Beranda / Romansa / Wanita Kedua / Rencana Konsolidasi Perusahaan

Share

Rencana Konsolidasi Perusahaan

Penulis: Sugar Baby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 11:00:46

"Bersabarlah."

Dengan mata berbinar, Anna melingkarkan dengan lembut kedua tangannya pada area belakang leher Aditya. "Semua akan indah pada waktunya," hibur Anna. Tubuh Anna terasa lemas saat Aditya menindihnya. Napasnya tertahan karena rasa sakit dalam hati. Keinginan memberi kebahagiaan kepada Aditya, yang telah menjadi suaminya itu harus terus di tunda karena sebuah konsistensi pada keyakinan diri yang masih di pegang Anna hingga detik ini. Jemari Anna terangkat, menyentuh bibir Aditya yang terasa kering dan panas. "Aku ingin kita melakukannya nanti, setelah semua selesai."

"Kapan itu?" tuntutan Aditya menanyakan dengan manja dan nada putus asa, seperti anak kecil menagih janji pada ibunya kapan akan di belikan permen lollypop warna-warni yang manis.

Sekarang Anna membelai rambut Aditya, berharap bisa membuat laki-laki itu mengerti. "Aku ingin benar-benar merasakan kebahagiaan sejati. Hanya kita berdua. Tidak ada drama atau menyakiti siapa saja."

"Aku bisa pakai pengama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Kedua   Improvisasi Reaksi Emosi

    Terdengar suara televisi menyala.Anna merasa lega, karena Aditya sepertinya nggak berniat mengikutinya.Anna belum ingin membahas semua soal rencana Alan. Saat ini Anna seperti sudah mulai pintar mana saja yang akan informasikan ke Aditya dan mana yang belum saatnya. Anna menyeringai, matanya menyipit, sambil menggumam."Tidak juga untuk yang satu itu Mas!"*Pagi di ke esokan harinya. Anna menyisir rambut saat terdengar suara kran shower terdengar, Aditya masih mandi pikirnya.Pagi ini, seharusnya Anna sudah berada di pesawat, di penerbangan paginya kembali pulang. Tapi, karena Aditya menginginkan dirinya ikut menemui ayah mertuanya, jadi rencanaawal harus di cancel dan dia ikut pulang malam harinya bersama Aditya.Anna tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Robert Soeryadjaya untuk yang kedua kalinya dengan topik bahasan berbeda.Anna menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil terus menyisir rambutnya. Anna mencoba memotivasi diri sendiri."Semua sudah berjalan sejauh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Masa Lalu Aditya

    Di dalam mobil.Karena Aditya sedang menelpon seseorang, pikiran Anna jadi melayang lagi. Dua orang laki-laki telah menjanjikan padanya akan kepemilikan suatu perusahaan. Alan dengan perusahaan baru, dan Aditya dengan pengalihan nama pemegang saham menjadi atas namanya.Dua-duanya sangat membuat Anna tertarik. Dengan Alan, Anna merasa bisa membuktikan diri akan mampu memulai suatu bisnis dan menunjukkannya baik kepada Aditya manapun orang terdekatnya, seperti tetangga-tetangga di rumahnya dulu. Bila dengan Aditya, Anna merasa akan sedikit kesulitan untuk eksploitasi diri, lebih susah mengekspresikan diri, karena sifat dan karakter Aditya yang kaku, bakalan sering terjadi saling argumentasi di antara mereka berdua, dan Anna sangat-sangat malas meladeni sifat kaku laki-laki itu.Anna beralih pandangan pada Aditya saat mendengar nama Rama di sebut."Iya, Rama? Kenapa?" Tanya Aditya pada Rama di ujung telepon.Anna menatap secara seksama sambil berusaha mendengar apa yang mereka bicarakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Berbuat Salah Dulu

    Annapun jadi ikut trenyuh, perasaan yang juga dapat di rasakannya. Kehilangan ayah, terlebih seorang sosok ayah yang telah menjadi panutan. Annapun teringat dengan ayahnya, dia menunduk dan menangis. Dia pandangi batu nisan yang bertuliskan nama Adrian Winata itu. Anna jadi membayangkan seandainya ayahnya dan ayah Aditya masih ada, mungkin mereka bisa membantu, memberi nasihat pada mereka berdua tentang masalah yang mereka hadapi saat ini. Tanpa di sadari, Aditya mennatapnya lama, kemudian menyapu air matanya dengan lembut. "Kamu jadi teringat ayahmu ya?" Dengan masih terisak Anna mengangguk. Karena tidak nyaman harus berjongkok dengan mengenakan High heels dan tidak mau terlalu larut dalam kesedihan karena mengingat almarhum ayahnya, Anna meminta sesuatu. "Mas, kita tunggu Pak Robert di bangku itu ya, kakiku rasanya sudah nggak nyaman." Aditya mengikuti arah pandangan Anna yang ke high heelsnya dan menyanggupi karena merasa iba. "Ok. Aku bantu kamu berdiri." Aditya dapat meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Janji Yang Di Ingkari

