Share

55. Hi Angelic

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 16:00:30

Malam itu, Lova mengenakan gaun paling seksi yang bisa dia temukan—gaun merah ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dengan belahan tinggi di samping, cukup untuk menarik perhatian siapa saja yang melihatnya.

Make-up tebal menghiasi wajahnya, lipstick merah menyala menonjolkan bibirnya yang sensual. Rambutnya dibiarkan tergerai liar dengan ujung rambut yang dibuat bergelombang, menambah kesan menggoda yang tak terbantahkan.

Sesampainya di club, suasana terasa panas. Musik keras menggetarkan dinding, lampu-lampu berkedip dalam kegelapan, menciptakan atmosfer yang sempurna untuk melupakan dunia.

Lova melangkah masuk dengan percaya diri, menyusuri lantai dansa dengan tatapan penuh maksud. Mata-mata langsung tertuju padanya, tubuh-tubuh lain menatap dengan kekaguman dan hasrat.

"Angelic"

"Hai Em" Lova menyapa balik

"Bagaimana keadaanmu? Susah sekali menghubungimu belakangan ini" Emily berdiri dengan tangan bersedekap. Ekspresinya sedikit kesal, tapi matanya me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   56. The wedding

    "I Liliana Yudsir take you Aleandro Broker, for my husband, to have and to hold from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and health, until death do us part."Mata Lova berkaca-kaca saat dua orang didepan altar saling mengucapkan janji suci lalu setelahnya dia memalingkan muka saat ciuman itu terjadi"Ingin menangis litte Kit?"Dengan cepat Lova menoleh ke samping kanan, Caid duduk disebelahnya dengan seringai miring, seolah mentertawakan dirinya"Untuk apa menangis?" Lova berucap pelan, takut jika suaranya akan terdengar orang lain di gereja itu"Karena pria yang kau cintai menikah dengan wanita lain" Lova menahan napas, mencoba meredam emosi yang bergolak di dalam dadanya. "Aku tidak menangis" jawabnya dengan suara bergetar, meskipun hatinya terasa remuk. Dia tak bisa menyangkal, pemandangan di depan altar itu seperti pisau yang menancap di hatinya.Caid terkekeh pelan, lalu mendekatkan diri sedikit ke arah Lova.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   57. Dangerously

    "Jadi, sudah kau dapatkan buktinya?" Suara tegas seorang wanita dari seberang langsung menyapanya begitu dia mengangkatnya Lova menggigit bibir bawahnya, menahan ketegangan yang tiba-tiba merambat dalam dirinya. “Belum. Tapi aku hampir mendapatkannya.” "Waktumu hampir habis R11" Suara itu dingin dan penuh tuntutan "Aku tau" Lova melirik ke arah Caid yang berdiri tak jauh darinya, pria itu sedang berbicara dengan tamu lainnya, dari ekspresi Caid, Lova bisa menebak jika pria itu tak menyimak hingga akhirnya netra abu itu bersitatap dengannya Lova merasakan jantungnya berdetak lebih kencang saat tatapannya bertemu dengan Caid. Dia segera memalingkan wajahnya, mencoba menjaga ketenangan. Suara di telepon masih bergaung di telinganya, dingin dan penuh tekanan. "Aku tidak peduli bagaimana kau melakukannyamelakukannya" suara wanita itu kembali terdengar. "Pastikan kau mendapatkannya, atau kau tahu apa yang akan te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   58. Naive

    Lova terbangun dengan rasa pegal yang menusuk di sekujur tubuhnya. Semua ototnya terasa kaku, hasil dari malam yang panjang dan penuh serangan tanpa henti dari Caid.Menggeliat pelan di atas kasur, ia sadar dirinya sudah berada di apartemennya. Bau khas selimut yang familiar dan pemandangan langit-langit putih yang biasa ia lihat mengonfirmasi hal tersebut, terlebih Caid sendiri yang menggendongnya kesini dan menyetubuhinya kembaliKepalanya berdenyut pelan saat ia berusaha duduk. Tubuhnya seolah memprotes setiap gerakan yang ia lakukan, seakan-akan meminta istirahat lebih lama.Tapi pikiran Lova tak bisa tenang. Ada rasa penasaran yang mengganggu pikirannya, sebuah pertanyaan yang tak bisa diabaikanDengan hati-hati, Lova turun dari tempat tidur, melangkah keluar dari kamar tidurnya dengan langkah lambat. Suasana di luar kamar terasa sepi, tapi ada sesuatu yang berbeda. Suara samar terdengar dari dapur. Sebuah desisan pelan—seperti suara daging yang digoreng di atas

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   59. Her Identity

    Manhattan, New York CityLova melangkah dengan tenang memasuki kantor pusat CIA, gedung megah yang tersembunyi di antara hiruk-pikuk kota. Penampilannya sederhana, jaket kulit hitam dan jeans, namun auranya memancarkan ketegasan.Dia melewati beberapa petugas keamanan, menunjukkan lencana identitasnya sebelum akhirnya sampai di ruang kerja Meredith, atasannya.Meredith, seorang wanita paruh baya dengan rambut coklat keemasan dan tatapan tajam, sedang duduk di belakang mejanya, membaca beberapa laporan intelijen terbaru. Begitu Lova masuk, tatapan Meredith langsung tertuju padanya "Kau dapat buktinya?" tanyanya tanpa basa-basi Lova menarik napas panjang. Mendapatkan akses ke data-data penting dari pria itu bukanlah tugas yang mudah, apalagi saat dia harus terus berhadapan dengan permainan manipulatifnya.Bahkan Lova rasa Caid sudah tau tentang identitasnya. Lova tidak bisa melupakan ekspresi Caid kemarin saat mereka sarapan dan Caid bertanya padanyaCai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   60. His Trap

