang duduk. Dia melepas bebat yang ada di mulut Angel. "Heh katakan... kamu punya tujuan apa masuk kesini? kamu sengaja membayar orang dalam untuk bisa bekerja di daerah pribadi tuan David?!" Yura, wanita berbadan besar dan tinggi itu memulai dakwaannya. Lipatan tangan di bawah dadanya itu, membuat dada membusung."Aku…tidak..” Angel tak punya kekuatan untuk menjawab."Kudengar, kamu berasal dari kalangan berada! Kamu ke sini juga ingin mengincar Tuan David kan?!"Juga….. mengincar Tuan David? Apa mereka mengincar David?"Jangan bohong! mana ada pembantu yang kulitnya cantik putih bersih begini?! Wanita seperti kamu sudah pernah ada sebelumnya! Dan kami sudah tahu tujuanmu bekerja disini! Dasar munafik!""Tapi aku benar-benar bekerja.. untuk menghasilkan uang…" napas Angel ter
Setelah selesai memberi makan Sapta dan Garfield akhirnya Angel di membersihkan ruangan pribadi David yang luasnya mencapai dua kali presidensial suit itu.Tidak banyak yang kotor dari ruangan ini, karena sebetulnya dua hari sekali ada petugas yang khusus membersihkan seluruh ruangan. Namun karena dia tidak punya jobdesk pekerjaan lain, selain berada di ruangan itu. Dia hanya bisa melakukan bersih-bersih, meski kendati dengan menggunakan baju putih ini, Dia sedikit risih bila harus mengotorinya.Ketika wanita itu hendak membersihkan bagian walk-in-closet milik David, tiba-tiba suara smartphone berbunyi, dan Karina tiba-tiba teringat, kalau dia menaruh Smartphone-nya di sini tadi. Hak istimewa dari pembantu di rumah ini adalah mereka bisa membawa Smartphone mereka kemanapun, bahkan sambil bekerja.Hal ini ada dalam peraturan, namun tetap saja mereka harus mematuhi peraturan yang ada, tak boleh membukanya di depan umum, ketika benar-benar sibuk bekerja.Karina akhirnya meraih Smartphone
David membawa Angel di dalam perpustakaannya. Sepertinya inilah tempat khusus di mana David selalu melakukan aktivitas-aktivitas pribadinya. Dia membawa pembantu pribadinya ke dalam ruangan ini, agar tidak ada yang menguping apalagi curiga. Dia terdiam di depan sana sembari mengetuk kecil jari jemarinya, padahal Angel harus memberi makan Sapta dan Garfield"Tuan, kenapa memanggil saya ke sini? bukankah saya harus memberi makan pada Sapta dan Garfield?” ya, benar. Sebetulnya apa yang dipikirkan David?"Bukankah seharusnya kamu tahu kenapa aku membawa mau ke sini?" pria tampan itu malah bertanya balik.Angel terlihat berpikir sebentar, seakan mencoba mencari tahu jawaban David di atas kepalanya. Namun, beberapa detik berjuang, dia akhirnya menggeleng kepala, menyerah. “Tidak tuan. Saya tidak tahu.." saat mengatakan itu, Angel menengadah, menatap David namun David malah memberinya tatapan dingin. Ketukan jari jemari itu memenuhi ruasanga sunyi perpustakaan itu. Ketukan-ketukan itu buk
Perawat sedang mengoleskan salep luka bakar di kaki Angel yang tadi tertumpah oleh air panas dari teko stainless.Ya David membawanya pada sebuah klinik kecil yang ada di rumahnya di mana ada seorang perawat dan dokter. Dari semua orientasi kemarin Angel sama sekali tidak tahu kalau rumah besar ini memiliki klinik. Hebat. rumah ini sudah seperti perusahaan saja. Dan David?Tentu saja, dia masih ada di ujung sana, melipat tangan di bawah dadanya sembari melihat serius ke arah tindakan perawat yang- begitu gugup- mengoleskan salep luka bakar pada kaki Angel.Tidak hanya perawat, Angel juga jadi gugup ketika pria itu sesekali menetapnya, memastikan setiap tindak tandukperawat itu sesuai prosedur. Jujur, meski terkesan buru-buru, Dia sedikit terkesan dengan tindakan David yang langsung membawanya pergi.Tapi tidak dia mengambil kembali rasa terkesan itu karena apa yang akan disebabkan oleh David setelah ini.Ah benar juga Semua orang pasti akan bertanya padanya. Semua orang terutama teman
