Share

Bab 33 : Dilayani Olehnya

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 06:30:05
"Mmm ... mungkin Tuan Steven memang baik, Man. Kita aja yang belum tahu." Omongan macam apa itu?

Aaah, yang penting ada jawaban untuk Manda sementara ini. Aku pusing mau jawab apa.

"Hmm, gitu ya?" Manda terdengar ragu.

Aku menggaruk kepalaku yang tertutup hijab putih bermahkota ini.

"Kakak nggak ke sini?" tanya Manda lagi.

"Emm ... nanti deh, kakak kasih kabar lagi ke kamu, Man. Kakak masih ada urusan ini. Kamu dengan Nanda jagain ibu dulu," ujarku.

"Hmm, iya, Kak," sahut Manda lirih.

Aku tidak tahu apakah aku bisa ke rumah sakit hari ini. Nanti saja aku minta izin dengan Tuan ... eh, dengan Steven. "Udah dulu, Man. Assalamualaikum!" Buru-buru aku tutup telepon genggamku. Khawatir Manda semakin banyak tanya.

Bagaimana ini? Apa aku harus menginap di hotel ini bersama Steven?

Tidak, tidak, tidak!

Aku tidak mau. Aku sama sekali belum siap jika lelaki itu menyentuhku lebih jauh. Ya Allah ... aku harus bagaimana?

Seusai menelepon Manda, aku langsung meraih handuk berwarna ungu tua yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 34 : Bersamanya

    Ah, teringat lagi kalau ia telah menjandakan tiga perempuan sebelum aku. Hati kecil ini kembali memperingatkan. Jangan merasa istimewa wahai kamu, Nay ... dia adalah type pria yang mudah bosan. Dan jika sudah bosan, maka akan ia campakkan begitu saja. Huuuft ... ya ya ya, aku harus menjaga hati. Jangan sampai lemah di hadapkan dengan perhatian-perhatian kecil seperti ini. Kamu punya harga diri yang tinggi, Nay!Ah, teringat lagi dengan Mas Wahyu. Pria itulah yang selama ini selalu peduli dan penuh perhatian kepadaku. Akan tetapi, saat ini malah aku telah mengkhianati harapannya. Bahkan ... dari tadi aku tidak ingat lagi kepadanya.Apakah semudah itu hati ini dapat teralihkan? Hanya karena perhatian-perhatian yang tidak seberapa dari seseorang yang ... aah!Seusai makan siang, rasanya perutku sudah kekenyangan. Selain nasi, di situ juga tadi ada buah dan es krim. Sudah kucicipi semua. Kupikir-pikir, untuk apa juga menjaga image di depan lelaki ini. Seumur-umur aku baru merasakan makan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 35 : Berusaha Mengalihkan Perhatiannya

    Dua pekan? Dalam waktu dua pekan?Bagaimana aku bisa sempat berpikir jika hanya dalam waktu singkat seperti itu? Tiba-tiba terlintas wajah Mas Wahyu di benakku.Ya, bagaimana juga dengan Mas Wahyu? Apa yang harus aku katakan kepadanya? Aku tahu, betapa besar harapan pria itu terhadapku. Begitu juga diri ini sebenarnya. Tadinya aku sempat berpikir akan berakhir dengan pria berkacamata itu, tapi ... tapi apa yang terjadi sekarang di luar perkiraan. Aku merasa telah mengkhianati cinta dan kepercayaannya. Walaupun kami tidak pernah berkomitmen apa pun tentang hubungan yang berlangsung, tetapi aku tahu niat kami sama. Bahkan Mas Wahyu hampir memperkenalkanku kepada kedua orang tuanya. Aku harus bicara apa tentang pernikahan ini kepada lelaki baik itu jika nanti ia sampai tahu? Ya Allah ... kepalaku sekarang terasa berdenyut keras memikirkannya.Ketika pikiranku tengah menerawang bingung seperti ini, tiba-tiba Steven mendekat dan melepas atasan mukenaku. Aku terkejut dengan apa yang di