    Hebrew Orphan, salah satu panti asuhan terpencil di pinggiran kota New York yang memiliki banyak anakBegitu ia melangkah masuk ke halaman panti, sorakan riang anak-anak langsung terdengar. "Kak Lova datang!" seru salah satu dari mereka, dan seketika, segerombolan anak-anak berlarian menghampirinya.Lova tersenyum tipis, menunduk sedikit untuk menyambut pelukan anak-anak itu. "Hei, kalian sudah besar sajasaja" ujarnya sambil membelai kepala salah satu anak perempuan kecil."Kak Lova, kapan kita main lagi?" tanya seorang anak lelaki dengan mata penuh harap.Lova tertawa kecil. "Kapan pun kalian mau. Tapi hari ini, aku hanya mampir sebentar. Bagaimana kabar kalian?"Anak-anak itu berlomba-lomba menceritakan kisah mereka. Ada yang bercerita tentang permainan baru yang mereka buat, ada juga yang memamerkan hasil karya gambar mereka. Lova mendengarkan dengan sabar, senyumnya tetap menghiasi wajah, hanya ini satu-satunya tempat yang membuat Lova merasa damai"Apa K

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   61. He's Crazy

    "Jadi..?" Dyan bertanya dengan nada menggantungCaid meletakan ponselnya, sebuah senyum samar tercipta dibibirnya saat tau pesan yang dikirimkannya 10 menit lalu sudah terbaca oleh Lova"Aku semakin tak paham denganmu, Caid. Sudah jelas Angelic yang membuatku merugi" Endi berbicara dengan nada kesal yang ketara "kau bilang akan mencarinya dan membuatnya membayar kerugianku" Tambahnya"Memang benar kubilang akan mencarinya, tapi tidak bagi kalian untuk menyentuhnya" Jawab Caid tak terbantahDylan menatap Caid, tatapannya dalam seolah mencoba membaca perasaan yang tersembunyi dibalik ekspresinyaSemenjak mengetahui jika Angelic adalah R11, anehnya hubungan pertemanan mereka menjadi canggungAda perang dingin diantara mereka atau lebih tepatnya antara Enid dan Caid. Enid yang ingin menghabisi Angelic karena membuatnya merugi dan Caid yang mengklaim Angelic sebagai wanitanya dan melindunginya bahkan Caid sendiri yang mengganti kerugian Endi karena Angelic

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   62. Kau bukan tergetku, Caid

    Lova kira hari ini dia bisa menemui Caid namun saat mendatangi panthousenya, Caid tidk ada disana Jujur saja Lova ingin bertanya apa maksud Caid memilih daerah pinggiran kota New York yang sepi untuk membuat perumahan elitnya, kenapa Caid harus menggusur panti asuhan itu dan kenapa Caid mengiriminya pesan itu Berkali-kali Lova mencoba menghubungi Caid namun pria itu tak menjawab, Lova duga Caid sengaja melakukannya Akhirnya Lova kembali ke apartemen, dia membuka laptop hendak mencoba melacak titik koordinat Caid namun saat hendak masuk, Lova sadar akan sesuatu Lova menatap layar laptopnya dengan pandangan tajam. Setiap file dan folder masih tampak pada tempatnya, namun ada sesuatu yang tidak beres. Data enkripsinya terbuka, dan akses terakhir menunjukkan waktu yang tidak sesuai dengan aktivitasnya. Ada seseorang yang sudah menggunakan perangkatnya "Caid Walton.. " Gumam Lova rendah Tak lama dia terkekeh hambar, Lo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   63. Mengikatmu atau membunuhmu?

    "Enggh" Lova melenguh. Caid menekan tombol agar kursinya menjadi mundur setelahnya dia menarik Lova lebih dekat, tangannya meremas pinggangnya dengan kekuatan yang membuat Lova sulit bernapas.Ciumannya penuh gairah dan dominasi, seolah-olah ingin membuktikan sesuatu, bahwa dia memegang kendali penuh atas situasi ini.Lova mencoba memberontak, tapi Caid terlalu kuat. Di tengah kekalutan, pikirannya berputar, mencoba mencari cara untuk melepaskan diri dari situasi ini.Belum sempat berpikir, Caid melepaskan kancing celana kain Lova, meloloskannya hingga sebatas lutut Lova, tanganya tanpa permisi menyusup di balik celana dalam LovaLova tersentak, jari tengah Caid masuk di intinya, cairannya mulai keluar, membasahi celana dalam yang Lova kenakan"C-caid!"Ketika Caid akhirnya melepaskannya, napas Lova tersengal-sengal. Dia mengangkat wajahnya, menatap Caid. Sungguh berbanding terbalik dengan ekspresi arogan pria itu"Jawabanmu mengecewakanku, Love"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

DMCA.com Protection Status