"Aku langsung pulang ya, Sayang. I love you."Rizky hanya mengantarkan Inara sampai depan pintu kamar apartemen Inara. Setelah itu, dia langsung pulang. Berbeda halnya dengan Inara dan Rizky yang kini sedang berbahagia. Bram justru menjadi kacau. Saat ini dia sedang berada di sebuah club malam. Dia terlihat mabuk, sejak tadi terus meracau. "Aku langsung pulang ya, Sayang. I love you."Rizky hanya mengantarkan Inara sampai depan pintu kamar apartemen Inara. Setelah itu, dia langsung pulang. Berbeda halnya dengan Inara dan Rizky yang kini sedang berbahagia. Bram justru semakin hari menjadi semakin kacau. Dia semakin berkuasa. Saat ini dia sedang berada di sebuah club malam. Dia terlihat mabuk, sejak tadi terus meracau. Hidupnya menjadi tak karuan. Sikapnya tak berubah. Padahal dia sudah membuat perusahaan papinya bangkrut, dan kini hanya menyisakan perusahaan besar papinya. Kini berakhir di ranjang. Kondisinya saat ini, membuat dia tak sadar. Melia-wanita malam yang mengambil kesem
Inara dan Rizky akan menikah secara tertutup. Hanya di hadiri oleh sang adik yang akan menjadi wali, dan juga sang Bunda. Orang tua Rizky tak akan hadir pada acara sakral mereka. Rizky begitu kecewa kepada kedua orang tuanya, yang tak mempedulikan dia. Sang mami pun kini seperti berpihak kepada papinya. Rizky merasa hidup sebatang kara. "Maaf ya, aku belum bisa mewujudkan keinginan kamu. Tapi aku yakin, suatu saat nanti pasti kedua orang tuaku akan merestui hubungan kita. Yang terpenting sekarang, kita resmi menikah dulu saja," ucap Rizky dan Inara mengiyakan. Mereka baru saja sampai di Mall, dan langsung menuju toko perhiasan untuk membeli satu set perhiasan untuk pernikahan mereka nanti. Rizky juga ingin membelikan Inara perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah resmi menikah, Inara akan tinggal di apartemen Rizky. Mereka berharap, kebahagiaan selalu menyertai hubungan mereka. Meskipun tanpa restu orang tua Rizky. "Tunjukkan kepada kami. Produk terbaik di toko kalian. Kami ingin m
Rizky dan Inara kini sudah berada di sebuah hotel bintang 5. Inara terlihat malu-malu, dia merasa grogi. Entah mengapa perasaannya sangat berbeda, saat dia menikah dulu dengan Bram. Kini posisi mereka saling berhadapan. Rizky tampak melingkarkan tangannya di pinggang ramping wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. "Makasih ya Sayang, sudah mau menerima aku di hidup kamu. Aku janji, secepatnya orang tuaku akan menerima kamu," ucap Rizky. Jantung Inara berdegup kencang, wajahnya terlihat tegang. "Ki, bisa gak ditunda dulu?" Tiba-tiba saja Inara berkata demikian. "Sayang, kita ini sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Panggil akunya, jangan panggil nama dong! Panggilan aku sayang dong. Aku juga gak mau menunda lagi. Sudah lama aku menahannya. Memangnya, kamu mau aku sampai impoten karena harus menahan hasrat terus?" Rizky berucap sambil memainkan alisnya. Rizky tak tahu, kalau Inara belum pernah melakukannya dengan Bram. Ini adalah pengalaman pertama baginya, merasakan
