Beranda / Fantasi / Wanita Bermata Hijau / Bab 51 Jasmine yang Panik

Share

Bab 51 Jasmine yang Panik

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-22 21:00:52

“Oh, kamu masih mengingatnya. Bagus, berarti semakin dendam padaku! Kasihan sekali, sampai-sampai Jasmine sekarat dan meminta tolong. Pada kakak tercinta, tapi sayang kamu lemah!” teriak Afrodit. Dia terus memberikan hujan api yang turun sangat deras. Sang singa pun mulai goyah sebab waktu di bumi sudah habis.

“Hah, tutup mulutmu! Aku tidak lemah hanya– saja,” geram Leo yang tidak ingin mengingat masa kelam bersama sang ayah. Dia menggenggam erat rasa bersalah seumur hidupnya. Afrodit terus memberikan kesakitan batin untuk meruntuhkan kekuatan Leo.

“Hanya ketakutan! Benar, kan? Dasar, manusia lemah! Lihat Edward, sang pahlawan di keluargamu. Lalu, apa gunanya kamu? Mati saja, tidak berguna!” hina Afrodit yang melesat terbang menyerang dengan bola api ke tubuh Nemea yang perlahan memudar.

“Maaf, Leo! Aku tidak bisa bertahan lama lagi. Beri aku waktu beberapa menit untuk pulih. Berlindunglah. Di perisai tangan itu,” tegas Nemea yang memberikan perisai te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 52 Ingatan yang Pahit

    “Kenapa? Lepas! Aku ingin melihat. Lepaskan, Arthur! Ada apa?” seru Jasmine yang panik mendengar jeritan sang sahabat. Dia meronta-ronta kesekian kalinya, berhasil lepas dan terkejut melihat Leo yang sedang meraung kesakitan tombak menancap di perut. “Tunggu, tidak boleh ke sana! Lihat wanita itu berbahaya, Jasmine!” cegah Arthur yang menarik ulur tangan kiri Jasmine yang spontan berlari ingin menolong Leo. “Lepas! Kakakku sekarat, aku ingin menolongnya. Aku tidak peduli, akan kubunuh wanita itu!” gertak Jasmine terus berontak sesekali menatap tajam wanita yang melayang-layang itu. Afrodit terus menajamkan indra pendengaran juga penglihatan, merasakan kehadiran mangsa empuk. Terbang rendah mengelilingi hutan itu, menari indah melewati kobaran api yang masih menyala. Mengacuhkan lelaki yang sedang kesakitan, terus mencari sumber suara yang tidak asing lagi. Sementara itu, Angellia membantu Arthur mencegah Jasmine yang terus berteriak. Dalam kegaduhan it

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 53 Monster Typon, Si Manipulatif

    "Apa? Mustahil! Kita harus cepat-cepat mencari jalan setapak itu. Aloria siap-siap berlari!" perintah Eleanor yang membenci keadaan itu. "Aloria, lari! Coba fokus mencari jalan itu. Aku akan mengalihkan perhatian ular-ular itu," usul Barlder yang memanggil peliharaannya. Aloria mengangguk paham. Desis ular yang semakin banyak dan semakin mendekati posisi mereka. Kepanikan terjadi, kabut turun lagi membuat pandang semakin sulit. Hawa dingin yang menusuk tulang, membuat tubuh mereka mengigil walau sedang berlari sekali pun. Mereka terus lurus ke dalam hutan dari yang masih ada cahaya remang-remang dari bulan perlahan menjadi gelap. Eleanor terengah-engah, berhenti sebentar disusul Aloria dan Barlder. Eleanor mengeluarkan senter di kepala dan memasangkannya ke anak dan suaminya. Aloria terdiam, penglihatannya menangkap keanehan di sebelah kiri Barlder. Gadis itu menyipitkan matanya, Aloria melihat suatu gelombang energi jahat berwarna hitam pekat. Membentuk sebuah p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 54 Pengorbanan terakhir Julie 1