Sekilas David menatap Angel, namun sepertinya Angel tidak benar-benar mendengarkan percakapan di ruangan ini. Wanita itu sedang tidak menatapnya, seakan pikirannya berada pada hal lain.Memang benar, wanita itu sibuk memikirkan alur perjamuan perjamuan gold tiket yang membuatnya terjebak bersama David.Renata yang masih ikut berdiri di sana memperhatikan Angel dari tempatnya. Karena Dia memegang tablet, dia mengambil kesempatan itu untuk mengambil Smatphonenya, lalu pelan-pelan -tanpa terlihat orang lain- mulai memfoto sosok Angel.Meskipun Renata adalah asisten pribadi dari David, dia juga adalah temannya Adelia, sepupu jauh David yang mendamba pada David. Dia yang sebetulnya mencalonkan diri langsung menjadi calon istri David. Namun wanita itu dilarang kemari, setelah mencoba memberi David obat persangsang untuk tidur dengannya.Suara kaki terdengar datang dengan cepat dari arah datangnya Angel dan David tadi. Seseorang seperti terburu-buru untuk menghampiri seseorang yang ada di ru
"Tuan... David, anda... Bisa melepaskan tangan saya?" tatapannya seakan menelisik jauh kedalam matanya, membuatnya tersengat. Buru-buru dia menghalau pandangannya. Bahaya kalau mereka bertatap lama. Bagaimanapun mereka pernah satu ranjang, dan..Ketika dia mendonggak, napasnya nyaris menyatu dengan napas pria itu-Tok tok!Fiuh…Untung saja, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Hal itu tentu menyadarkan David bahwa seseorang baru saja mengetuk pintunya. Beruntung bagi Angel, David melepaskan pegangannya, lalu beralih pada pintu.Fiuh.Dia berharap lebih sering saja orang-orang mengetuk pintu agar David tidak melakukan sesuatu yang aneh. Bukan karena anehnya namun pria itu sering sekali, mengerjainya. Tiap hari sejak dia datang.Ketika dapat membuka pintu, ternyata Renata, salah satu asistennya selain Ronald datang, dan telah bersiap di depan. "Ada apa?""Hari ini saya yang ada di sini pak. Ronald sedang mengurus pekerjaan lainnya" sahut Renata sekilas menatap ke dalam dan menyadari ada s
Tentu saja Angel memilih keluar dari kamar mandi itu dibandingkan melihat David mandi, dan pria itu akan mengatakan dia wanita jalang. Dengan segera pria itu angkat kaki dari Tidak , tentu saja tidak. Angel segera keluar bahkan dengan berlari. Duk! Toilet itu kemudian ditutupnya. Dia tidak tahu bagaimana reaksi terakhir dari David tapi yang penting dia pergi saja dari situ.Kembali Dia melihat kemeja yang diberikan oleh pria itu. Kemeja itu sangat kebesaran untuk dia pakai. Pria memiliki tinggi 183 cm, apalah tingginya hanya sekitar 160 m. Mungkin kalau memakai ini dia akan seperti orang-orangan sawah. Tapi... Tak ada pilihan. Memagnyaa ada baju wanita yang diletakkan di sini?Angel kemudian memegang baju itu dan mencari tempat yang cocok untuk berganti baju. Malunya, mukanya rasanya sedang panas, pasti bila ada yang melihat mukanya, saat ini pasti wajahnya sudah merah seperti buah apel. Bisa-bisanya tadi ngeri dia jatuh ke dalam bathtub itu. Sebetulnya apa yang ingin dila