Selama ini Diana selalu mengira, kalau Romeo benar-benar serius menjalani hubungan dengannya. Diana sudah terlihat cantik. Hari ini Romeo ulang tahun, dia ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya itu. Dengan diantar supir pribadinya, dia pergi menuju kosan Romeo. Namun sebelumnya, dia mampir dulu ke sebuah toko roti dan kue untuk membeli kue tart untuk kekasihnya itu. "Ehm, pasti sayangku senang aku kasih kejutan," ucap Diana. Senyuman melengkung di sudut bibirnya. Dia terlihat bahagia. Selama ini dia terus bersabar, menunggu janji Romeo yang akan menikahi dia setelah lulus kuliah. Mobil yang membawa dia, akhirnya sampai di kosan Romeo. Mobilnya kini sudah terparkir di parkiran kosan Romeo. Bukan hanya kue tart saja yang dia siapkan. Diana juga membelikan sebuah jam mewah dari brand ternama. Diana melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Dia sudah tak sabar melihat reaksi kekasihnya itu. Diana sudah sampai di depan kamar kos Romeo. Wajahnya terlihat berubah, dan mengeru
Ibu dan Anak Sama-sama hancur. Karma mulai menghampiri mereka. Kehidupan Bram semakin tak karuan, terlebih setelah tak lagi bersama Monika. Kini sang mami pun berada di rumah sakit. Kondisinya kritis, akibat terkena serangan jantung. "Kalau sampai terjadi sesuatu dengan mami, gue akan buat perhitungan sama lo! Gue gak akan biarkan lo hidup bahagia. Gue akan jebloskan lo ke penjara," ucap Bram. Bram terlihat mengepalkan tangannya. Sebenarnya, sejak lama dia sudah mengingatkan sang mami, untuk tidak berhubungan lagi dengan Romeo. Laki-laki yang lebih cocok jadi anaknya. Bahkan Romeo usianya lebih muda dari Bram. "Berkali-kali aku bilang sama mami, kalau Romeo bukan laki-laki yang baik. Tapi, mami tak pernah mendengar ucapan aku. Jadinya begini 'kan? Mami juga yang menderita," mulut Bram terus mengoceh. Ini pun Bram datang, setelah keesokkan harinya. Saat dia tersadar, dia melihat banyak panggilan telepon dari nomor tak di kenal. Sampai akhirnya, dia mengetahui. Kalau sang mami harus
Setelah selama tiga hari koma. Akhirnya Mami Diana terbangun dari komanya. Perlahan matanya terbuka. Tapi sayangnya, dia mengalami stroke, bahkan dia tak bisa berbicara. Hanya air mata yang menunjukkan perasaannya itu. Nasi sudah menjadi bubur. Semua yang telah terjadi, tak akan pernah kembali lagi padanya. Dia hanya bisa meratapi kehidupannya sekarang. Dia hanya bisa terbaring lemah di ranjang. Dulu, dia membuang mantan suaminya ke jalan, dan sekarang dia yang mengalaminya. Mami Diana hanya bisa terbaring lemah tak berdaya di ranjang. "Jika mami sejak dulu mendengar perkataan aku, untuk mengakhiri hubungan dengan laki-laki brengsek itu. Aku yakin saat ini pasti mami masih baik-baik saja," ucap Bram. Mami Diana hanya menganggukkan kepalanya saja. Dia tak bisa menjawab ucapan sang anak. Bram tampak lesu, memikirkan nasibnya saat ini. Perusahaan papinya di ambang kehancuran. Dia dan sang mama akan menjadi gembel. Dia tak ingin hal itu akan terjadi. Setelah sekian lama kasus sang p
Mereka sudah kembali ke Jakarta. Hari ini mereka sudah mulai kerja kembali. Namun, tak ada yang tahu pernikahan mereka. Rizky dan Inara memilih menutupinya dari semua orang. Mereka akan mempublikasikan hubungan mereka, setelah urusan Inara dengan Bram selesai. Meskipun demikian, mereka tetap bermesraan saat sedang berdua di dalam ruangan. Seperti saat ini. Saat ini Inara berada di pangkuan Rizky. Mereka bercumbu mesra. Rizky sedikit menarik tengkuk Inara, untuk memperdalam ciuman mereka. Rizky menghentikan ciumannya. Kini beralih ke leher sang istri. Menyesapnya dengan penuh kelembutan, membuat desahan pun keluar dari bibir Inara. Dia mulai menikmati permainan laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya. "Mas—"Rizky sudah diliputi gairah. Dia tak mempedulikan ucapan istrinya. Dia langsung menggendong tubuh sang istri ke kamar pribadi yang berada di ruangannya. "Mas, kalau nanti ada yang mau bertemu kamu gimana?" protes Inara. "Biarkan saja! Biarkan mereka menunggu kita selesai.
Mendengar sang anak sudah menikah dengan Felisa. Papanya Rizky sangat marah. Dia berniat mendatangi perusahaan sang anak. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan. Rizky sedang tak ada di perusahaan. Hanya ada Felisa di kantor. Ini kesempatan bagi papanya Rizky, menemui Felisa. Dia baru saja sampai di perusahaan, dan langsung menuju ruangan sang anak. Brug! Pintu ruangan Rizky di buka dengan kasar. Membuat Inara yang saat itu sedang bekerja, langsung terperanjat kaget. Matanya membulat dengan sempurna, melihat papa suaminya sudah berdiri di hadapannya. "Saya minta sama kamu, tinggalkan anak saya! Saya sudah tahu, kalau Pak Susilo tak memiliki anak perempuan. Jangan coba-coba menipu saya! Saya bisa saja membuat kamu menderita," ancam papanya Rizky. Inara yang sekarang bukanlah wanita yang lemah, yang mudah di tindas. Kali ini dia akan memperjuangkan hubungannya dengan Rizky. Statusnya sekarang sudah resmi menjadi istrinya Rizky. "Kenapa masih diam saja? Apa telinga kamu tuli, sehi
"Mengapa kamu ada di kamar saya? Dasar pembantu tak tahu diri. Kamu sengaja ya mengambil kesempatan, di saat istri saya sedang tak ada?" Gio berkata sinis. "Saya ini korban Bapak. Bapak yang memaksa saya untuk melakukan. Bapak sudah melecehkan saya," sahut Monika terisak tangis. Dia berakting, seolah dia pihak yang dirugikan. "Bapak mabuk saat pulang ke rumah, dan bapak memaksa saya karena mengira saya adalah Bu Sita," jelas Monika membuat Gio merasa tersudut. "Baiklah, saya akan bayar uang tutup mulut untuk kamu. Anggap saja, semalam saya habis menyewa kamu. Jangan pernah katakan pada siapapun, apa yang terjadi pada kita! Anggap semua gak pernah terjadi diantara kita," ucap Gio sombong. Dia mengusir Monika dari kamarnya. Gio mengerutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia melakukan dengan seorang pembantu. "Kalau saya nanti hamil gimana Pak? Semalam, Bapak melakukannya tidak hanya satu kali. Bapak juga membuangnya di dalam," Monika berkata. "Tak perlu khawatir! Istri saya dan selin
"Jawab Mas! Aku ingin dengar kejujuran kamu," Sita memaksa suaminya menjawab. Gio terlihat hanya diam. Namun, merasa gusar. Namanya bangkai yang ditutupi, pada akhirnya akan terbongkar. Sita terlihat kecewa di benar-benar syok, tak percaya suaminya akan selingkuh darinya. Sita menangis. Dia sudah tak sanggup menahan air matanya lagi. Wanita mana yang tak merasa sakit, saat mengetahui suami tercintanya ternyata bermain api di belakangnya. "Kalau Mas tak menjawab, berarti benar. Mas selingkuh. Aku ingin kita cerai," ucap Sita tegas. Meskipun selama ini suaminya selalu memberikan kemewahan. Dia tetap manusia biasa yang memiliki hati dan perasaan. Dia merasa tak terima. Melihat sang istri memasukkan barang-barangnya, Gio terlihat panik. Dia langsung beranjak turun menghampiri istrinya. Kemudian memeluknya dari belakang. "Aku mohon, maafkan aku! Aku khilaf. Aku janji tak akan mengulanginya lagi. Aku cinta sama kamu," Gio memohon agar Sita mau memaafkan dirinya. Sita membalikkan tubu
