Home / CEO / Wanita Idaman CEO / Dituduh mencuri

Share

Wanita Idaman CEO
Wanita Idaman CEO
Author: Harumi Aina

Dituduh mencuri

Author: Harumi Aina
last update Last Updated: 2023-01-07 22:05:33

"Dasar pencuri! Sana pergi, bawa ibumu yang miskin itu keluar dari rumah ini!" hardik Ratna, mertuaku yang sombong. 

"Besan, sungguh saya nggak mencuri kalung. Dari tadi saya ada di belakang bersama Inem," ungkap ibu cemas. 

"Nggak usah bohong kamu, dari awal saya nggak suka dan nggak percaya kamu masuk ke rumah ini. Ayo, ambil dan  buka tas kamu!" hardik mertua. 

Aku yang melihat ibu diseret mertua segera mencegah dan melerai mereka. "Ma, apa yang Mama lakukan pada ibuku?" 

"Tanya aja sama ibu kamu!" 

"Yu, Ibu nggak tau! Ibu nggak ada mencuri kalung besan, sungguh nggak melakukannya," isak ibu menangis. 

Aku memeluk Ibu, kasihan. Kenapa mertuaku semakin beringas, tanpa rasa belas kasihan sama sekali. 

"Sudah, Tante! Kita periksa aja tasnya biar lihat langsung," hasut Maya mengompori mertua. 

Aku menatap tajam Maya, dia orang luar tapi seenaknya saja ikut campur. Mertua lalu merampas tas dan membuka isinya dengan kasar. Lalu saat mengeluarkan tangannya bersamaan dengan kalung yang dicarinya. 

Aku begitu shock, begitu juga ibuku. Beliau menggeleng tidak mengerti, tidak mungkin. Bagaimana bisa kalung itu ada dalam tas ibu. 

"Ini apa, hah? Masih juga nggak mengaku!" bentak mertua. 

"Ma, demi Allah! Ibuku nggak ada mencuri kalung Mama," kataku  memohon. 

Namun, rengekan demi rengekan ibuku tidak digubris mertua. Malah dia tega menendang ibu hingga jatuh tersungkur. Aku memeluk ibu yang meringis kesakitan. Belum puas, mertua juga melempar tas pakaian ibu keluar rumah. 

"Cukup, Ma! Jangan sakiti ibuku lagi. Bagaimana mungkin Mama lebih percaya wanita itu daripada menantu Mama sendiri," teriakku emosi sambil menunjuk wanita yang sedari tadi berdiri di sebelah mertua. 

"Halah, nggak usah mengelak kamu! Bukankah udah terbukti kalung Tante ada di tas ibu kamu," cetus Maya mencibir, pelakor sekaligus dalang di balik keributan ini. 

Dengan amarah meluap, aku berjalan ke arah Maya lalu menampar pipinya. 

Plak!! 

"Kamu yang sudah memfitnah ibuku, apa kamu pikir aku nggak lihat kalo kamu yang sdah masuk ke kamar Mama, hah!" teriakku lantang. 

"Ayu, apa-apaan kamu?" pekik mertua kaget. 

Semua orang di ruangan itu kaget melihatku menampar Maya. Mertua menghampiri Maya yang berakting dengan menangis memegang pipinya.  

"Sakit, Maya?" tanya mertua sambil mengelus pipinya. 

Maya mengangguk dan ekspresi wajahnya dibuat sesedih mungkin. Huh, dasar pelakor masih saja bisa bersandiwara. Sepertinya tamparan dariku belum cukup untuk membuatnya jera. 

"Ada apa ini?" tanya Mas Lucky--suamiku, tiba-tiba sudah berdiri bergabung. 

"Ini, istrimu menampar Maya yang nggak tau apa-apa. Padahal ibunya sendiri yang mencuri kalung Mama dan itu sudah terbukti kalung Mama ada di tas ibunya Ayu," jelas mertua sambil marah. 

"Benar itu?" tanya Mas Lucky ketus. 

"Mas, itu nggak benar. Ibu nggak mencuri tepatnya nggak mungkin mencuri," jawabku sambil memeluk ibu. 