    Lambaian tangan Aditya di depan matanya membuyarkan lamunan Anna. "Bisa kesambet lho kalau ngelamun di kuburan," peringatan Aditya sambil menatap Anna yang tertegun sedang memikirkan sesuatu. "Memangnya, apa yang kamu pikirkan?" tambah Aditya kalem. "Nggak ada. Hanya teringat ayah saja," jawab Anna berbohong. "Oh ya, siapa yang punya inisiatif ketemuan disini tadi katamu Mas?" Tanya Anna ingin tahun lagi, karena hari ini dia banyak melamun, mengambil kesimpulan dari setiap topik pembicaraan. "Ayah Jessica." "Oh." Saat itu juga, arah pandangan Anna tertuju pada seorang pria paruh baya memakai kacamata hitam dengam membawa buket bunga seperti yang di beli Aditya di depan tadi. Anna heran, dengan posisinya sekarang, dia sering bepergian sendirian, tanpa di temani seorang asisten atau sekretaris. Anna menoleh pada Aditya yang merenung sambil menatap makam ayahnya. "Pak Robert sudah datang." Aditya langsung beralih ke arah pandangan Anna tuju. Segera dia berdiri dan berjalan mengha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Robert VS Aditya

    Robert yang sedari tadi hanya terdiam, jadi terusik dengan permohonan maaf dari Anna tersebut dengan memalingkan wajahnya. Tapi, masih tetap belum mengeluarkan perkataan maupun jawaban.Aditya menatap Anna dengan menyunggingkan bibir sebelah kiri naik sedikit ke atas. Aditya tahu, Anna berusaha membantunya. Kemudian dia beralih menatap ayah mertuanya."Kamu sudah yakin dengan gadis ini?"Pertanyaan Robert yang tiba-tiba saat menatapnya dari samping membuat Aditya tertegun.Aditya tidak mau menyia-nyiakan lagi kesempatan untuk menyatakan keberadaan Anna."Iya, Pap." Jawab Aditya sambil terus menatap Robert dari samping, menunggu reaksinya."Lalu, Jessica? Kau tahu bagaimana dia, dan hanya kau yang bisa." Tambah Robert.Aditya lalu mengangguk pelan, isyarat dia mengerti maksud Robert. Kemudian Aditya kembali menatap batu nisan ayahnya."Sebelum aku menikahi Jessi, setelah ke makam ibu, aku kesini, ke makam ayah. Aku berjanji padanya, akan membahagiakan putri sahabatnya."Getaran kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Amarah Aditya

    Anna mencoba menarik tangan Aditya yang masih mencengkeram kerah baju Robert. "Mas, bersabarlah. Ingat, dimana kita sekarang.""Mundur kamu Anna! Kamu nggak ada sangkut pautnya dengan semua ini."Karena sikap kaku Aditya itu, Anna jadi ketakutan dan beringsut mundur. Tapi, bagaimanapun juga, Aditya menuruti apa perkataan Anna barusan. Di lepas perlahan dan mengatur lagi napasnya yang sempat tersengal-sengal karena amarah."Aku ... sudah lama menduganya, kenapa kau tidak pernah memperlakukan Jessica seperti putrimu sendiri. Diapun selalu merasakan hal yang sama."Baru sekarang Aditya berani menatap Robert, kali ini dengan tatapan sinis, matanya memicing."Kenapa Jessica nggak pernah tahu? Lalu ... siapa ayah kandungnya?"Robert menghindari merespon tatapan mata Aditya yang sudah menjurus menanyakan hal-hal yang nggak berniat dia ungkit lagi."Waktuku nggak banyak. Aku harus pergi." Robert berbalik badan, dan berjalan begitu saja meninggalkan Aditya dan Anna."Hei, jangan sampai rasa ho