    Jasmine yang menunduk, tidak mendengarkan panggilan siapa pun. Kekuatannya semakin kuat, terus menjerit kesakitan yang membuat Afrodit dan Meliai tertawa terbahak-bahak dengan mengelilingi Jasmine. Kekuatan dua wanita itu tidak akan bisa menghentikan kehendak Dewa itu. Jasmine langsung menghentakkan kaki dan membentangkan kedua tangannya hingga membuat gelombang energi yang kuat. Semua berterbangan dan terhempas begitu saja. Charless yang berjalan berusaha memanggil gadis idamanya itu. Leo, Aroon, Arthur, dan Angellia sudah berguling-guling di tanah. Charless merubah tangannya saja hingga keluar kuku panjang yang berbulu dan menancapkan ke tanah di setiap melangkah. "Kita kabur dulu! Kabur!" jerit Afrodit. "Tapi, mainanku!" jerit Meliai yang di tarik Afrodit ke Balck Hole perpindahan tempat. "Jasmine! Mine! Jangan seperti ini!" teriak Charless yang sekuat tenaga mendekati pujaan hatinya. "Kak Charless? Kak Leo?" batin Jasmine yang menoleh ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 55 Pengorbanan terakhir Julie 2

    "Mati! Mati!" teriak Leo yang terus menusuk hingga tembus ke depan. Ditarik lagi dan menusuk bertubi-tubi. Darah hitam yang berhamburan ke seluruh tubuh Barlder yang hanya terdiam dan menatap kosong. "Iblis menjijikan! Menjijikan!" murka Charless terus melancarkan cakaran mautnya. "Ayah Aroon, Tante Eleanor dan Aloria mana?" tanya Jasmine yang terus mencari keberadaan dua wanita itu. Aroon pun panik yang tidak melihat sahabatnya itu. "Ayo, kita cari. Arthur, selamatkan Barlder. Seret ke sini. Angellia ikut! Kita cari mereka," perintah Aroon yang menggandeng kedua gadis itu. Mata mereka terus menyusuri kastel ini. "Sudah, puas kalian?" Wanita yang sudah berlumuran darah dan tubuh hancur itu menyeringai dan tangannya menyentuh tangan Charless. "Ayo, ikut bermain denganku!" ajak Meliai yang memutarkan kepalanya sampai 360 derajat. Leo membelalakkan dan mundur. Charless yang ingin mecabik lagi tertahan oleh tangan Meliai yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 56 Jessica Marah Besar

    "Tante, aku bisa menghidupkan orang. Aku bisa bangkitkan Julie, kan? Bisa, kan?" tanya Jasmine yang menggenggam tangan Eleanor. Namun, cenayang itu menggelengkan kepala. "Tetap tidak bisa, Jasmine. Kutukan abdi itu yang mengurung kekal Julie. Jantungnya sudah diambil juga. Kita sudah terlambat!" tegas Eleanor yang mematahkan semangat Jasmine. "Tante, gunakan air penyembuh? Bisa, kan? Aku mohon, apapun harus kita lakukan," jerit Leo yang memangku Julie. Eleanor terdiam dan menggelengkan kepalanya. "Jahat! Dewa, kenapa Julie yang harus berkorban! Kenapa aku tidak mati? Kenapa? Dewa!" murka Jasmine yang menghentakan kaki dan mengamuk sejadi-jadinya. Charless langsung memeluknya dari depan menenangkan Jasmine yang terus berteriak. "Ayah, kita kalah! Benar-benar kalah." Arthur yang menangis sambil menenangkan adik kembarnya. "Edward, maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga mereka. Iya, kalah telak!" seru Aroon yang duduk bersila di tanah. Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 57 Pemakaman Yang Sendu

    Di pagi harinya, Julie didandani dengan cantik menggunakan gaun short dress warna ungu pastel bermotif bunga melati. Gadis yang berbaring di peti mati berwarna hitam yang terukir para Dewa-Dewi dari emas. Jasmine terus menangis dan mengelus kepala adiknya. Leo dan Charless sibuk mempersiapkan pemakaman. Eleanor dan Barlder sibuk menerima pelayat dari tempat kerja Jessica serta Leo. Serenity dan Aroon sibuk menerima pelayat dari pihak keluarga. Angelia, Arthur, dan Aloria sibuk menerima pelayat dari sekolah Julie dan Jasmine. Teman-teman di kelas tidak menyangka pertemuan kemarin itu adalah yang terakhir kalinya. Teman sebangku dengan Julie pun menangis histeris di samping Jasmine. Namanya Cecilia gadis seumuran dengan Julie itu dengan rambut dikepang dua. Dia membawa banyak barang ada lentera kecil, foto kelas dan lain-lainnya. Disusun melingkari tubuh Julie, Jasmine pun meletakan boneka kelinci kesayangan Julie. "Julie, katanya kita mau main ke festival lagi. Kenapa kemar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 58 Perjalanan Leo