"Itu benar, Mas! Buktinya aku dan Tante melihat sendiri kalung itu ada di tas ibunya Ayu," timpal Maya nyengir, mertua juga ikut mengangguk membenarkan. 

Mas Lucky menatapku dan ibu dengan tajam. Aku tak mungkin mendapat pembelaan darinya. Mas Lucky selalu percaya pada mamanya, selain itu juga tidak menyukai ibuku. 

"Jadi ini kelakuan ibumu, Yu! Kemarin kamu masih marah kalo Mas nggak mengajak ibu ngobrol tapi kenyataannya malah mencuri. Buat malu aja kamu!" hardik Mas Lucky. 

"Mas, udah aku katakan ibu nggak mencuri karena saat itu ibu lagi di belakang rumah dengan Bi Inem. Malah aku lihat Maya lah yang masuk ke kamar Mama. Maya ..." Aku berteriak keras karena sangat marah. 

Mama melotot demi mendengar suaraku yang keras. Masa' bodoh dengan mereka, hatiku sudah sangat kesal. Tidak ada satupun dari mereka yang membela apalagi percaya padaku dan ibu. 

"Ayu! Nggak usah kamu teriak-teriak di rumah ini, mana buktinya kalo Maya yang mengambil kalung Mama?" protes mertua sambil berkacak pinggang. 

"Oh, ternyata kalian semua bodoh! Walaupun kalian nggak percaya apa yang aku tuduh, lihat di sana ada cctv. Kalian bisa memeriksa sendiri." 

Aku menunjuk ke arah cctv dan mereka semua mengikuti tanganku. Mertua dan Mas Lucky terlihat seperti orang yang minim ilmu. Ya di rumah yang besar ini mertuaa memang menyuruh orang memasang kamera pengawas itu. 

Dulu saat aku baru menikah, melihatku yang miskin mertua tidak percaya. Selalu memantau gerak gerik diriku, sampai memasang cctv. Namun, aku selalu berbuat yang wajar karena aku tahu bagaimana bersikap di rumah besar ini. 

Bila ada yang bertanya kenapa mertua tidak menyukai ibuku. Karena saat menikah dulu dia tidak hadir. Pernikahan kami sendiri diadakan secara sederhana di rumahku jadi mertua malu untuk datang. 

Mas Lucky sendiri yang merayu mamanya agar mengizinkan aku tinggal di rumah. Sengaja Mas Lucky tidak membeli rumah karena tidak mengizinkan suamiku jauh darinya. Mertua kesepian tinggal sendiri sebab Papa mertua sudah berpulang ke Rahmatullah. 

Hari demi hari saat melewati hidup bersama mertua, awal yang penuh kesukaran hingga jalan dua tahun sedikit demi sedikit mulai menerima kehadiranku. Tapi, bukan berarti mertuamemberi kebebasan, bila aku dan Mas Lucky ada masalah beliau pasti ikut campur hingga kami jadi bertengkar. 

Seketika aku sadar dari lamunan, melihat wajah Maya yang berubah pucat. Ya aku tau rekaman  itu pasti bisa membuktikan siapa pelaku sebenarnya. Aku menyungging senyum kemenangan saat Maya melirikku. 

Kamu tidak bisa lari, Maya. Sebentar lagi, kamu pasti akan malu akibat perbuatan tanganmu sendiri, batinku menyeringai. 

Mas Lucky lalu berjalan ke ruang kerja tempat memeriksa rekaman cctv itu. Sebelum melangkah jauh, Maya berlari ke arah Mas Lucky dan mencekal tangannya. Mereka terlihat berbicara pelan sambil melirikku. 

Entah apa yang mereka bicarakan hingga Mas Lucky berbalik dan kembali ke tempat semula. Mertua masih tetap tak bergerak dan terus memperhatikan kami. Saat Maya mengejar Mas Lucky pun dia diam saja membiarkan. 

"Ayu, cctv itu nggak hidup karena Mama bilang sudah rusak. Iya nggak, Ma?" tanya Mas Lucky menodong mertua. 