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Kirana Kunci 2 Perusahaan

    Sesampai di rumah."Ngantuk," keluh Anna, setelah harus membereskan semua keperluan mereka selama kepergian selama 3 hari.Anna berencana ke kamar tidurnya dan segera tidur karena besok adalah hari senin. Anna sudah membayangkan, hari senin akan menjadi hari yang melelahkan.Anna melihat ke sekeliling ruangan, sepi. Tak di jumpai sosok Aditya dimanapun. Anna memberanikan diri masuk ke dalam kamarnya yang selalu nggak di kunci. Baru saja dia selesai membereskan baju-baju Aditya di lemari kamarnya kemudian berganti membereakan baju miliknya di kamarnya sendiri.Sambil mengetuk tapi juga mendorongnya hingga pintu kamar Aditya akhirnya terbuka, Anna bertanya."Mas. Kamu di dalam?"Ternyata Aditya duduk terdiam di sebuah arm chair. Anna berpikir kalau Aditya sedang berpikir keras, hingga nggak membuatnya bergeming saat di panggil namanya. Tanga kanan yang menyangga pada dagu, sepertinya dia berusaha melakukan investigasi, mencari kebenaran atas tindakan atau kata-kata yang di tujukan padan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Wanita Kedua   Temani Aku Tidur Di Sini

    Melihat tatapan Aditya, Anna jadi bingung akan menampakkan ekspresi bagaimana. Dengan tersenyum ataukah raut serius . Aditya akan mengira selain dirinya kelihatan aneh, karena dia bertanya hal serius, tapi di balas senyuman dan takut Aditya menginterpretasikan senyumannya itu adalah godaan. Kalau misalkan menyengir, takut ketahuan bohongnya, apalagi ekspresi marah-marah, bakal ketahuan kalau dia menyembunyikan sesuatu. Anna hanya diam kaku beberapa saat, takut menampakkan ekspresi macam-macam pada laki-laki pandai menganalisa di depannya itu."Aku belum tahu pasti." jawab Anna singkat, berharap Aditya tidak lagi menanyainya lagi. Tapi, ekspektasinya salah."Berarti Alan sudah punya bayangan keputusan apa yang akan di ambilnya, dan kamu tahu itu?"'Aduh, itu pertanyaan atau pernyataan ya?' batin Anna.Anna semakin gemetaran, tapi takut menunjukkannya."Ehmm, mungkin minggu depan Pak Alan akan membuat keputusan seperti yang kamu sangkakan tadi," jawab Anna sambil mengangkat bahunya, sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • Wanita Kedua   Bagaimana Ivan Tahu?

    Perkataan Ivan mempunyai dua sisi baginya. Pertama, sebagai sanjungan pertama yang di dengarnya selama di rumah ibunya Aditya, yang kedua berkaitan dengan emosi Aditya, yang akan bertambah sinis pada Ivan.Anna menatap terang-terangan ke arah Aditya yang tercengang dengan ucapan Ivan.'Hei singa, tenanglah! Dia hanya memujiku, bukan mau merebutku!'Aditya bergerak, sedikit memundurkan letak duduknya, mengendalikan rasa tidak nyaman."Iya, tentu saja. Karena dia istriku," tegasnya tanpa ekspresi. Anna mengira Aditya memang tidak berniat menampakkan ekspresi apa-apa, hanya bersikap dingin seperti biasanya.Pandangan Ivan beralih pada Anna, dan langsung di balasnya dengan senyuman. Rasanya naif buat Anna kalau tidak tersenyum pada pria itu, karena dia benar-benar seperti cowboy Texas dengan garis wajah old westnya yang tampan."Anna, kamu bekerja di perusahaan bidang apa?" tanya Ivan berat dan dalam. Ivan merasa mendapat peluang mengambil alih pembicaraan, yang tadi hanya di isi percakap

  • Wanita Kedua   Boomerang Dari Ucapannya Sendiri

    Selama perjalanan menuju ke rumah Ivan. Masih saja terjadi adu argumentasi antara Anna dan Aditya. Hal yang masih mengganjal pada pikiran, selalu saja segera di ungkapkan. "Apa pentingnya kamu bertemu dengan Fita?" tanya Aditya seketika. Merasa heran, karena Anna terlihat sangat ingin melakukannya, bahkan seperti memaksakan diri. "Dia orang pertama yang menyadarkanku suatu hal," sahut Anna mencoba memberi jawaban masuk akal buat Aditya yang rasional person. Memang benar, selama di pesawat menuju ke tempat Aditya berada saat ini, Anna banyak mengobrol dengan wanita itu. Seornag wanita yang sudah menikah tiga kali dan kemudian menyadari kalau pernikahan tidak hanya sebuah skin to skin relationship, tapi juga pengorbanan. Pengorbanan yang tidak hanya satu, dua, tapi bisa mengorbankan banyak hal, dengan harapan mendapatkan imbalan yang manis, dan itulah yang ingin di dapatkan dalam sebuah pernikahan. "Apa itu?" sahut Aditya sangat ingin tahu. Anna menghela napas dalam-dalam sebelum

