Dua hari kemudian, Maha Patih Ramanggala mengadakan kunjungan ke barak prajurit yang ada di tepi pantai di wilayah utara kerajaan Bumi.
Saat itu, maha patih langsung menggelar pertemuan dengan para petinggi prajurit yang bertugas di wilayah tersebut. Ada banyak hal yang dibahas dalam perundingan itu, salah satunya adalah terkait pertahanan di wilayah itu."Ada beberapa meriam yang sudah tiba di barak ini?" tanya Maha Patih Ramanggala mengarah kepada Panglima Bonggala."Ada sekitar 20 meriam, Gusti Maha Patih," jawab Panglima Bonggala bersikap ramah.Panglima Bonggala merupakan seorang kepercayaan sang raja yang ditugaskan untuk memimpin pasukan khusus yang ada di barak tersebut. Ia bertugas bersama lima ribu prajurit dibantu oleh Panglima Bramasta dari kepatihan Dang Resta yang sewaktu-waktu datang ke barak tersebut untuk memastikan keamanan di wilayah itu yang masuk ke dalam pemerintahan kepatihan Dang Resta. Karena dirinya menjadi seorang punggawa yang bertanggAkan tetapi, Panglima Jumarata tampak seperti memiliki kekuatan baru. Dengan pergerakan yang sangat cepat dan lincah, ia mampu bangkit kembali, dan langsung memburu lawannya dengan sebilah pedang dalam genggaman tangannya yang ia sabetkan secara beruntun kepada lawan tandingnya itu."Aku tidak akan pernah kalah oleh prajurit sepertimu!" bentak Panglima Jumarata langsung menyerang dengan begitu ganasnya.Pertarungan keduanya pun kembali berlangsung dengan begitu sengit, diwarnai oleh permainan pedang, dan tendangan serta pukulan silih berganti.Namun, sang prajurit kerajaan Bumi, ternyata lebih unggul dan menguasai jalannya pertarungan tersebut.Hingga pada akhirnya, ia pun dapat mengalahkan Panglima Jumarata dan berhasil melukai pergelangan tangan lawannya dengan sabetan pedangnya."Kau memang beruntung. Tapi ingat! Aku akan kembali membalas semuanya," kata Panglima Jumarata sambil meringis menahan sakit.Tanpa terduga sebuah tendangan keras meluncur dengan sangat
Baru saja Raja Wanara hendak memerintahkan Senapati Sumadra agar segera melakukan persiapan perang. Ternyata, ketika sang raja tiba di barak prajurit, Senapati Sumadra yang kini telah menjadi seorang patih di wilayah kepatihan Waraya barat, sudah lebih dulu mengatur pasukan khususnya. Ia tengah memberi petunjuk kepada para prajuritnya agar bersiaga di posisi yang sudah ditentukan.Melihat kedatangan sang raja, Patih Sumadra dan Panglima Burma langsung bangkit dan menjura, menyambut kedatangan sang raja bumi.Demikian pula dengan para prajurit yang ada di tempat itu, secara serentak mereka pun menjura menyambut kedatangan pimpinan tertinggi di kerajaan Bumi."Selamat datang, Baginda Raja. Terimalah salam hormat kami," sambut Patih Sumadra sambil membungkukkan badan.Raja Wanara tersenyum lebar, dan langsung melakukan perbincangan dengan Patih Sumadra dan Panglima Burma sambil berdiri di tengah-tengah barisan para prajuritnya."Langkah pertama yang hendak dila
Panglima Burma dan para prajuritnya semakin emosi saja mendengar ucapan dari Panglima Darma Seta yang terkesan sombong itu.Dengan demikian, Panglima Burma langsung maju beberapa langkah, dari tangannya sudah tampak sebilah pedang yang siap ia sabetkan ke arah leher Panglima Darma Seta.Akan tetapi, Raja Wanara segera menyeru kepada panglimanya itu, "Hentikan, Panglima! Biarkan saja orang ini berkata semaunya, kita dengarkan saja!" cegah sang raja bersikap tenang.Panglima Burma pun langsung mengurungkan niatnya dan kembali surut ke belakang.Mendengar ucapan Raja Wanara, Panglima Darma Seta lantas tertawa lepas, "Ha ... ha ... ha ...." Lalu berkata dengan sikap angkuh dan jumawa, "Oh, jadi kalian ini belum mengenalku? Asal kalian tahu, aku ini seorang panglima prajurit dari kerajaan Pulau Gelatik. Aku sengaja datang ke tempat ini untuk membekukmu, raja jadi-jadian pengacau bumi! Aku rasa, kau harus menyerah sebelum kerajaan ini hancur!"Sikap Panglima Darma