"Eh, iya, iya! Cctv itu sebenarnya sudah nggak berfungsi seminggu ini," jawab Mertua gelagapan. 

Aku mengerinyitkan dahi heran. Melihat sikap mertua yang gugup aku tau pasti berbohong. Tatapanku beralih pada Mas Lucky yang terlihat santai dan Maya yang menyunggingkan senyum. 

Sebenarnya apa yang terjadi? Mereka masih berpura-pura terus, aku tidak bisa tinggal diam. Aku yang akan memeriksa sendiri rekaman itu. 

"Kalian bohong, kan? Cctv itu nggak mungkin mati, lihat lampu kecil di bawahnya itu pertanda kamera aktif. Apa kalian masih mau bersandiwara, baiklah aku sendiri yang akan memeriksanya," kataku sambil berjalan menuju ruang kerja. 

Langkahku berhenti kala dicegat Mas Lucky. Aku tetap menerobos tapi Mas Lucky menangkap tanganku dan memegangnya kuat. Terpaksa aku tidak bisa melanjutkan berjalan. 

"Lepas, Mas! Aku akan buktikan sendiri dan melapor ke polisi agar Maya dan Mama kamu ditangkap," kataku keras. 

Related chapters

  • Wanita Idaman CEO   Menyimpan bukti rekaman

    Bab 2 : Menyimpan bukti rekaman "Apa kamu bilang, Yu? Seenaknya aja kamu main lapor," sergah mertua tidak terima. "Ya, seharusnya Maya dan Mama ditangkap. Maya yang sudah memfitnah dan sebagai pelaku pencurian serta Mama yang sudah menyeret serta menendang ibuku sampai luka. Rekaman itu cukup untuk memasukkan kalian ke penjara," jeritku menantang mereka. Maya dan mertua serta Mas Lucky menciut nyalinya. Mereka yang awalnya angkuh dan zolim terlihat lemas dan tak berdaya. Mereka semua terdiam cukup lama seraya saling memandang satu sama lain tanpa bicara. "Ayu, begini aja! Kita lupakan aja masalah ini. Mama akan maafkan ibumu dan nggak mengusirnya tapi terserah ibumu masih mau tinggal di sini atau nggak!" ucap mertua akhirnya angkat bicara dan melunak. "Iya, Yu! Jangan laporkan Mama ya sayang. Mama sudah tua apa kamu nggak kasihan padanya," rayu Mas Lucky memegang tanganku. Aku menatap aneh pada Mas Lucky, selama ini tidak pernah memanggilku sayang. Akan tetapi, demi merayu agar

    Last Updated : 2023-01-07
  • Wanita Idaman CEO   Tamu spesial

    Bab 3 : Tamu spesial"Apanya yang nggak ada? Apa Mas mau melihat siapa yang jadi maling sebenarnya? Yakin Mas nggak terkejut nanti atau Mas udah tau?" tanyaku menjebaknya. "Eh, eng-nggak kok! Mungkin memang benar rusak. Ya udah, nggak usah dibahas lagi. Mas mau mandi dulu," katanya sambil masuk ke kamar mandi. Aku tertawa dalam hati, terus sajalah kamu membohongiku Mas. Satu bukti sudah ada di tanganku, tinggal mencari bukti perselingkuhan kalian. Sengaja aku masih menyuruh ibu tinggal di sini untuk memuluskan rencanaku. Ya, aku punya rencana untuk menghancurkan mereka. Jangan mereka pikir selama ini aku diam mengalah itu karena takut. Aku hanya mencari waktu yang tepat dan ibulah yang membuat rencanaku berjalan. Mas Lucky tidak pernah tau siapa aku sebenarnya. Karena sebelum menikah aku adalah seorang wanita yang bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan. Namun, baru beberapa bulan bekerja karena fitnah seseorang membuatku dipecat. Setelah dipecat, aku membantu ibu berjualan