Gio sudah terbangun, dan tak melihat sang istri di kamarnya. "Kemana dia?" Gio berkata. Dia memilih untuk mandi dahulu, sebelum mencari keberadaan sang istri. Kemarin-kemarin, dia kurang tidur. Hingga baru sekarang dia merasa lemas. Dia kerap berolahraga ranjang, selama bersama Liana kemarin. Kini dia sudah merasa lebih segar. Gio langsung keluar dari kamar dan mencari keberadaan sang istri. Namun, di luar pun sang istri tak ada. "Kemana Ibu?" Tanya Gio kepada Monika. Dia masih saja bersikap dingin kepada Monika. "Ibu pergi lagi, Pak. Tak lama Bapak pulang," jawab Monika. Tanpa berbasa-basi lagi, Gio langsung kembali ke kamar lagi. "Sepertinya, Sita sangat marah. Tak biasanya dia seperti itu."Gio mencoba menghubungi sang istri melalui ponsel pintarnya. Namun, berkali-kali dia menghubungi sang istri. Sang istri tak mengangkatnya. "Si*al! Berani-beraninya dia mengabaikan telepon dariku," umpat Gio. Wajah Gio terlihat sangat kesal. Selama ini, sang istri tak pernah berani bersik
Setelah di rawat selama tiga hari, hari ini Inara dan kedua anaknya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Kondisi Inara sudah membaik, hanya tinggal pemulihan saja. Rizky sudah mengurus administrasi kepulangan sang istri. "Sekarang, kita sudah boleh pulang," ujar Rizky kepada sang istri. Inara tampak sumringah. Akhirnya, dia bisa merasakan tidur nyenyak di rumah. Meskipun dia di rawat di ruang eksekutif, tetap saja lebih nyaman tidur di kasur empuk di rumah. "Apa semua sudah dibawa? Tak ada yang ketinggalan lagi?" Tanya Rizky kepada baby sister kedua anaknya. "Sudah, Pak," jawab salah seorang baby sister. Rizky sudah menyiapkan kursi roda, untuk sang istri turun nanti ke lobby. Dia khawatir sang istri belum kuat berjalan. "Sudah mas, aku jalan saja! Aku kuat kok, Mas. Mas gak usah khawatir," ucap Inara menyakinkan. "Gak apa-apa. Kamu duduk di sini aja, biar mas dorong," Rizky berkata. Rizky mempekerjakan dua orang baby sister untuk membantu sang istri, mengurus kedua anaknya. Di
Suasana tampak tegang, Inara dan Rizky kini sudah berada di ruang operasi. Sejak tadi Rizky menggenggam tangan istrinya erat, menguatkannya. "Jangan tegang ya! Ada mas di samping kamu," bisik Rizky dan Inara tampak menganggukkan kepalanya lemah. Operasi mulai berjalan. Rizky dapat melihat perjuangan sang istri, untuk melahirkan kedua buah hatinya. Sejak tadi dia tak melepas genggamannya, dan membisikkan kata-kata cinta untuk menguatkan istrinya. Suara penuh haru, saat satu persatu anak mereka terlahir ke dunia. Suara tangis kedua anak mereka terdengar. Rizky sampai meneteskan air matanya. Mereka kini sudah menjadi orang tua. "Selamat ya Sayang, kamu sudah menjadi seorang ibu. Alhamdulillah anak kita terlahir dengan selamat, sehat, dan tanpa kurang satupun. I love you," Rizky membisikkannya di telinga istrinya. Dokter meletakkan bayi mereka secara bergantian, di dada Inara untuk dilakukan inisiasi dini. Setelah selesai, kedua bayi mungil itu diambil kembali untuk dibersihkan. Sete
"Mas—" Ucapannya terhenti. Inara mengurungkan niatnya untuk bicara. "Kenapa? Kok berhenti ngomongnya?" Rizky bertanya lembut kepada sang istri. Bukannya menjawab, Inara justru menatapnya lekat. Rizky menautkan alisnya, seolah bertanya gerangan apa yang ingin istrinya katakan. "Kalau umur aku gak panjang gimana? Apa kamu akan menikah kembali dengan wanita lain? Mencari ibu sambung untuk kedua anak kita," akhirnya Inara mengungkapnya. Mendengar penuturan sang istri, Rizky merasa tak suka. "Aku gak suka kamu bicara seperti itu. Sampai kapanpun hanya kamu istri aku dan ibu Anak-anak kita. Kamu harus ingat perjuangan cinta kita sampai ke titik sekarang ini. Kita sama-sama berat melewatinya. Udah ya, jangan bicara seperti itu! Kita berdoa, semoga operasi sesar kamu besok berjalan lancar. Kamu dan kedua anak kita selamat dan sehat. Kita bisa berkumpul bersama," ucap Rizky panjang lebar. Inara terdiam. Perasaannya menjelang persalinan, semakin deg-degan. Dia khawatir, nyawanya tak tertol
"Sayang, sepertinya aku besok harus berangkat ke Yogyakarta untuk beberapa hari. Ada pekerjaan yang gak bisa aku tinggalkan," ucap Gio yang kini masih memeluk istrinya. Sita memiliki wajah yang cantik. Dia juga memiliki body dan juga kulitnya yang putih mulus. Tentu saja Gio tak sembarangan memilih seorang istri. "Jadi, aku di tinggal lagi?" Sita terlihat kesal, memanyunkan bibirnya. Lagi-lagi dia harus di tinggal kembali. Padahal, baru hari ini suaminya pulang, dan besok harus pergi lagi meninggalkan dia. "Sabar ya, Sayang! Seperti biasa, aku tak akan lama ke sananya. Setelah urusan selesai, aku akan segera pulang. Aku pun tak akan kuat berpisah dengan kamu," rayu Gio. "Sebagai permintaan maaf aku. Aku akan memberikan kamu uang 100 juta. Kamu bisa gunakan uang itu, untuk shopping atau apapun. Bebas terserah yang kamu mau," ucap Gio lagi. Tentu saja mata Sita langsung berbinar-binar mendengarnya. Dia merasa senang, karena suaminya akan memberikan dia uang, untuk membeli yang dia
"Kapan gue bisa hidup enak lagi sih? Cape gue hidup susah terus," gerutu Monika. Setelah diusir dari rumah Arsyila, kini Monika bekerja menjadi ART di tempat lain. "Monika," teriak sang majikan. "Bisa gak sih, gak usah teriak-teriak. Mentang-mentang orang kaya, sombong banget," umpat Monika dalam hati. Dia tak ingat dirinya dulu. Begitu sombongnya dia. Bahkan dia dulu begitu menghina Inara, dengan sebutan "orang kampung." "Ya Nyonya, sebentar," sahut Monika. Dia pun langsung lari menghampiri majikannya. Jika dia tak segera mendatangi majikannya itu, pastinya Sita akan mengomel padanya. Kini Monika sudah berdiri di hadapan sang majikan. Sita menatapnya tajam. "Ada apa ya Nyonya, memanggil saya?" tanya Monika dengan wajah menunduk. "Kamu tanya ada apa? Ini baju saya kenapa bisa begini? Kamu itu bisa kerja gak sih? Kalau memang gak bisa. Lebih baik kamu saya pecat. Saya butuh pembantu yang berpengalaman," ucap Sita sombong.Monika dibuat tak berdaya. Mungkin, ini balasan untuknya.
Baik Rizky maupun Inara sudah terlihat bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Rizky memilih menunggu sang istri, di depan ruang TV. Setelah selesai memakai hijabnya, Inara berjalan keluar menghampiri suaminya. "Ayo Mas, kita berangkat sekarang!" Inara mengajak sang suami. Dia langsung keluar bersama. Rizky meminta sang supir mengantarkan mereka ke rumah sakit. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kali ini Rizky memilih menggunakan supir pribadi. "Semoga, kedua anak kita dalam keadaan sehat. Aku khawatir sekali," Rizky membuka pembicaraan. "Aamiin. Aku juga berharap demikian, Mas," sahut Inara.Mobil yang membawa mereka sudah sampai di rumah sakit. Rizky dan Inara turun di lobby rumah sakit, dan mereka langsung masuk ke dalam menuju tempat administrasi pendaftaran. "Kamu duduk aja di sana! Biar aku yang urus pendaftaran," ucap Rizky dan Inara mengiyakan. Inara langsung mencari tempat duduk, menunggu suaminya selesai mendaftar. Seperti biasanya, Rizky yang a