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 36 : Keluarga Pak Roso

    "Kamu menggodaku, hmm?" Pria itu bukannya lanjut memakai kemeja yang tadi sudah ia ambil dari koper, malah ia ikut duduk dan menarik tubuhku mendekatinya."Ak–aku tidak menggo ... hmmmp!"Kembali ia memaksa untuk mencium bibir ini. Astaga, aroma tubuhnya segar sekali. "Steve ... aku ...."Pria itu mencumbui diriku. Aku ... aku ... mengapa aku justru terbuai dengan sentuhan darinya?Drrrt ...! Drrrt ...!Mataku yang tadi terpejam menikmati sentuhan Steven, tiba-tiba membulat. "Steve ... telepon!" Kontan aku mendorong dadanya dengan kencang.Ia tampak terkejut."Te–telepon ...," cicitku takut-takut karena melihat sorot matanya yang nanar. Sepertinya ia tidak suka dengan gerak refleksku barusan.Apa ... apa dia marah?Karena gawainya terdengar tidak berhenti bergetar, Steven pun beringsut. "Sh*t!" umpatnya sambil beranjak berdiri, lalu melangkah menuju ke jas hitamnya yang tergantung di sana.Aku menggigiti bibir ini. Masih terasa sensasi sentuhan Steven barusan. Ya Allah, mengapa aku j

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 37 : Ajakan Mas Wahyu--lagi

    "Saya Shela." Belum sempat Nanda menjawab, perempuan itu melangkah maju dan menghampiri. Lalu ia mengulurkan tangan ke arahku."Oh, iya. Aku Nay ...." Aku pun menyambut uluran tangannya. Aku baru ingat, ini yang tadi Manda bilang orangnya Steven yang akan menjaga Bi Eli. Shela tersenyum manis ke arahku. "Saya ke luar dulu, Mbak," pamit gadis itu. Kemudian ia berjalan menuju ke luar ruangan.Aku mengangguk dan tersenyum ke arahnya."Dari pagi Mbak Shela di sini, Kak," ungkap Nanda setelah Shela ke luar."Oh gitu," sahutku singkat."Katanya Mbak Shela itu pernah jadi perawat," lanjut Nanda lagi."Hmmm ...." Aku menganggukkan kepala sembari membenarkan selimut Bi Eli yang agak tersingkap.Aku yakin Steven mengutus orang yang kompeten. Orang perfeksionis seperti dia tidak mungkin mempekerjakan sembarang orang. Kecuali ada maunya—dulu—ketika ia menginginkanku ketika masih menjadi istri dari Bang Rizal. Entah mengapa pria bule itu begitu getol mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk bis

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 38 : Semua Bisa Kamu Kendalikan, Kecuali ....

    Oh, tidak. Ap-apa yang harus aku lakukan?! Aku sontak mengalihkan pandangan sambil meremas ujung kerudungku. Bagaimana ini?"Kenapa-" Omongan Mas Wahyu terputus ketika menyadari ada seseorang yang datang dari arah belakangnya."Bagaimana keadaan bibimu?" Steven melangkah mendekat. Ia meraih pinggangku dan mengecup pucuk kepalaku singkat.Ya Allah, aku jadi salah tingkah di depan Mas Wahyu. Lagian kenapa Steven bersikap seperti ini di depannya? Astaga ... wajah ini terasa sangat kebas!Pria berkacamata itu tampak sangat kaget melihat apa yang baru saja dilakukan Steven kepadaku di depan matanya."Mmm ... masih seperti ini, tapi alhamdulilah operasinya lancar," jawabku dengan berusaha mengangkat kedua ujung bibir ini di hadapan Steven. Jantungku berdegup sangat kencang. Ya, Rabb, tolong hamba.Lelaki yang kini sudah berstatus sebagai suamiku itu mengalihkan pandangannya ke arah Mas Wahyu. "Ini pria yang waktu itu ada di rumah bibimu?" tanya Steven memastikan."Aa-" Belum sempat aku menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 39 : Sesak

    Kembali diri ini teringat akan Mas Wahyu yang pergi dengan perasaan kecewa di rumah sakit tadi. Semenjak kepergian lelaki berkacamata itu, kepalaku terasa begitu penuh. Rasanya ada yang tersangkut di dalam dada ini. Sakit dan sangat-sangat menyesakkan.Steven meraih jemariku, menjalinnya dengan jari-jari panjangnya. Entahlah, apa yang kurasa saat ini. Lelaki di sampingku ini punya kekuasaan. Dan yang pasti, ia jelas punya kekayaan. Aku menyadari. Semua yang ia miliki saat ini bisa dipergunakan untuk membantu permasalahan keluargaku. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Ya, mungkin tidaklah masalah mengorbankan perasaanku demi menebus itu semua. Mungkin ....Sesampainya di hotel, aku letakkan tas baruku di atas nakas dan tanpa menanggalkan sepatu juga masih dengan pakaian lengkap, aku merebahkan tubuh ke tempat tidur yang empuk di situ. Aku usap setitik air yang muncul begitu saja dari sudut mata ini. Dadaku saat ini terasa nyeri dan semakin sesak, tapi aku tidak boleh menangis. Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 40 : Astaga