    Last Updated : 2023-01-07
  • Wanita Idaman CEO   Kehilangan barang

    Bab 4 : Kehilangan barang "Mas nggak menonton TV?" tanyaku. Mas Lucky yang baru saja masuk kaget melihatku. Lalu dengan pura-pura menguap melanjutkan langkahnya menuju kamar. "Nggak, Mas mau tidur udah ngantuk! Kamu nggak tidur?" tanyanya balik. "Ayu blom ngantuk, ya udah Mas dulu tidur sana!" ucapku bohong lalu menoleh kembali ke TV. Padahal aku penasaran kemana tadi Mas Lucky keluar setelah sholat. Lima menit, sepuluh menit hingga setengah jam sengaja aku menunggu agar Mas Lucky tertidur. Masuk ke kamar, aku pura-pura akan tidur dan mengetes Mas Lucky. Menggoyang tubuhnya tapi Mas Lucky tidak bangun juga. Segera aku sambar kunci mobil di meja dan menutup pintu kamar dengan pelan. Tiba di garasi, memasukkan kunci lalu pintu mobil terbuka gegas aku masuk ke dalam. Mengambil kotak coklat dan membukanya dengan berdebar. Lalu saat melihat isinya, aku terkejut dan mulut mendadak kelu. Kotak besar itu berisi pakaian seksi wanita, sebuah lingerie hitam. Begitu cantik dipadu celana da

    Last Updated : 2023-01-07
  • Wanita Idaman CEO   Pengakuan

    Bab 5 : Pengakuan "Sudah dapat blom, Ky?" tanya mertua berjalan mendekat. Mas Lucky menggeleng frustasi, lalu mertua menatap ibu tajam. "Pasti ibu Ayu yang mengambilnya!" Spontan ibu terkejut bila kejadian kemarin terulang kembali. "Tunggu, sebenarnya apa yang kalian cari sampai menuduh ibuku?" kataku berpura-pura marah. "Mas kehilangan barang di mobil dan itu sangat penting buat Mas," jawab Mas Lucky berang. "Mas, apa kamu nggak lihat kalo ibu aja susah berjalan bagaimana mungkin bisa mengambil barang di mobil. Lagian kunci mobil 'kan Mas yang simpan. Sebenarnya barang apa sih?" Aku terus merongrong agar Mas Lucky mau bicara.Mas Lucky tetap tidak mau jawab, aku akan menjebaknya. "Apa barang itu untuk Maya?" tanyaku ketus. "Bu-bukan! Ya udah kalo kamu nggak tau," ujar Mas Lucky. "Tunggu, Ky! Sebaiknya kita geledah kamar ibu Ayu," seru mertua sukses membuat mata ibu membulat sempurna. Sedangkan Bi Inem yang berdiri di sudut dapur mulai gemetar. "Mas, jangan sampai kamu masuk k

    Last Updated : 2023-01-07
  • Wanita Idaman CEO   Cerai

    "Maafkan Ayu, Bu! Kalo suatu saat nanti kita nggak berada di rumah ini lagi?" "Maksud kamu?" tanya Ibu tak mengerti. "Ibu masih ingat kan wanita yang kemarin udah memfitnah Ibu?" tanyaku menatap Ibu dalam. "Ya, memang kenapa dengan dia?" "Wanita itu yang akan menjadi istri kedua Mas Lucky, Ayu nggak menyangka Bu kalo Mas Lucky mengkhianati Ayu. Dia udah nggak cinta Ayu lagi!" ujarku sesenggukan. Ibu lalu iba dan memeluk, dielusnya punggungku lembut. "Ayu, Ibu udah tau walaupun kamu nggak ngomong apa-apa. Dari perilaku mereka semua itu sudah menampakkan mereka nggak suka sama kita. Jadi, mau kamu bagaimana Ibu akan tetap mendukungmu." Aku terharu mendengarnya, ah Ibu ternyata dirimu peka dan terus memberi semangat. Oleh karena itu membuatku semakin sayang dan ingin memberi kebahagiaan pada Ibu. Diusianya yang sudah tua aku harus mengurusnya dengan baik. Tetapi bagaimana? Aku belum menemukan caranya. Kalo pergi sekarang juga bisa saja tapi aku tidak mau balik ke kampung lagi. Lag