    "Jasmine, kita bisa bicara sebentar?" tanya Leo yang menghampiri adiknya yang masih duduk diam di samping makam. "Apa? Mau pergi tinggalkan aku, kan? Kakak jahat!" teriak Jasmine yang membuat semua terdiam. Para pelayat sudah pulang semua. Hanya tersisakan mereka saja. "Hm, dengar. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kita bisa bertukar kabar pakai ponsel, kan? Aku hanya satu bulan di Hamburg, Sayang. Kalau kamu kangen boleh datang tapi jangan sendirian." Leo menjelaskan panjang lebar. Membuat Jasmine meliriknya. "Itu benar? Tidak, akan meninggalkanku? Boleh, seperti itu?" tanya Jasmine memastikan lagi. Dia menatap dalam Leo. "Iya, benar. Mana mungkin aku meninggalkanmu sendirian. Pengorbananku sia-sia dong kalau seperti itu." Leo memeluk Jasmine erat-erat. Pasti rindu yang akan menumpuk selama satu bulan mendatang. "Boleh, tapi ingat kabari aku kalau kamu mau datang. Kita harus berhati-hati lagi. Janji?" pinta Leo yang mengaitkan jari kel

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Wanita Bermata Hijau   Bab 59 Perjalanan Leo 1

    "Oh, begitu. Oke. Tapi, kenapa buku itu ada di Paman?" tanya Jasmine yang mengingat-ingat, tidak pernah melihat buku itu. "Yah, tadi menemukan buku ini di balik lemari baju. Tertanam di dinding. Aku bacakan sedikit, biar kamu penasaran." Joan pun membaca isi buku itu. Di dengar semua dan Leo jadi kesal. "Hah! Aku malas mendengarkannya!" seru Leo. Dia langsung memasang earphone dan mendengarkan musik Metallica. "Kak, jangan seperti itu. Paman, sedang mencoba membayar hutangnya. Selama ini paman selalu di belakang Jasmine dan Kak Leo, kan?" bujuk Angellia yang memahami maksud Joan yang mulai pendekatan. "Oh, ya. Kamu berpikir seperti itu? Yakin? Bukan, menipu atau menghasut aku dan adikku?" tanya Leo yang menatap Angellia di hadapannya. "Hm, ragu juga sih. Datang di waktu yang krisis seperti ini. Lebih ke terlambat, ya." balas Angellia yang melirik Joan dan Jasmine yang sedang asik mendengar cerita Jessica. "Angellia, Arthur.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14

Bab terbaru

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 69 Kesempatan 2

    "Sudah siap, Leo? Ingat, jangan ragu! Salah sedikit kita bisa adu tembak," pinta Sean yang sedang merapikan kemeja berdasi hitam itu, lalu memakai jaket coat panjang berwarna hitam. "Huh! Siap! Baiklah, aku paham. Tapi, jujur saja. Aku gugup, Kak Sean." Leo mengambil batu sihir dan menyerahkan satunya lagi ke Mayor. "Pasti, tapi tenang ada aku di sampingmu. Lakukanlah sesuai latihan kita tadi. Jangan lupa, aku jadi Steven dan kamu Lavier!" Sean mengambilnya sambil menjinjing tas kotak silver berisi uang banyak. "Hmm, oke-oke. Pengalaman pertama yang mendebarkan." Leo merapikan rambut blonde-nya dan memakai jaket coat pendek berwarna abu-abu. Lalu, menggunakan kacamata bertangkai emas. Mereka pun menggunakan mobil mewah yang sudah Sean sewa kemarin. Sean menggunakan cincin bermata biru dan Leo bercincin berlian dengan inisial L. Pakaian yang bermerek dari ujung leher sampai kaki menghiasi dua pria itu. Leo yang terus mengendalikan emosi dan ket

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 68 Kesempatan 1

    "Di mana ini? Perasaan aku tidur di sofa!" batin Leo yang syok melihat sekitarnya ada pohon pinus. "Di hutan? Tidak ada cahaya matahari! Kabutnya tebal juga," keluh Leo yang terus mengucek mata dan bangun. "Leo ... kemari ... Leo, sini kita main!" ajak suara gadis kecil dari arah samping Leo, tapi wujudnya tidak ada. Leo semakin tidak percaya melihat tangan yang mengecil. "Siapa kamu? Keluar! Hah, tubuhku mengecil?" teriak Leo yang meraba-raba tubuh tidak berotot itu. Dia seperti anak berumur 14 tahun. "Ayo, kita bermain petak umpet di sini. Leo ... lihat aku!" teriak gadis yang perlahan muncul di sampingnya dan merangkul tangan Leo. "Zena? Zena!" panggil Leo yang langsung menoleh dan menggenggam erat kedua bahu gadis itu. "Iya, lalu siapa lagi? Di sini hanya kita saja. Ayo, main." Zena yang masih muda dan cantik dengan rambut panjang berwarna putih. Dia tersenyum manis dan berjalan ke pohon pinus yang tinggi. "Ka

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 67 Zena Blitz

    Leo yang mendengar teriakan itu langsung menoleh ke arah kerumunan. Saat Leo baru melangkah, ponselnya berdering dan melihat layar yang terpampang nama Jasmine. Sang kakak baru ingat sudah dua hari tidak menghubungi Jasmine. Leo yang hanya melihat kerumunan tadi langsung bubar. Dia hanya melihat wanita yang sedang di seret paksa pria paruh baya. Dia mengangkat telepon dan mendengar kemarahan Sang adik yang terus mengomel. Leo hanya terdiam dan tersenyum lebar, baru saja dua Minggu ditinggalkan sudah merindukan semuanya. Dia cekikikan yang membuat lawan bicaranya merengek dan mengeluh dengan jadwal latihan yang semakin sulit. Charless yang terus menyebalkan dan jahil. Tentu, keluhan soal Leo melanggar janjinya yang harus setiap hari berkomunikasi dengan Jasmine. "Oke-oke, maaf. Maaf, Sayang. Aku sibuk sampai lupa," jelas Leo yang melirik Sean yang masih memilih daging. "Kakak! Aku juga sibuk masih bisa kirim pesan dan menelepon tuh!" gerutu Jasmine yang istirahat

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 66 Pertemuan Yang Tak Terduga

    "Hah, terserah kamu saja. Aku paham! Tapi ... aku tidak bisa meninggalkan tempat ini!" seru Pedro yang terlihat cemas bila ikut melakukan pencarian bersama-sama. "Takut sama musuhmu? Atau kamu tidak ingin bertemu dengan Haden?" tanya Sean yang membuat Pedro terdiam. "Bukan, iya. Aku tidak bisa menatap wajah anak itu. Aku tidak sanggup." Pedro termenung mengingat kenangan lampau. Saat Pedro melepas tangan kecil Haden. Anak kecil yang merengek dan menangis kencang karena ditinggal pergi Pedro. "Kalau kamu menghindar terus. Haden akan semakin membencimu. Mau?" Sean menatap tajam Pedro yang menahan tangis. "Ingat, mungkin pertemuanmu yang sekarang akan membuat Haden marah besar." Sean menghela napas panjang. "Tetapi, kamu harus jelaskan alasannya agar kesalahan pahaman tidak terjadi lagi. Dia sudah besar sekarang pasti akan mengerti." Lanjut Sean sambil memanggil Leo untuk kembali ke kursi. "Kalau hal ini berat untukmu. Aku tid

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 65 Pedro Javier

    Sean dan Leo jalan perlahan menyusuri anak tangga yang panjang ke bawah. Anak tangga yang berputar tanpa ujung, hawa mencekam dengan hanya di sinar satu cahaya di depan saja. Leo melihat ke bawah dan sampingnya hanya gelap gulita. Sean yang tetap fokus dan menajamkan instingnya. Dari kejauhan terdengar suara riuh orang-orang yang berjalan dan berbicara. Tiba-tiba diujung tangga itu cahaya tadi semakin bersinar menyilaukan mata. Sean dan Leo menutup mata, kedua pria itu syok diam diantara kerumunan orang yang sibuk bekerja di pasar lokal. Mereka bingung ada di mana, sayup-sayup terdengar suara bisikan, "ikuti anak panah itu." Suara pria nan dingin. Sean menolah ke tuannya dan saling mengangguk paham. Leo mencari anak panah yang dimaksud bisikan itu. Dia menemukan satu di dinding penjual ikan laut. Dia menarik Sean dan berjalan ke sana. Anehnya orang-orang di pasar itu tidak terganggu atau tidak melihat beradaan Leo dan Sean. Mereka saling melirik dan mengangkat bahu, berjal

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 64 Leo dan Sean Memulai Perjalanan 2

    "Hah, ranselnya berat sekali. Tante, Paman. Alat sihirnya kenapa banyak sekali?" keluh Leo yang memasukan alat sihir ke kantung ajaib yang diberikan Eleanor. "Ini pasti akan berguna. Karena kita tidak bisa membantu dengan cepat. Setidaknya benda-benda ini bisa menolongmu di situasi genting," jelas Elanor yang mengelus rambut Leo. "Nak, bawa obat-obatan medis ini. Komandan Tommy, memberitahu barang tambahanmu," ucap Serenity sambil terisak-isak menahan tangisnya dan menyodorkan kotak medis lengkap lalu dimasukan ke dalam ransel. "Oh, iya. Terima kasih, Tante dan Ibu Serenity. Kalian jangan menangis dong. Aku makin sedih." Leo menghampiri dua wanita dewasa yang tidak kuasa menahan tangisan. Leo memeluk erat kedua orang yang sudah dianggapnya sebagai ibu. "Aku akan baik-baik saja. Ada Kak Sean bersamaku. Kalian jaga kesehatan dan aku titip adik-adikku, ya. Kalau nakal pukul dan hukum mereka, oke." Leo mengecup kedua kening dan pipi Eleanor dan Serenity. Leo juga menghapus air mata m

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 63 Leo dan Sean Memulai Perjalanan 1

    "Oh, Zena Blitz, kan? Aku ingat sekarang. Dia juga bilang sudah tidak punya keluarga lagi selain ayahnya. Oh, anak yang malang." Leo membekap mulutnya dan merasakan kesedihan itu. "Kalau yang dibicarakan Pedro, aku lupa-lupa ingat namanya. Tapi, wajahnya aku ingat." Lanjut Leo yang sedang berpikir keras. "Sama aku pun. Yang aku ingat anak itu menyebalkan! Paling sombong dan arogan," seru Charless yang menepuk bahu Leo. Leo hanya tersenyum dan mengangguk. "Oh, orang itu. Aku ingat yang rambutnya cokelat muda hampir ke blonde gitu. Hmm ... Haden Lodern! Yah, itu!" teriak Arthur yang menghampiri Leo dan Charless. "Ah, itu! Aku ingat! Pria paling menyebalkan," seru Angellia yang mengingat hal itu lagi. Memori yang kelam saat dijahili dan ditinggalkan di ruangan gelap oleh Haden itu. "Yah, sudah. Leo dan Mayor Sean bersiap-siaplah. Bawa semua perlengkapan. Jika ada yang kurang hubungi Komandan Tommy. Nanti makan siang bergabung lagi," per

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 62 Pelatihan Dasar

    "Oke, baguslah. Hati-hatilah, jaga Leo dengan baik. Dia keluarga Albiano dan keluarga Pierce juga." Charless menepuk-nepuk bahu Sean. Sean pun mengangguk dan memberi hormat ke Charless dan Leo. "Angel! Dekati saja. Sana!" teriak Arthur yang mendorong Angellia yang terus menatap dalam Vincent. Vincent yang membalas tatapan itu dengan senyuman manisnya. "Ada apa, Nona?" tanya Vincent dengan lembut. Angellia terdiam dan tersipu malu. "Ja-jangan panggil nona. Panggil saja nama. Boleh? Bisa?" tanya Angellia yang memegang lengan kekar itu. Vincent melirik Aroon dan dijawab dengan mengangguk setuju. "Baik, Angellia? Atau Angel?" Vincent mengedipkan mata. Angellia langsung meleleh dan Arthur merasa kesal. "Hm, Angel saja. Asik! Punya kakak baru lagi!" teriak Angellia dengan memeluk Vincent. Vincent terkejut dan membalas pelukan itu. "Boleh? Aku anggap kakak juga?" Angellia mendongak. Membuat pria tinggi besar itu tersentuh dan meng

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 61 Sean Pearl

    "Argh! Sakit!" jerit salah satu kandidat, yang berbohong dan menerima hukuman setrum kejut listrik yang dipasang seluruh tubuh. Tubuhnya berasap dan kelojotan keberbagai arah. Dia jatuh dari kursi dan semakin kejang-kejang. "Sudah kamu cek?" tanya Aroon yang menatap sinis orang dihadapannya itu. "Sudah, Pak. Betul, dia berbohong." Komandan menekan terus tombol on off setrum kejut listrik itu. "Hah! Padahal dia bisa jadi ajudan ke-3 istriku. Tambah dayanya! Jangan dibangkitkan lagi. Bunuh!" perintah Aroon yang memukul meja. Dia kesal masih saja kecolongan dapat penyusup dan pengkhianat. Tinggal dua orang lagi, dua-duanya lolos dengan nilai terbaik. Hanya beda 5 poin diantara mereka. Kandidat nama 012 alias Vincent Peach akan menjadi ajudan Si Kembar. Aroon mengurungkan niat untuk menjadikan Vincent ajudan Ke-3 istrinya. Karena kurang efektif dan keahliannya lebih cocok untuk Si Kembar. Sean Pearl menjadi ajudan Leo untuk membantu dan melindungi

DMCA.com Protection Status