    Namun, entah mengapa tidak bisa aku pungkiri, mata ini tak bisa sepenuhnya lepas dari pemandangan indah itu. Aku sedikit mengalihkan wajah, tetapi tetap saja, sudut mata ini masih menangkap bayangannya. Punggung dengan otot-otot yang sangat menggoda. Astaga, Naaay, sadaaar ...!Setelah mengenakan celana dalamnya, mengapa Steven langsung menggantung bathrobe-nya? Apa dia tidak memakai baju dulu? Kemudian pria itu berbalik, lalu berjalan perlahan ke arahku. Seketika hatiku menjadi kebat-kebit. Mengapa kamu tidak mengenakan pakaianmu, Steve?!Aku hanya bisa protes. Tapi ... tapi di dalam hanya hati. Hhhhgg ...!Lelaki itu kembali duduk di bibir ranjang di dekatku, tangannya memegang lututku.Aku beringsut sedikit, merasa grogi tentu saja. Ya Allah ... otot dada dan perutnya. Aaarrgh! Aku berusaha dengan keras menarik kedua ujung bibirku ke atas. Jantungku terasa memompa darah lebih cepat. Mengapa Steven melihatku seperti itu?"Kamu mau mandi dulu? Atau ...." Lelaki itu menggeser naik s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 41 : Pillow Talk

    Dengan perlahan Lelaki bertubuh tinggi itu merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur."Bukankah ini malam pertama kita. Iya, 'kan?" Steven mengurungku dalam kungkungannya.Jantungku berdegup sangat kencang."Steve, ma–malam ini aku lelah sekali. Ak–aku butuh istirahat," ujarku lirih sembari mengalihkan wajah ke samping. Aku tahu ia menatapku lekat.Terdengar lelaki itu menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya. Terasa hangat embusan napasnya di rahangku. Ia lalu bangkit dari atas tubuhku. Huuuft ....Kemudian Steven berjalan ke arah almari di sana. Ia lalu mengeluarkan salah satu gaun tidurku yang berwarna merah maroon berbahan brokat menerawang."Pakai ini!" suruhnya sembari menyerahkan benda itu ke arahku, "kalau mau tidur, kamu mesti pakai baju tidur," lanjutnya."Oke," gumamku sembari meraih apa yang ia sodorkan. Bibirku berkedut dengan apa yang ia lakukan. Jadi, aku boleh istirahat, 'kan?Aku pun beranjak bangkit dari ranjang besar itu, kemudian mengambil pakaian dalam dari a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08

Bab terbaru

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   EKSTRA PART

    Aku memutuskan untuk menerima rujuk yang ditawarkan oleh Steven hari itu. Jujur, saat ini hatiku merasa sangat ... lengkap. Ya, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kami sekarang.Sudah dua bulanan aku kembali ke rumah besar ini—rumah keluarga Arnold. Mommy dan Tasya juga terlihat sangat bahagia di hari akad aku dengan Steven untuk kedua kalinya. Ya, karena masa iddah telah lewat, makanya kami perlu mengulang kembali akad. Hendi awalnya ragu untuk mendukung. Namun, pada akhirnya setelah ia melihat semua orang—terutama Bibi dan juga kedua sepupuku mensupport, ia pun ikut mendukung aku kembali bersama pria yang memang namanya masih setia terukir di dalam hati ini. Yakni dia yang merupakan ayah dari putra kesayanganku ... Zack."Steve, apa-apaan kamu ikut masuk, ih!" Aku berusaha mendorong tubuh liat itu agar mau keluar dari kamar mandi."Aku lihat kamu tadi sudah shalat Ashar, jadi kita sudah boleeeh—" Dua alis tebal itu terangkat-angkat ke atas dengan tatapan manik

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 140 : Bicara dari Hati ke Hati

    "Lho, Nak Wahyu sudah mau pulang?" Terdengar suara Bibi dari luar sana. Sepertinya Bibi melihat gelagat Mas Wahyu yang hendak pergi dari rumah ini."Iya, Bi. Aku permisi dulu," jawab Mas Wahyu sekenanya."Ah, iya-iya. Hati-hati di jalan, Nak Wahyu. Maaf kalau sudah banyak merepotkan Nak Wahyu selama ini."Ah, akhirnya kata-kata itu keluar juga dari lisan Bi Eli kepada Mas Wahyu. Aku tertawa miris mendengarnya. Bukankah selama ini beliau seakan tidak mau peduli dengan hal itu?Sementara itu, aku dan Steven masih saling diam di ruang tiga kali tiga meter ini. Aku tidak tahu dan mungkin malas untuk kembali membahas sesuatu bersama pria itu.Bi Eli menyibak tirai di muka pintu dan aku pun sontak menoleh ke arah beliau tanpa berkata apa-apa. Namun, ternyata orang tua itu tidak mau masuk. Beliau kembali melepas gorden sehingga kembali tertutup, walau jelas masih ada celah di sana. Sepertinya Bibi mengambil duduk di ruang makan di sana, karena aku mendengar bunyi derit seperti kursi yang dige

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 139 : Ucapan yang Sangat Menusuk

    Telapak tangan ini terasa kebas karena beradu dengan rahang kukuhnya. Mata ini pun mulai terasa panas. Dada naik turun karena menahan emosi.Akan tetapi, pria itu hanya tertunduk sebentar karena wajahnya barusan terkena gamparan tanganku. Kemudian ia menoleh dengan tatapan seakan makin menantang.Zack yang tadi telah terlelap akhirnya terbangun dan menangis dengan sangat kencang. Tentu saja dia kaget mendengar bunyi tamparan dan suaraku yang keras barusan.Pria arogan di hadapanku itu bangkit berdiri dengan terus menatap nyalang ke arahku.Aku pun sontak mendongak ke arah dia yang memang lebih tinggi dari tubuhku dengan tatapan tidak mau kalah. Namun, bulir bening tiba-tiba lolos dan jatuh dari sudut mata. Dengan gerakan cepat aku segera menyusutnya. Aku mencoba menarik napas panjang walau tersendat-sendat demi meredakan gelegak yang tengah membara di dalam dada."Ada apa ini?!" Tiba-tiba Bi Eli dan Mas Wahyu muncul di muka pintu. Sedetik kemudian Bibiku melangkah maju dan meraih Zac

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 138 : Kunjungan

    Jujur saja, ini pertemuan pertamaku dengan Steven semenjak hari itu. Hari di mana ia telah menjatuhkan talaq kepadaku di ruang tamu rumah ini. Waktu itu aku masih dalam keadaan hamil. Usia kandunganku saat itu baru enam bulan lebih, hampir masuk bulan ke tujuh.Aah, walaupun janggut itu terlihat lebih lebat, kamu masih tetap tampan dan gagah, Steve ... aku cukup tertegun dengan kehadirannya. Apakah arti dari debaran kencang di dalam dada ini ya, Rabb?Sebentar saja sepasang netra biru gelap itu melihat lekat ke arahku, sejurus kemudian ia langsung mengalihkan pandangan ke arah Bi Eli. "Maaf, aku mau mengunjungi anakku," ucap pria bermata safir tersebut dengan suara khasnya yang berat dan datar. Sebentar manik itu melirik ke arah Mas Wahyu.Hmmm ... ia tampak tidak senang dengan adanya pria berkacamata itu di sini.Apa kamu cemburu, Steve ...?Sementara Mas Wahyu hanya duduk diam memperhatikan di tempat duduknya sana. Ia sepertinya tidak berniat untuk menyapa Steven terlebih dahulu se

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 137 : Perhatian

    Setelah sadar dari pingsan kemarin karena kehilangan banyak darah, akhirnya hari ini—hari keempat setelah melahirkan—aku diperbolehkan untuk pulang. Semua orang terlihat sangat bahagia. Tentu saja, terutama diri ini.Sebenarnya Mommy menyuruhku untuk kembali ke rumah besarnya. Namun, sekali lagi aku menolak dengan halus. Dulu waktu belum resmi bercerai dengan Steven saja, aku tidak mau. Apalagi saat ini, kami sudah benar-benar bukan lagi berstatus sebagai pasangan suami-istri.Akan tetapi, aku berjanji kepada Mommy untuk selalu datang. Mungkin nanti setelah tubuhku lebih sehat dan bayiku lebih kuat. Hal itu karena aku menyadari, bahwa tentu saja orang tua itu ingin bertemu cucu laki-lakinya sesekali.Kemarin Hendi sudah melihat keponakannya yang baru lahir. Hanya sehari saja. Berikutnya ia dan Tasya kembali mesti belajar di pondok. Tasya yang terlihat begitu berat meninggalkan adiknya. Namun, aku membujuknya. Aku berjanji setiap pekan di jadwal peneleponan, kami akan melakukan video c