    Last Updated : 2023-01-26
  • Wanita Idaman CEO   Diusir

    "Sudah sana pergi jangan kebanyakan bacot, ambil tas kalian dan pergi dari sini!" hardik mantan mertua dengan kasar mendorongku. Aku membawa Ibu ke kamarnya untuk mengambil tas. Bi Inem menangis melihat kami akan pergi. "Non, mau kemana?" tanyanya sedih. "Bi, Ayu sudah ditalak Mas Lucky jadi sekarang juga kami akan pergi! Bibi harus jaga kesehatan dan baik-baik disini," kataku sambil memeluknya. Sedikit tidak rela meninggalkan Bi Inem. Tetapi dia dan aku harus melanjutkan hidup masing-masing. Aku janji dalam hati kalo suatu saat nanti kaya aku akan mencari Bi Inem. "Non, gimana cincin itu?" ujar Bu Inem berbisik. "Bibi simpen dulu, besok saat Bibi akan belanja ke pasar Bibi bawa dan kita ketemu disana. Kalo Ayu bawa sekarang ntar mereka akan menggeledahnya lagi," titah ku, Bi Inem mengangguk mengerti. Selesai membereskan tas Ibu, aku melanjutkan ke kamarku. Tidak banyak barang yang kubawa, hanya baju tanpa perhiasan. Ya perhiasan yang aku punya hanya cincin nikah. Sebelum keluar

    Last Updated : 2023-01-28
  • Wanita Idaman CEO   Adik kandung ibu

    "Iya, Non Alhamdulillah! Oh iya selama Non Ayu pergi, si Maya itu hampir tiap hari datang dan membuat Bibi jijik melihatnya. Dia dan den Lucky kerap berciuman di ruang tamu. Kabarnya Minggu depan mereka akan menikah Non, Maya minta yang mewah di gedung. Dasar pelakor nggak tau malu!" umpat Bi Inem kesal. Aku hanya menyengir mendengarnya dan tidak kaget. Apalagi mantan mertua pasti lebih senang, dulu saat Mas Lucky menikah denganku saja dia tak mau hadir karena malu. Aku tersentak kala ponsel berdering dan terlihat dilayar ada sebuah notifikasi pesan masuk di wa. Aku mengerinyitkan dahi membacanya, dari nomor asing yang tak terdaftar. [Assalamualaikum, ini Ayu kan? Anaknya Mbak Asih] [Iya, benar! Maaf ini siapa ya?] balasku cepat dan penasaran. [Saya Oom kamu Ayu, Brotoseno! Adik kandung Mbak Asih, Ibumu] balasnya. Mataku terbelalak, adik Ibu? Benarkah, selama ini Ibu tak ada menceritakan tentang adik kandungnya. Dulu pernah juga mendengar dari saudara kalo Ibu dan adiknya sudah

    Last Updated : 2023-01-28
  • Wanita Idaman CEO   Melamar kerja

    Esoknya, Ibu bangun lebih pagi dan memasak. Aku yang sudah siapan menunggu Ibu untuk sarapan. Hari ini aku akan berusaha mencari pekerjaan, semoga saja diterima. Sudah sepuluh surat lamaran yang ku kirim ke perusahaan tapi belum ada satupun yang memanggil. Kali ini aku harus lebih gigih, pantang menyerah karena ada misi untuk membalas perbuatan orang-orang yang sudah membuat hidupku hancur. Walaupun berbeda orang tapi mereka masih satu keluarga. Mas Lucky, Mamanya dan si pelakor Maya serta sepupu Mas Lucky si Terry. Aku akan tunjukkan pada mereka bahwa aku pun bisa seperti mereka bahkan aku ingin melebihi mereka. Agar mereka tau apa itu yang namanya kezoliman dan penderitaan. Untuk saat ini biarlah mereka bersenang-senang dulu, tiba saatnya mereka akan bertekuk lutut. Usai sarapan aku pamit pada Ibu. "Hati-hati di jalan ya Yu! Ibu doakan kamu dapat pekerjaan." "Aamiin, iya Bu. Ayu berangkat dulu ya, Assalamualaikum!" "Wa'alaikumussalam!" jawab Ibu lalu masuk kedalam rumah. Aku m

    Last Updated : 2023-01-29

Latest chapter

  • Wanita Idaman CEO   Saling mengancam

    Aku tersenyum mencoba bersikap ramah. "Tante Fitri, ada apa pagi-pagi kesini?" tanyaku. "Halah, nggak usah pura-pura kamu Ayu! Kamu pasti sudah merayu suamiku agar memberikan perusahaan ini padamu kan!" kata Tante Fitri dengan keras. Tanpa tendealing, Tante Fitri langsung mengamuk. Aku yang merasa malu dilihat banyak orang pun mengajak Tante masuk ke kantor untuk berbicara baik-baik. "Tante, bisa kita bicara di kantor? Agar nggak mengganggu yang lain bekerja," ajak ku sambil melangkah. Akan tetapi, langkahku di cekal. "Kenapa? Kamu malu kalo yang lain tau bahwa sebenarnya kamu orang miskin yang sudah merayu suami orang, hah!" hardiknya. Mendengar suara Tante Fitri mulai banyak pasang mata yang melihatnya. Aku bukannya malu terhadap diriku tapi malu dengan kelakuan Tante Fitri. Bisa saja aku memanggil satpam untuk menyeretnya keluar tapi selama masih berhubungan dengan Om Seno, aku pun harus sabar. Setidaknya menjaga image baik Om Seno didepan orang. "Terserah Tante mau bilang ap

  • Wanita Idaman CEO   Ulah Tante Fitri

    "Diam kamu! Marissa bukan anakku, apa kamu pikir aku akan menyerahkan perusahaan pada kalian yang hanya gila harta dan suka menghamburkan uang. Dan kamu Fitri, sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini di perusahaan?" selidik Om Seno marah. "Apa maksud Papa?" tanya Tante Fitri heran sekaligus terkejut. Wajahnya seperti ketakutan. Kami semua memandang pertengkaran Om Seno dan istrinya. Karena malu jadi tontonan, akhirnya Om Seno pamit pada kami. "Maaf semuanya, saya pulang duluan ya!" Dengan gusar Om Seno melangkah pergi sambil mendorong paksa Marissa dan Tante Fitri naik mobil. Ibu cuma menggeleng kasihan melihatnya. Sedangkan orang tua Mas Adit ikut heran, aku menowel tangan Mas Adit agar membawa orang tuanya pulang. Mas Adit mengerti lalu mengajak Om dan Tante pergi. Kami berjalan bersama menuju parkir, setelah para tetua masuk mobil tinggal aku dan Mas Adit di luar. Kekasih hatiku itu menggenggam erat tanganku. "Ayu, nanti sampai rumah telepon Mas ya, Yang! Kamu masih ingatk

  • Wanita Idaman CEO   Dilamar

    "Ayu, walaupun begitu kami nggak akan melarang karena demi kebahagiaan Adit kami hanya bisa mendukung dan mendoakannya. Kami nggak akan mengganggu hubungan kalian lagi dan merestuinya. Bukankah begitu, Pa?" tanya Tante Ria pada suaminya. "Benar, apa yang diucapkan istri saya. Sebenarnya kami ingin menguji sampai mana kesetiaan kalian dalam hubungan ini. Kami juga ingin mencari menantu yang mencintai Adit tulus tanpa status dan embel kekayaan. Sekarang kami bisa melihat bahwa kamulah calon menantu yang tepat untuk Adit." Om Ridho akhirnya buka suara. Aku berjalan mendekati keduanya dan membantu agar mereka bangun. "Om dan Tante, Ayu sudah maafkan kalian! Ayu juga minta maaf kalo masih ada kekurangan!" "Nggak Ayu, kamu sudah sempurna! Adit sudah menjelaskan pada kami bahwa kamu sosok istri yang diinginkannya. Tante mohon beri Adit kesempatan ya! Besok, kami akan balik keluar negeri. Tolong jaga Adit untuk kami," pinta Tante Ria memohon. Karena terharu aku refleks memeluk Tante Ria.