  • Wanita Kedua   Lebih Buas Daripada Kandang Singa

    Anna menatap sebuah benda dalam jepitan kedua jarinya dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya, Aditya yang berniat membuangnya, tapi karena rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa jijiknya, jadi Anna ngotot minta dia saja yang membuangnya. "Owh, jadi begini?" ucapnya pelan, lalu segera di buang cepat-cepat ke tempat sampah. Tanpa di sadari, Aditya telah membuntutinya dari arah belakang. Laki-laki itu tertawa tak tertahankan. "Sekarang kamu tahukan?" candanya, masih dengan tawanya. Anna berlari kecil melewati Aditya, "Aku nggak mau tahu lagi!" balas Anna, kedua tangannya melambai, ekspresi wajahnya cemberut. Aditya menyeringai. "Nggak mau tahu, tapi dianya yang ngebet duluan!" Setelah membersihkan diri bersama, masih menggunakan handuk mantelnya, Anna berlari ke arah lemari dan memilih baju yang akan di kenakan nanti. "Kalau kamu nggak mau datang, tak apa, aku janjian sama Fita aja," seru Anna sesaat setelah berpakain dan sambil menyiapkan hair dryer, mengeringkan rambu

  • Wanita Kedua   Cinta Timbal Balik

    Anna kemudian turun dari mobil secara enggan dan perlahan. Bertemu anak-anak saudara ibu Aditya di jadikan Anna sebagai kamuflase rasa canggung yang masih di rasakannya ketika harus berhadapan dengan adik-adik dari mendiang ibu Aditya. Anna berusaha mengajak mereka mengobrol di selingi canda."Jadi, kalian akan pulang sekarang? Tante juga akan pulang besok," ucapnya memulai pembicaraan, berjongkok dengan satu kaki menekuk, juga menggandeng si kembar. Mereka berdualah yang paling syok saat dirinya teriak kala bersama Aditya menjalin pelukan di bawah selimut pagi itu."Tante sama Om nanti ke sini lagi, kan?" tanya Kiki."Tentu saja. Tante bahkan sekarang sudah tahu mana yang Kiki dan mana yang Koko, kalian di bedakan dari garis panjang seperti lesung pada pipi kiri saat tersenyum, yaitu padamu Koko." balas Anna, lalu beralih cepat ke arah Koko, dan anak itu tersenyum setelah di kejutkan Anna yang di lakukannya secara sengaja itu.Kiki lebih cerewet dan banyak tanya, sedang Koko lebih ba

  • Wanita Kedua   Heyna Pilihan Singa

    Ketidaktahuan cerita yang sebenarnya, membuat Anna berusaha bijak. "Para singa berasal dari kumpulan yang sama, apa kau tega membiarkan kami para heyna betina kelaparan?" sahutnya dengan melingkarkan kedua tangannya pada lengan Aditya dengan manja, membuat Fita jadi terkekeh, Ronny dan Ivan yang menyaksikan juga jadi tersenyum. Urat syaraf pada kening Aditya berdenyut, dia berpikir sejenak menentukan apa jawabannya sebelun akhirnyapun menjawab. "Lebih baik kau siapkan tidak hanya satu daging, karena itu tidak cukup bagi seorang singa yang mudah marah," balas Aditya diplomatis, lalu dia menarik tangan Anna mengajaknya meninggalkan area pemakaman dan orang-orang yang di temui setelah berpamitan.Setelah keduanya berjalan menjauh, Adityapun melanjutkan isi dalam pikiran yang belum di utarakan semua. "Singa dan heyna tidak pernah akur. Lain kali, sepertinya aku harus berhati-hati dengan wanita yang menganggap dirinya heyna betina di sampingku ini, kalau tidak aku akan menerkamnya terleb