Keesokan harinya, pasukan kerajaan Bumi yang dipimpin oleh Panglima Burma langsung bergerak ke timur hendak menuju wilayah kepatihan Waraya timur.Pasukan tersebut berbasis di wilayah kepatihan Waraya barat. Mereka akan langsung melakukan serangan terhadap pasukan kerajaan Pulau Gelatik yang sudah hampir satu pekan menduduki sebagian wilayah tenggara kepatihan Waraya timur yang kala itu belum terkendali sepenuhnya oleh pihak kerajaan Bumi.Kepatihan Waraya timur masih kosong dan tidak memiliki pemerintahan setelah kaburnya patih yang memimpin di wilayah kepatihan tersebut, karena menolak untuk bergabung dengan pihak kerajaan Bumi."Apakah sang raja dan gusti Patih sudah berangkat, Panglima?" tanya seorang prajurit senior yang memacu derap langkah kudanya bersebelahan dengan kuda yang ditunggangi sang panglima."Kau tidak perlu memikirkan sang raja dan gusti patih! Mereka akan bergerak sore nanti bersama pasukan yang dipimpin oleh Ki Butrik," jawab Panglima Burma
Setelah tiba di sebuah hutan yang berada di batas wilayah kepatihan Waraya timur dan wilayah kepatihan Waraya barat. Para prajurit kerajaan Pulau Gelatik langsung bersiap siaga untuk menghadang rombongan Raja Wanara dan Patih Sumadra yang diperkirakan akan tiba pada sore nanti melintasi jalan tersebut.Dengan demikian, salah seorang prajurit senior yang dipercaya oleh Panglima Darma Seta dalam memimpin pasukan tersebut, segera memerintahkan para prajurit lainnya untuk langsung bersiap di posisi masing-masing."Kita bersiap di sini! Beritahukan kepada semua prajurit agar menyebar dan bersembunyi terlebih dahulu!" perintah prajurit senior itu kepada kawan-kawannya.Dengan serta-merta, para prajurit itu langsung menyebar sesuai tempat yang sudah ditentukan menunggu datangnya sang raja bumi dan para pengawalnya."Ini adalah tugas yang tidak dipikirkan secara matang oleh Panglima Darma Seta," ujar salah seorang prajurit berkata kepada kawannya.Dua praj
Setibanya di tempat yang dituju, Raja Wanara dan rombongan prajurit pengawalnya langsung disambut hangat oleh Panglima Burma dan para prajurit yang sudah lebih dulu berada di tempat tersebut.Bersama Panglima Burma, dan Patih Sumadra, sang raja langsung melakukan sebuah perbincangan di dalam tenda khusus yang didirikan untuk tempat beristirahat sang raja bumi.Ada banyak hal yang langsung dibahas oleh sang raja kala itu, salah satunya adalah tentang rancangan perang yang akan digelar dua hari ke depan."Tujuan dari perang ini kita harus segera menguasai wilayah kepatihan Waraya timur! Karena pada saat dalam kondisi kekosongan pemerintahan di wilayah ini, akan ada banyak sekali niat jahat dari pihak musuh untuk menguasai wilayah ini. Kita harus sesegera mungkin mengambil alih pemerintahan di wilayah kepatihan Waraya timur!" ujar sang raja menuturkan di sela perbincangannya dengan Panglima Burma dan Patih Sumadra."Baik, Baginda. Hamba telah mempersiapkan pasukan d
Dua hari berikutnya, Panglima Burma sudah berada di barisan terdepan di antara ribuan prajuritnya yang berjumlah sekitar sepuluh ribu orang, yang terdiri dari tiga angkatan perang.Pasukan pedang dan pasukan tombak berada di barisan depan, di barisan tengah diisi oleh pasukan panah, dan di barisan belakang tampak ribuan pasukan kuda berjajar rapi dengan persenjataan lengkap menyanggul di punggung mereka.Tidak lama setelah itu, datang sang raja bersama Patih Sumadra, dan juga Ki Butrik. Raja Wanara langsung berdiri di hadapan ribuan prajuritnya itu.Lantas, ia menyeru, "Hari ini kita akan melakukan serangan terhadap pihak prajurit kerajaan Pulau Gelatik yang sudah berani menginjakkan kaki di wilayah kerajaan Bumi. Untuk itu, aku meminta kepada kalian semua, agar bersungguh-sungguh dalam melakukan pertempuran ini! Kita terlahir dari darah para pejuang, maka berjuanglah dengan segenap keberanian kalian!"Para prajurit pun langsung menyahut dengan suara bergemuruh,
Dalam pertempuran tersebut, Raja Wanara berhasil membinasakan Panglima Darma Seta dan juga Umaya hanya dalam tempo yang sangat singkat.Setelah tewasnya Panglima Darma Seta dan Umaya sebagai petinggi dari pasukan kerajaan Pulau Gelatik. Maka, pertempuran itu pun mulai mereda, ada sebagian prajurit yang langsung menyerahkan diri kepada pihak kerajaan Bumi, ada pula sebagian dari mereka yang memilih kabur ke dalam hutan, karena takut mendapatkan hukuman mati dari Raja Wanara.Akan tetapi, dalam pertempuran tersebut. Para prajurit telik sandi mengetahui bahwa ada pihak lain dari pasukan Pulau Gelatik yang bertempur dengan para prajurit kerajaan Bumi.Prajurit telik sandi langsung memberi tahukan hal tersebut kepada panglima mereka."Mohon maaf, Panglima. Kami menemukan adanya pihak lain yang menyusup ke dalam satuan pasukan kerajaan Pulau Gelatik," ujar seorang prajurit senior dari prajurit khusus telik sandi."Siapa mereka?" tanya sang panglima menan