  • Wanita Idaman CEO   Permintaan maaf Adit dan orang tuanya

    "Ayu! Tunggu!" panggil Pak Adit. Kami bertiga berhenti melangkah dan menoleh kebelakang. Terlihat Pak Adit mengejar sampai tersengal-sengal. Begitu sudah mendekat beliau berhenti, aku menunggu apa yang akan dikatakannya. "Ayu, maafkanlah orang tua saya atas perbuatannya. Sungguh saya nggak mengira mereka akan melakukan hal memalukan itu," ucap Pak Adit sedih. Aku masih diam, memberi kesempatan Pak Adit untuk mendengar penjelasannya. Sengaja ingin berlama-lama menatap wajahnya. Bagaimanapun aku juga merindukannya. Tiba-tiba tanpa aku duga, Pak Adit berlutut. Matanya berembun menatap dalam padaku. Aku dan Ibu juga mister Nicholas menjadi terkejut, tak menyangka Bos besar seperti Pak Adit mau berlutut di depanku hanya ingin permintaan maaf dariku. "Pak Adit bangun! Jangan begini, nggak enak dilihat orang," kataku akan berniat membuatnya bangun tapi Pak Adit tak bergeming. "Nggak, Ayu! Sebelum kamu memaafkan orang tua saya, maka saya akan terus berlutut," kata Pak Adit menyedihkan.

  • Wanita Idaman CEO   Menghancurkan mimpi Marissa

    Mencari keberadaan Om Seno dan keluarganya. Saat ada yang mengangkat tangan, aku segera menoleh. "Sini, Ayu!" panggil Om Seno. Semua mata memandang ke arahku saat mendengar Om Seno memanggil. Marissa dan Tante Fitri cemberut tak senang. Sedangkan Pak Adit sampai tak berkedip, Tante Ria dan suaminya melongo. Aku dan Ibu berjalan dengan anggun menuju meja dimana dua keluarga saling bertemu itu. Hingga tiba, Om Seno bangun lalu memperkenalkan diriku pada calon besan. "Pak Ridho dan Bu Ria, kenalkan ini keponakan saya dan Ibunya," ucap Om Seno menunjuk. Kulihat Tante Ria dan suaminya menganga tak percaya. Aku tersenyum mengangguk dan membatin, ini belum seberapa Tante Ria. Nanti kalian akan lebih terkejut lagi. "Jadi, Ayu keponakan anda ternyata Pak Broto?" tanya Tante Ria masih tak percaya. "Benar, saya dan Ibunya sudah lama berpisah jadi baru ini bertemu. Bagaimana, cantik kan keponakan saya!" puji Om Seno sengaja membuat Marissa cemburu. "Papa apa-apaan sih! Sudah tentu cantik a

  • Wanita Idaman CEO   Mr. Nicholas

    Sudah beberapa hari sejak diriku menggantikan posisi Om Seno, sejak itu pula kesibukanku menjadi direksi. Aku mencoba untuk berbaur dan mengenal semua staf dan karyawan. Sejauh ini mereka menghormati diriku selaku Bos grup Atmajaya. Om Seno masih malang melintang di perusahaan untuk membantuku sampai aku bisa mandiri. Bahkan aku masih mempersilahkan Om Seno duduk di kursi kebesarannya dan aku duduk di hadapannya. Awalnya Om Seno menolak tapi aku minta hanya sampai aku bisa berdikari. Seperti hari ini, aku dan Om Seno asyik mempelajari tentang kerjasama dengan perusahaan lain. Tiba-tiba aku teringat proyek dengan perusahaan asing itu. "Om, gimana proyek dengan perusahaan asing itu? Apa mau kita saja yang mengerjakan?" tanyaku. "Kemarin Pak Adit nggak jadi ambil kah?" Aku menggeleng tak tau. "Kemarin Pak Adit bilang proyek itu diserahkan pada Om aja. Tapi entah sekarang gimana, Ayu kurang tau." "Kalo gitu, Om telepon dulu!" ucap Om Seno lalu mengambil ponsel dan menelepon. Aku me