  • Wanita Kedua   Ivan

    "Anna, aku nggak pake pengaman lagi." Suara lembut bisikan Aditya pada kuping Anna yang masih terlelap. Suaranya memang lembut tapi justru membuat Anna sontak terperanjat. Tak perlu mengumpulkan nyawa dulu untuk bangun, karena ucapan Aditya itu sudah cukup berfungsi sebagai alarm yang memekakkan telinga Anna. "Ke kamar mandi! Buang-buang!" pekik Anna. Matanya langsung terbuka lebar walaupun kesadaran belum sepenuhnya. Meski begitu, artikel yang pernah di bacanya di sebuah kolom khusus wanita itu, segera saja terlintas. Anna berlari ke kamar mandi, dan sibuk sendiri, sedang Aditya tertawa sambil menggelengkan kepala. "Sebegitunya. Anna Anna," sahut Aditya tak habis pikir. Selama Anna di dalam kamar mandi, ponsel miliknya bergetar. Aditya meraihnya yang di letakkan Anna serampangan dan di temukannya di samping bawah nakas. Dengan tubuh masih di dalam selimut, Aditya meraih dengan sedikit membungkuk. Di lihat sebuah nama kontak yang di kenalnya, tapi justru karena itu Aditya

  • Wanita Kedua   Game Yang Menyudutkan

    "Apa kau tersinggung Anna?"Pertanyaan dari Fatma membuat Anna menurunkan pandangannya lagi karena merasa tak enak. "Eh, hanya ingin mencoba jawab saja," tusukan kecil buat Anna, tapi bagaimanapun juga dia merasa sudah terlanjur mengatakannya, jadi Anna berusaha bersikap biasa saja.Anna melirik ke arah Aditya, merasa cemas karena laki-laki itu belum memberi reaksi, tidak berniat membela atau semacamnya. Aditya bahkan tidak membalas tatapannya.Tapi, meskipun tak menatap secara langsung, ternyata Aditya tersenyum dan beberapa detik kemudian baru membalas memandangnya dengan sayu. Rasanya jantung Anna berdetak seperti saat pertemuan pertama mereka saja."Aku benar-benar mencintai Anna. Memang kami belum lama berkenalan, aku sadar itu, tapi aku sangat mencintainya. Dia partner bisnis dan juga hidupku sekarang," reaksi Aditya yang benar-benar Anna harapkan terjadi.Senyuman lebarpun tak dapat Anna sembunyikan.Sejenak Anna menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju padanya."Ehmm, aku r

  • Wanita Kedua   Wanita Satu-Satunya

    'Berhentilah menatapku seperti itu. Kamu tahu, aku benci harus mengatakannya, tapi semua ini benar adanya. Sebenarnya, meski nggak aku akui secara jujur padamu, kehadiranmu lebih indah dari integritas ambisi dan mimpiku selama ini.'Anna membatin sambil melirik lagi ke Aditya yang sedang mengemudi dengan bersiul riang. Berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini. Integritas mimpi dan ambisi yang belum sepenuhnya terwujud, masih mambuatnya galau.Memang benar, Aditya tidak pernah memaksa secara fisik atau kata-kata kalau mengenai pernikahan yang ingin Anna sembunyikan, tapi justru argumen-argumen kecilnya selalu masuk di akal dan membuat Anna berpikir, yah, masih dalam proses berpikir.Masalahnya, Anna masih menjadi penganut setia ajaran stashing, yaitu orang yang berakting seperti seorang lajang, padahal sebenarnya sudah memiliki pasangan karena alasan-alasan yang rasional. Rasionalitas menurut Anna tentunya."Apa kau sudah putuskan?" tanya Aditya di sela-sela fokus menyetirnya, b

  • Wanita Kedua   Menikah Tapi Bohong

    'Kenapa aku jadi suka berpikir yang berlebihan ya?' Senyuman Aditya, tidak ... semua yang ada pada laki-laki itu, membuat Anna jadi seperti kehilangan akal sehat. Anna merasa selalu ada keinginan untuk menjalin malam berdua lagi dengannya. Bahkan sekarang, keinginan itu tanpa ragu lagi terang-terangan akan dia perlihatkan. Anna yakin saja, kalau tidak akan mendapat penolakan dari Aditya. "Jawab dong, nanti aku dapat lagi, nggak?" tanya Aditya manja. Anna menatap Aditya dengan suara parau, "Mas, apa perlu melakukannya sesering mungkin ya?" tanya Anna polos. Keingintahuan Anna karena hal seperti itu tak pernah terpikir olehnya. Aditya tertawa keras, tawa yang baru pertama kali Anna melihatnya pada laki-laki itu. "Kau lucu Anna. Kita ini pasangan yang sudah menikah Kalau surat nikah kita sudah aku daftarkan, aku ingin membuat rencana bulan madu, oh tidak aku rasa ... tidak perlu di rencanakan. Lebih indah kalau dadakan." Aditya terus merandai-andai, hingga rasanya Anna ingin menget

DMCA.com Protection Status