“Kok malah diliatin teleponnya, Bu? Udah, telepon aja daripada jadi penasaran,” kata Denok kepada Kemala. Kemala yang merasa tertangkap basah hanya tersenyum malu kepada karyawannya itu. “Ya ampun, malah kamu yang ga sabaran sih, Mbak,” kata Kemala. “Hahaha … habisnya Ibu malah kayak anak ABG gitu sih,” goda Denok. Kemala yang malu-malu pun akhirnya memutuskan untuk menurunkan egonya dan mulai menelepon Abimanyu di halaman belakang apotek supaya tidak ada yang mendengar percakapannya.Di waktu yang sama di tempat berbeda, Abimanyu tengah memulai meeting dengan manager di bawahnya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dengan nyaring. Saat melihat siapa yang menelepon, wajah lelaki itu langsung berbinar-binar. “Kalian lanjutkan dulu, saya harus menjawab telepon penting ini,” kata Abimanyu. Lelaki itu pun melangkah keluar ruangan meeting dan menerima telepon dari Kemala di ujung koridor. “Maafkan aku,” kata Kemala sesaat setelah Abimanyu mengucapkan salam. “Aku juga minta maaf.
Kemala menghela napas panjang lalu menggeleng sambil tersenyum kepada mbak Denok. “It’s oke, Mbak. Aku nggak apa-apa. Hanya saja, saat ini aku cuma ....” Kemala tidak melanjutkan ucapannya, ia merasa tidak enak jika harus menceritakan masalahnya dengan Abimanyu kepada Denok. “Bu, apa sedang ada masalah serius dengan Pak Abi?” tanya wanita itu kemudian.Kemala merasa dadanya sedikit sesak mendengar nama Abi disebut oleh Denok. “Menurutmu apakah Pak Abi ....” “Bu, selama ini saya melihat jika Pak Abi itu sangat mencintai Bu Mala. Apa ini tentang ibunya Pak Abi yang belum merestui hubungan ibu dengan anaknya?” Kemala menarik napas, perlahan ia meraih gelas berisi teh hangat yang masih tersisa setengah, kemudian menyesapnya. Kemala tidak menyangka jika ternyata karyawatinya pun telah mengetahui soal itu. “Maaf Bu, saya kebetulan tahu masalah ini karena waktu itu mendengar pertengkaran Pak Abi dengan ibunya di telepon,” kata Denok seolah menjawab pertanyaan Kemala yang belum semp
Seusai makna siang sepanjang hari itu mood Irene benar-benar buruk. Heni yang melihat hal itu sengaja tidak mau bertanya apapun lagi kepada sahabatnya. Irene yang biasanya ceplas ceplos saat sedang ngobrol tentang sesuatu, sampai harus mengajaknya ke restoran. Itu artinya pembahasan tentang Abimanyu dan Kemala dirasanya sangat serius, apalagi jika sampai terdengar oleh karyawan lain. "Aku pulang duluan, Hen." Irene langsung berpamitan saat jam kerja habis. "Kamu pulang naik apa hari ini?" tanya Heni."Aku udah pesen taksi online, kamu masih lama?" "Tinggal dikit lagi sih. Kamu baik-baik kan? Ingat yang tadi kita omongin, Ren Mendingan nggak usah terlalu ikut campur urusan bos. Fokus aja sama kehidupan kamu dan Keenan, okay?" kata Heni.Irene hanya menganggukkan kepala tanpa berkata sepatah katapun. Kemudian Ia pun melangkah meninggalkan sahabatnya itu. Semenjak ia memergoki Keenan melihat akun media sosial milik Kemala, entah kenapa Irene merasa tidak eprnah lagi bisa tenang sama
"Kamu nggak mau ke mana-mana lagi?" tanya Keenan usai mereka menyelesaikan makan malam kali itu. "Emangnya mau ke mana? Aku sih mau-mau aja kalau kamu ajak aku nonton atau jalan-jalan ke mall gitu, Mas. Kayaknya udah lama deh aku nggak belanja," jawab Irene cuek.Kapan lagi membuat Keenan merasa bersalah lalu memintanya untuk membelikan ini dan itu. Mumpung saat ini Keenan sedang bersikap baik, maka Irene harus bisa memanfaatkannya."Kamu mau belanja?" Keenan bertanya kembali."Aku mau belanja dan juga nonton, gimana Mas?" tanya balik wanita itu.Keenan pun langsung tersenyum sembari menggandeng tangan istrinya dengan mesra."Apa sih yang nggak buat kamu, Sayang? Kalau gitu kita beli tiket nonton dulu, setelah itu baru belanja, gimana?" "Setuju deh," sahut Irene ceria.Mereka pun segera menuju ke mall yang tidak jauh dari tempat mereka makan sebelumnya. Namun dibanding menunggu film yang masih akan dityaangkan satu jam lagi, keduanya lalu memutuskan untuk memanfaatkan waktu 1 belanj