  • Wanita Idaman CEO   Menangkap pelaku

    Malamnya, aku mengajak Ibu untuk menghadiri pesta perusahaan. Itu juga permintaan Om Seno, dengan memakai gamis pemberian Om Seno dulu Ibu terlihat anggun. Om Seno datang menjemput kami lalu bersama-bersama hadir ke pesta. Sampai disana sudah banyak yang datang. Memakai baju ala-ala ke pesta semua terlihat gembira. Begitu kami memasuki aula, semua menyambut hormat dan kami duduk di kursi utama. Acara dimulai, sebelum Om Seno memberi kata sambutan menyingkir kebelakang untuk menelepon. Tak lama terlihat hadir banyak pria yang memakai jaket. Dari perawakannya aku tau mereka polisi yang menyamar agar tak terjadi kegaduhan dan pelaku kabur. Beberapa polisi terlihat berbaur agar tak kentara dengan pura-pura ikut menikmati pesta ini. Aku celingukan mencari para pelaku, syukurlah akhirnya mereka datang semua. Acara pun dimulai, Om Seno naik ke panggung dan memberi kata sambutan. "Terima kasih pada kalian yang sudah mau hadir, malam ini saya akan umumkan siapa aja dari para pegawai dan ka

  • Wanita Idaman CEO   Pengalihan warisan

    Hari ini mulailah dijalankan rencana. Sejak kedatangan Om Seno ke rumah malam itu, kami menyusun sebuah rencana untuk menangkap semua dalang kejahatan di perusahaan. Om Seno mengatakan agar saat menangkap tersangka, Tante Fitri jangan sampai ditangkap dulu. Nanti ada bagian sendiri buatnya, karena Om Seno masih ingin mengungkap siapa lelaki preman yang sudah diberinya uang itu. Yang paling penting perusahaan bisa distabilkan dan dibenahi dulu. Aku berangkat ke kantor seperti biasa, Om Seno yang menjemput. Setibanya di perusahaan sudah banyak para staf dan karyawan yang berdatangan. Pukul sembilan pagi, Om Seno kembali mengadakan rapat. Setelah semua orang berkumpul dan duduk tenang, Om Seno pun mulai buka suara. "Pasti kalian semua bertanya-tanya ada apa dengan rapat yang tidak biasa ini. Saya cuma ingin memberitahu bahwa perusahaan ini sudah rutin mengadakan acara dan pesta penghargaan pada staf dan karyawan yang berprestasi setiap tahun. Jadi, esok hari perusahaan akan mengadaka

  • Wanita Idaman CEO   Mengumpulkan bukti

    Om Seno masuk ke kantor saat aku sedang mengecek data pemasaran. Aku coba untuk bertanya mengenai target pasar apa yang di kerjakan perusahaan. "Om, mengenai soal ini kerjasama dengan perusahaan atau pasar mana saja yang sedang berjalan?" tanyaku sambil menyerahkan data ke tangan Om Seno. Om Seno segera mengecek sebentar. Awalnya mengangguk kemudian mengerutkan dahi. "Data ini pasti salah! Ini sudah melebihi dari perkiraan," ucap Om Seno. "Ayu pikir pun begitu, Om. Karena nggak mungkin semua ini lewat tanpa sepengetahuan Om. Ayu sudah memeriksa kalo beberapa pasar itu hasil labanya bukan ke perusahaan tapi ke rekening seseorang. Ayu akan mendatangi pasar yang aneh itu, meminta informasi dari bos nya," jelas ku menerangkan. Pantas perusahaan rugi begitu banyak, ada seseorang yang jahil menggunakan barang atau produk perusahaan Om Seno untuk mengeruk kekayaan sendiri. Mengatasnamakan produk dari grup Atmajaya tapi hasil laba masuk ke rekeningnya sendiri. Ini tak bisa dibiarkan karen

DMCA.com Protection Status