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 136 : Bayi Mungilku

    Aku hanya bisa tersenyum melihat putri cantikku yang kini mengerucutkan bibirnya lucu. Entahlah, aku merasa cukup senang ketika mendengar pria itu datang. Artinya dia masih peduli. Walaupun memang, sebenarnya tidak berpengaruh apa pun. Toh, kami sudah bukan pasangan suami-istri lagi. Kalau mengingat hal itu, daging merah di dalam dada ini kembali terasa perih. "Hendi mana ya, Bi? Apa nggak ikut pulang sama Tasya?" tanyaku kepada Bibi.Belum sempat Bi Eli membuka mulutnya, Tasya pun menyambar, "Kak Hendi masih harus setoran tasmi', Bu! Tapi besok dia nyusul dijemput Pak Hardi.""Oh, gitu," sahutku singkat.Tidak berapa lama kemudian, perawat yang tadi memeriksaku kembali datang menghampiri. Ah, hatiku merasa begitu bahagia ketika melihat wanita muda itu menggendong seorang bayi berbalut kain bedong di tangannya."Rebahan aja, Bu," ujar perawat tersebut ketika ia melihat aku berusaha untuk bangkit dan duduk. Mendengar ucapannya, aku pun menurut. Kembali aku merebahkan tubuh ini. "Ss

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 135 : Mengapa Kamu Pergi

    "Ayolah, Steve ... tidak perlu kamu tanyakan itu kepadaku. Tentu saja aku masih mencintai kamu." Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya.Entah mengapa wajah itu terlihat cemas. Tidak pernah aku melihat ekspresi Steven seperti demikian. Akhirnya kedua sudut bibir itu terangkat juga. "Coz I love you so much," ucapnya sembari tertunduk.Aku pun melebarkan senyuman ini ketika ia mulai mendekat kemudian kami saling menautkan bibir dengan intens. Entah mengapa di dalam dada ini terasa begitu membuncah. Ada kerinduan yang begitu dalam yang ingin kulampiaskan."Oh, Steve ...." Aku sedikit mengerang ketika ia mulai mencumbu. Dia merebahkan tubuhku hingga berada di bawah kungkungannya. Sejenak mata sebiru permata safir itu menatap dengan lekat. Bibir ini tersenyum kecil membalas tatapannya yang penuh makna.Sejurus kemudian dia beringsut hendak menjauh. Alisku seketika bertaut. "Kenapa ...?" lirih bibir ini bertanya.Pria itu terus menatap dengan lekat tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 134 : Yang dinantikan

    Mas Wahyu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Untung saja jalanan di sini tidak begitu ramai seperti di kota. Bi Eli, Manda, dan juga Nanda terlihat tegang. Mungkin mendengar aku yang sesekali merintih kesakitan.Sesampainya kami di sebuah klinik terdekat di Desa Mekar ini, aku langsung dibawa oleh seorang perawat menuju ruang tindakan dengan menggunakan sebuah kursi roda. Bi Eli tidak berani untuk mendampingiku, kata beliau takut malah ikut panik di dalam. Karena itu, Manda-lah yang mendampingi.Di dalam hati ini merasa sedih, karena tadinya aku berharap ketika melahirkan berada dalam situasi seperti ini, aku bakal didampingi oleh Steven. Namun, apa daya, kami tidak lagi sebagai pasangan suami-istri. Bahkan pria itu tidak tahu saat ini aku akan berjuang untuk melahirkan seorang bayi, yang bisa jadi adalah benih darinya. Justru Mas Wahyu yang siaga. Ia memang sudah berpesan sejak beberapa pekan yang lalu untuk tidak segan memberitahunya apabila hari ini tiba. Oleh sebab itu

  • Wanita Dambaan Tuan Otoriter   Bab 133 : HPL

    "Ibuuuu! Ayolaah ... aku nggak mau Ibu cerai dengan Daddy!" Ya, siang ini Tasya kembali datang untuk kedua kalinya. Waktu itu, sehari setelah akte cerai terbit, ia bersama Mommy datang juga dalam keadaan menangis sedih karena mendengar bahwa aku dan Daddy-nya telah bercerai. Waktu itu gadis cantik tersebut terlihat begitu terpukul. Ia menangis terus-menerus. Ia kaget karena baru dikasih kabar dan sebenarnya tidak menerima. Namun, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.Aku berusaha mengulas senyum ke arahnya. "Ibu tahu, Nak. Tapi semua tidak bisa sesuai keinginan kita," jelasku kepada gadis yang dari hari ke hari semakin tampak cantik dengan semakin bertambah usianya itu."Iya, tapi kata Pak Hardi, selama di masa Ibu hamilkan dedek ini, kalian masih bisa rujuk lagi. Aku mau Daddy dan Ibu rujuk. Lagian kenapa sih, pake cerai segala? Masalahnya apa? Capek aku nanya Daddy, nanya Grandma, nanya Ibu, nggak dijawab-jawab!" seru gadis itu tampak kesal."Sudahlah ... intinya Daddy sam

DMCA.com Protection Status