"Ngomong-ngomong ini rumahnya siapa?“ Setelah berpikir sebentar, akhirnya Irene tanpa ragu bertanya.Walau sedikit aneh dengan pertanyaan si penelpon tak dikenal itu, Mbok Narti tetap tak enak hati untuk tak menjawab."Rumahnya Bu Kemala, bukan dokter Tuti," jawabnya.Iren tentu tak terllau shock mendengar jawaban itu, karena sebenarnya dia sudah menduga hal itu. “Oh, maaf kalau begitu. Tadinya, saya yakin jika ini memang nomor ibu Tuti,” kata Irene dari seberang sana. Mbok Narti menghela napas panjang, lalu menjawab, “Bukan. Maaf Bu, jika memang tidak ada keperluan lain saya akan tutup teleponnya.” “Eh tunggu dulu. Rasanya saya baru sadar sepertinya tadi saya memang salah pencet nomor. Saya baru ingat, saya punya kenalan nmaanya Bu Kemala juga. Apa Bu Kemala itu pacarnya bernama Abimanyu?” Mendengar nama Abimanyu disebut, Mbok Narti pun kembali mengerutkan dahinya. Tiba-tiba dia jadi teringat bahwa dirinya harusnya lebih waspada menjawab pertanyaan dari orang tak dikenal.“Seben
Setelah mendengar pengakuan Mbok Narti, hari itu Kemala mulai resah. Sebenarnya, dia sudah tidak mau lagi berhubungan dengan masa lalunya. Apalagi yang bersinggungan dengan Irene. Kemala tahu betul bagaimana sifat Irene. Wanita itu tidak mungkin diam saja jika Keenan berhubungan dengan putri mereka–Abiya. Itulah yang dia ingat tentang wanita itu dulu."Aku harus segera menemui Mas Abi, Mbok. Sebaiknya aku memperbaiki hubunganku dengannya. Mungkin dengan begitu, aku bisa membuat wanita itu tak berburuk sangka dengan hubungannya dan Keenan," kata Kemala pada Mbok Narti."Kalau gitu secepatnya saja, Bu. Saya malah berharap Ibu dan Pak Abimanyu cepat menikah supaya tidak ada lagi yang mengganggu. Pak Keenan pun pasti akan sungkan jika Ibu sudah menikah lagi," kata Mbok Narti.Kemala menganggukkan kepalanya. Sepertinya apa yang dikatakan Mbok Narti benar. Saat ini dia harus menyingkirkan ego untuk hubungannya bersama Abimanyu."Ya sudah kalau begitu saya mau siap-siap dulu, Mbok. Tolong s
Setelah mengantarkan Abiya ke sekolah, Kemala langsung menuju ke apotek. Dia akan Dia akan mengurus pekerjaannya di tempat itu, setelah itu baru akan ke kantor Abimanyu saat jam makan siang. Mungkin akan lebih baik berbicara dengan lelaki itu sambil mengisi perut."Duh, Ibu cantik banget hari ini. Mau ke mana?" tanya Denok saat melihat kedatangan atasannya.Kemala yang mendengar pujian dari Denok hanya sedikit tersipu sehingga membuat pipinya memerah."Ah, Mbak Denok bisa aja. Memangnya kalo hari biasa aku nggak cantik, ya?" kata Kemala.Mbak Denok tertawa kecil mendengar nada pura-pura sewot dari atasannya itu."Habisnya Ibu kan nggak biasanya pakai baju itu. Terus make up-an juga sedikit beda deh," goda Denok."Hari ini aku mau pergi ke kantornya Mas Abi, Mbak," jawab Kemala malu-malu."Nah gitu dong, Bu. Ibu harus memperjuangkan cinta. Saya yakin Pak Abi juga senang kalau ibu datang menemuinya," kata Denok menyemangati."Iya, Bismillah ya, Mbak." Dan siang itu, Kemala memantapkan
Tanpa disadari oleh Kemala, rupanya Irene melihat saat dia sedang beda di lobby kantor Abimanyu beberapa waktu sebelumnya. Saat itu Irene sedang akan keluar kantor untuk makan siang.Sebenarnya Irene sudah bisa mengenali Kemala walau melihatnya dari jarak yang lumayan jauh dari ujung koridor. Tapi demi menuntaskan rasa penasarannya, Irene pun menghampiri si resepsionis yang saat itu sudah kembali sibuk dengan pekerjaanya."Mbak, yang tadi itu siapa?" "Yang tadi mana, Mbak Irene?" tanya balik si resepsionis."Yang tadi sama Pak Abimanyu lah, barusan. Dia siapa? Perasaan ga pernah liat dia sebelumnya deh," ucap wanita itu tanpa sungkan menunjukkan rasa penasaran..Si resepsionis hanya tersenyum. Dia sangat tahu watak rekan kantornya itu memang punya kebiasaan kepo. "Oh Si Mbak yang tadi? Katanya namanya Kemala, calon istrinya Bos," jawabnya santai. "Hah?! Serius?" Walau sudah menduganya, Irene tetap saja ya bisa menahan matanya untuk tak membelalak."Katanya Pak Abi sih gitu tadi. Ke
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama