Sofia ingin segera mandi. Namun, Reyfaldi tak kunjung tiba membawakan pakaian gantinya. Ditengah rasa bosanya menunggu Reyfaldi, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Terlihat nama ORANG ANEH di layar ponselnya. "Hallo, Sayang!" sapa suara bariton yang sudah tidak asing lagi di telinganya terdengar dengan sangat jelas."Sayang?" Mendengar itu, degup jantungnya seakan terhenti sejenak dan serasa mau copot. "Saya sedang berada di rumah kakek, beliau ingin berbicara denganmu, Sayang!" ucap pria di sebrang sana. "Oh, boleh.. boleh..!" sahut Sofia dengan sedikit panik. "Hallo, Sofia..." sapa suara bernada berat itu."Hallo, kakek. Bagaimana kabarnya?" "Kabar kakek baik! Malam minggu ini, kakek mengundangmu untuk makan malam dirumah kakek. Kakek tunggu ya!" "Baik kek, dengan senang hati!" "Hallo, Sayang. Tunggu ya, sebentar lagi saya akan segera menemuimu!" tutur Reyfaldi diiringi dengan mengakhiri sambungan teleponya. Wanita gendut itu menatap ponselnya sesaat. "Sayang?" Rasanya sepe
"Karena, kamu adalah...""Adalah apa?" tatap Sofia dengan penasaran. Pria itu tak menjawab. Ia melengos pergi melewati tubuh Sofia yang sedaritadi berdiri di ambang pintu. "Dasar pria aneh!" gumam wanita itu dengan kesal. Sofia menutup pelan pintu ruang kerja Reyfaldi. Ia yang setiap hari terbiasa melakukan kesibukan, merasa bosan karena sudah sedari pagi hanya berdiam diri dirumah besar itu. Lagi-lagi ia berjalan masuk ke dalam kamarnya. "Daripada hanya berdiam diri, lebih baik aku merapihkan pakaianku." gumamnya sembari membuka kopernya mengeluarkan pakaianya satu persatu. Ia melipat ulang satu persatu pakaian yang tercecer. Wanita gendut itu sangat menyukai kebersihan dan kerapihan. Tempat yang kotor dan berantakan akan membuatnya risih dan tidak nyaman. Sudah merupakan kebiasaanya setiap hari sebelum pergi bekerja, ia akan merapihkan apartemenya terlebih dahulu.Namun, dirumah mewah milik Reyfaldi, semua sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangganya. Sehingga, tidak ada aktivi
"Maaf!" Wanita gendut itu segera menarik dirinya dan duduk di atas aspal menepukan kedua telapak tanganya yang kotor terkena tanah."Kamu tidak kenapa-kenapa, kan?" tanya pria itu dengan raut khawatir. Sofia menggelengkan kepalanya. "Kamu?" Tiba-tiba manik wanita itu menangkap luka kecil yang ada di sikut Reyfaldi. "Ya, ampun! Sikutmu berdarah." Reyfaldi yang tak menyadari jika dirinya terluka, seketika menoleh ke arah wanita itu menatap. "Oh, hanya luka kecil!" Wanita itu pun berdiri, "Sebaiknya kita pulang saja!" ajak Sofia sembari mengulurkan tanganya membantu Reyfaldi untuk menegakan tubuhnya. Namun, bukanya terangkat. Wanita itu malah ikut terjatuh ketika Reyfaldi bertumpu pada tanganya. Lagi, wanita gendut itu menindih tubuh Reyfaldi. Ia melihat, sorot mata yang begitu tajam namun memukau. Manik berwarna kecokelatan dan bibir lembab pink alami yang kini berada dibawah wajahnya dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan, wanita gendut itu bisa merasakan hembusan nafas pria tam
"Gila! Apa yang sudah saya lakukan?!" diikuti dengan tamparan kecil yang mendarat di pipinya oleh tanganya sendiri. Wanita gendut itu berjalan ke arah dapur, jantungnya berdegup sangat kencang seolah siap melompat dari tempatnya. "Sebenarnya, apa yang akan dilakukanya? Sepertinya ia sudah gila!" monolognya dalam hati. "Mbok! Tolong simpan ini!" titah Sofia menyodorkan kotak P3K yang ia jinjing ketika melihat Mbok Nah di dapur. Wanita gendut itu kemudian masuk kedalam kamarnya. lalu, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan kembali tubuhnya selepas berjogging untuk menghilangkan keringat yang terasa begitu lengket di tubuhnya. Di dalam bathub yang terisi air hangat itu, ia melamun membayangkan apa yang baru saja terjadi. Mulai dari terjatuh hinga-?"Benarkah tadi ia akan menciumku? Mengapa ia melakukanya? Apakah semua laki-laki memang begitu? Melakukanya tanpa ada perasaan apa-apa! Atau... Apakah ia menaruh hati padaku?" monolognya."Aargh... Tidak mungkin! Mana mungkin pria
"Akta cerai?" wanita itu tertegun sejenak. Sebelumnya, ia tak pernah membayangkan jika rumah tangga yang sudah ia bina selama lima tahun akhirnya kandas di tangan pelakor sialan itu. "Lihat saja nanti, saya akan buat kamu merasakan apa yang saya rasakan. Bahkan, lebih sakit dari apa yang saya rasakan! Dasar jalang!" monolognya dalam hati dengan tatapan penuh dendam. "Hey! Malah melamun sembari melotot. Memangnya kamu sedang membayangkan apa?" tanya pria tampan itu membuyarkan lamunannya. "Aku sangat ingin membalaskan dendamku pada si jalang dan si peselingkuh itu!" ucapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Pria itu tersenyum getir. "Saya berjanji. Saya akan membantumu mengahncurkan mereka!" "Sebaiknya, sekarang kamu beristirahat, besok pagi saya akan mengantarmu pergi bekerja!" ucapnya lagi. Malam itu, Sofia masuk ke dalam kamarnya. Di atas kasur empuk ala hotel bintang lima itu, ia merebahkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamarnya sembari melamunkan apa yang telah ter
Mobil sport hitam milik Reyfaldi menjadi pusat perhatian semua karyawan yang melintasi area itu. "Hai... !" sapa Sofia setelah ia membukakan pintu mobil Reyfaldi. Pria tampan itu terlihat menundukan wajahnya dan mengenakan topi hitam andalanya. Ia menoleh pelan ke arah wanita itu. "Cepat masuk!" titah pria itu dengan gelisah."Orang-orang itu terus melihat ke mobil saya!" ucapnya lagi. "Loh, memangnya kenapa? Mungkin mereka kagum karena tak biasanya ada mobil mewah terparkir disini!" "Tapi, saya tidak suka jika menjadi pusat perhatian!" Reyfaldi mengemudikan mobilnya menjauh dari tempat itu. Setelah jarak mobil sudah cukup jauh, pria tampan itu segera melepas topinya. "Akta perceraianmu ada di kursi belakang" ucap pria tampan itu. "Oyah?" Wanita gendut itu kemudian meraih map berwarna merah yang tergeletak di atas kursi belakang mobil. Kemudian, membukanya secara perlahan. Ia memandangi akta itu seraya termenung. "Akta cerai? Lima tahun mengarungi bahtera rumah tangga dan ber
"Tidak! Aku tidak boleh melakukanya!" batin pria tampan itu. Refaldi menjauhkan wajahnya dan melepaskan tangkupan tanganya yang menempel di pipi wanita gendut itu. "Sebaiknya kita pulang!" ajak pria tampan itu sembari menyalakan mesin mobilnya.Wanita itu tak menjawabnya, ia hanya bersandar pada sandaran kursi mobil sembari menatap kaca di sebelahnya. "Aku ingin segera langsing dan menikah denganmu! Aku sudah tidak sabar ingin membalaskan dendamku pada mereka!" ucap wanita gendut itu. Mendengar itu, Reyfaldi hanya diam membatu. Ia melajukan mobilnya membelah kemacetan kota Jakarta. "Sekarang kita mau kemana? Makan? Belanja? Atau membeli ponsel baru?" hibur Reyfaldi. "Aku ingin pulang!" ucapnya dengan wajah lesu. Pria itu menoleh sekilas ke arah wanita itu, "Baiklah!" Malam itu, tak banyak kata yang terlontar dari bibir wanita itu. Ia hanya diam membisu menikmati kegalauanya. Bukan karena ketidakikhlasan yang ia rasakan. Namun, ia menyesali kebodohanya selama ini. Ia bersedih ka
"Mobil aku?" "Betul, Nona. Mulai hari ini, saya akan menjadi supir Anda." terang pria itu. Sofia melirik jam tanganya, "Ayo, Pak! Kita bisa terlambat!" Wanita gendut itu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. Layaknya orang kaya, ia tidak perlu cape-cape mengendarai mobilnya. Namun, wanita mandiri yang sudah terbiasa mengendarai mobil sendiri itu sebenarnya merasa risih jika harus ditemani oleh supir. Tapi, mau bagaimana lagi, ia tidak ingin membantah keinginan Reyfaldi.Hari itu, ia menjalani aktivitasnya seperti biasa. Kedatanganya di kantor sudah disambut oleh tumpukan dokumen yang tersusun rapi di atas meja kerjanya. "Hallo Sofia." sapa Renata. "Oia .... hari ini akan ada karyawan baru untuk menggantikanmu. Tolong nanti dibantu ya!" ucapnya lagi. Mendengar itu, Sofia merasa lega. Akhirnya, ia bisa lebih fokus untuk menjalankan rencananya bersama Reyfaldi. "Baik, Bu!" jawab Sofia. Tak lama kemudian, datang sesosok wanita muda berpakaian hitam putih menyapanya. Dik
"Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit
Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah
"Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai
Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat
Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida
Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian
"Sofia?!" Ella menatap lekat Sofia. Penyesalan langsung menyeruak di hatinya. "Maafkan Bibi, Sofia ...."Tatapannya berpindah pada bagian perut Sofia yang sudah dalam keadaan hamil besar. "Kamu sudah hamil?! Akhirnya kamu hamil juga, Sofia!" tatapnya sayu. "Dimana Alvian?" Wanita berusia 47 tahun itu mengedarkan pandang. Ia melihat sosok pria tampan berperawakan atletis dan terlihat kaya berdiri di dekat Sofia. "Mengapa kamu tidak bersama Alvian?" tanya Ella. Sedari tadi Sofia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya berdegup kian kencang karena menahan emosi.Ella memegang tangan Sofia. Namun, Sofia menghempaskannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" bentaknya. Reyfaldi mendekat. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya pada Ella. "Saya Ella, Bibinya Sofia!" jawabnya dengan nada bergetar. "Kamu, siapa?" tanya Ella balik. "Sudah! Tidak usah pedulikan dia. Dia bukan Bibiku. Aku sama sekali tidak mengenalnya!" sergah Sofia seraya mendelik.Sofia kemudian menarik lengan Reyfaldi untuk ma
"Pagi, sayang ... hari ini jadi, kan?" tanya Sofia pada lelaki yang baru saja membuka matanya. "Iya, Sayang!" jawab Reyfaldi dengan suara khas bangun tidur. Hari ini, Sofia berniat berbelanja kebutuhan persiapan untuk kelahiran bayinya. Sebuah kamar khusus untuk bayi akan ia persiapkan. Yaitu, kamar bekas Sofia sewaktu pertama datang ke rumah tersebut. "Lihat, Sayang ... aku ingin seperti ini interiornya." Tunjuk Sofia pada layar ponselnya memperlihatkan gambar ruangan bayi yang bernuansa white soft blue.Perkiraan Dokter, bayi yang tengah di kandung oleh Sofia adalah berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan harapan Reyfaldi yang sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat melanjutkan perusahaannya. "Baiklah, Sayang. Saya akan segera menghubungi jasa interior agar bisa secepatnya selesai."Reyfaldi langsung meraih ponselnya dan menghubungi jasa interior. Ia meminta agar secepatnya dilakukan renovasi sesuai dengan permintaan Sofia. Mengingat waktunya sudah tidak banyak lagi. Se
Wanita pelakor itu terbelalak. Ia langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, wanita yang tengah hamil besar itu langsung berbalik badan mencoba menghindar dari Clara. Tapi, wanita jalang itu malah mengejar Sofia. "Sofia ... aku mohon jangan katakan ini pada Alvian!" Jalang itu terus memohon dengan wajah memelas. "Tenang saja! Lagi pula, itu bukan urusanku!" ucap Sofia dengan raut dingin tak peduli. Clara menoleh pada Reyfaldi. Pria yang menundukan wajahnya itu hanya diam mematung. "Pak, Reyfaldi ... tolong jangan-," "Siapa ini?" pangkas pria yang bersama Clara. Mendengar suara bariton dari balik badannya, mata wanita perusak rumah tangga orang itu langsung membola dengan sempurna. Cepat, ia berbalik badan dan mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis. "O-ya, ini kenalkan temanku, namanya Sofia dan ini suaminya!" ujar wanita itu seraya mengarahkan tangannya pada Sofia dan Reyfaldi. Dengan senyum masam, keduanya mengulurkan tangan menyambut ajakan bersalaman pria tua yang be