Home / Fantasi / Wanara / Pertarungan Raja Wanara dengan Panglima Darma Seta

Share

Pertarungan Raja Wanara dengan Panglima Darma Seta

Author: CahyaGumilar79
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Panglima Burma dan para prajuritnya semakin emosi saja mendengar ucapan dari Panglima Darma Seta yang terkesan sombong itu.

Dengan demikian, Panglima Burma langsung maju beberapa langkah, dari tangannya sudah tampak sebilah pedang yang siap ia sabetkan ke arah leher Panglima Darma Seta.

Akan tetapi, Raja Wanara segera menyeru kepada panglimanya itu, "Hentikan, Panglima! Biarkan saja orang ini berkata semaunya, kita dengarkan saja!" cegah sang raja bersikap tenang.

Panglima Burma pun langsung mengurungkan niatnya dan kembali surut ke belakang.

Mendengar ucapan Raja Wanara, Panglima Darma Seta lantas tertawa lepas, "Ha ... ha ... ha ...." Lalu berkata dengan sikap angkuh dan jumawa, "Oh, jadi kalian ini belum mengenalku? Asal kalian tahu, aku ini seorang panglima prajurit dari kerajaan Pulau Gelatik. Aku sengaja datang ke tempat ini untuk membekukmu, raja jadi-jadian pengacau bumi! Aku rasa, kau harus menyerah sebelum kerajaan ini hancur!"

Sikap Panglima Darma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sam Bai Sam Bai
update nya mana dan perbanyakan lagi ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanara   Rencana Penghadangan terhadap Raja Bumi

    Keesokan harinya, pasukan kerajaan Bumi yang dipimpin oleh Panglima Burma langsung bergerak ke timur hendak menuju wilayah kepatihan Waraya timur.Pasukan tersebut berbasis di wilayah kepatihan Waraya barat. Mereka akan langsung melakukan serangan terhadap pasukan kerajaan Pulau Gelatik yang sudah hampir satu pekan menduduki sebagian wilayah tenggara kepatihan Waraya timur yang kala itu belum terkendali sepenuhnya oleh pihak kerajaan Bumi.Kepatihan Waraya timur masih kosong dan tidak memiliki pemerintahan setelah kaburnya patih yang memimpin di wilayah kepatihan tersebut, karena menolak untuk bergabung dengan pihak kerajaan Bumi."Apakah sang raja dan gusti Patih sudah berangkat, Panglima?" tanya seorang prajurit senior yang memacu derap langkah kudanya bersebelahan dengan kuda yang ditunggangi sang panglima."Kau tidak perlu memikirkan sang raja dan gusti patih! Mereka akan bergerak sore nanti bersama pasukan yang dipimpin oleh Ki Butrik," jawab Panglima Burma

  • Wanara   Ketangguhan Para Prajurit Kerajaan Bumi

    Setelah tiba di sebuah hutan yang berada di batas wilayah kepatihan Waraya timur dan wilayah kepatihan Waraya barat. Para prajurit kerajaan Pulau Gelatik langsung bersiap siaga untuk menghadang rombongan Raja Wanara dan Patih Sumadra yang diperkirakan akan tiba pada sore nanti melintasi jalan tersebut.Dengan demikian, salah seorang prajurit senior yang dipercaya oleh Panglima Darma Seta dalam memimpin pasukan tersebut, segera memerintahkan para prajurit lainnya untuk langsung bersiap di posisi masing-masing."Kita bersiap di sini! Beritahukan kepada semua prajurit agar menyebar dan bersembunyi terlebih dahulu!" perintah prajurit senior itu kepada kawan-kawannya.Dengan serta-merta, para prajurit itu langsung menyebar sesuai tempat yang sudah ditentukan menunggu datangnya sang raja bumi dan para pengawalnya."Ini adalah tugas yang tidak dipikirkan secara matang oleh Panglima Darma Seta," ujar salah seorang prajurit berkata kepada kawannya.Dua praj

  • Wanara   Dua Hari Menjelang Perang

    Setibanya di tempat yang dituju, Raja Wanara dan rombongan prajurit pengawalnya langsung disambut hangat oleh Panglima Burma dan para prajurit yang sudah lebih dulu berada di tempat tersebut.Bersama Panglima Burma, dan Patih Sumadra, sang raja langsung melakukan sebuah perbincangan di dalam tenda khusus yang didirikan untuk tempat beristirahat sang raja bumi.Ada banyak hal yang langsung dibahas oleh sang raja kala itu, salah satunya adalah tentang rancangan perang yang akan digelar dua hari ke depan."Tujuan dari perang ini kita harus segera menguasai wilayah kepatihan Waraya timur! Karena pada saat dalam kondisi kekosongan pemerintahan di wilayah ini, akan ada banyak sekali niat jahat dari pihak musuh untuk menguasai wilayah ini. Kita harus sesegera mungkin mengambil alih pemerintahan di wilayah kepatihan Waraya timur!" ujar sang raja menuturkan di sela perbincangannya dengan Panglima Burma dan Patih Sumadra."Baik, Baginda. Hamba telah mempersiapkan pasukan d

  • Wanara   Pertempuran Di Tengah Sabana

    Dua hari berikutnya, Panglima Burma sudah berada di barisan terdepan di antara ribuan prajuritnya yang berjumlah sekitar sepuluh ribu orang, yang terdiri dari tiga angkatan perang.Pasukan pedang dan pasukan tombak berada di barisan depan, di barisan tengah diisi oleh pasukan panah, dan di barisan belakang tampak ribuan pasukan kuda berjajar rapi dengan persenjataan lengkap menyanggul di punggung mereka.Tidak lama setelah itu, datang sang raja bersama Patih Sumadra, dan juga Ki Butrik. Raja Wanara langsung berdiri di hadapan ribuan prajuritnya itu.Lantas, ia menyeru, "Hari ini kita akan melakukan serangan terhadap pihak prajurit kerajaan Pulau Gelatik yang sudah berani menginjakkan kaki di wilayah kerajaan Bumi. Untuk itu, aku meminta kepada kalian semua, agar bersungguh-sungguh dalam melakukan pertempuran ini! Kita terlahir dari darah para pejuang, maka berjuanglah dengan segenap keberanian kalian!"Para prajurit pun langsung menyahut dengan suara bergemuruh,

  • Wanara   Kemenangan Pasukan Kerajaan Bumi

    Dalam pertempuran tersebut, Raja Wanara berhasil membinasakan Panglima Darma Seta dan juga Umaya hanya dalam tempo yang sangat singkat.Setelah tewasnya Panglima Darma Seta dan Umaya sebagai petinggi dari pasukan kerajaan Pulau Gelatik. Maka, pertempuran itu pun mulai mereda, ada sebagian prajurit yang langsung menyerahkan diri kepada pihak kerajaan Bumi, ada pula sebagian dari mereka yang memilih kabur ke dalam hutan, karena takut mendapatkan hukuman mati dari Raja Wanara.Akan tetapi, dalam pertempuran tersebut. Para prajurit telik sandi mengetahui bahwa ada pihak lain dari pasukan Pulau Gelatik yang bertempur dengan para prajurit kerajaan Bumi.Prajurit telik sandi langsung memberi tahukan hal tersebut kepada panglima mereka."Mohon maaf, Panglima. Kami menemukan adanya pihak lain yang menyusup ke dalam satuan pasukan kerajaan Pulau Gelatik," ujar seorang prajurit senior dari prajurit khusus telik sandi."Siapa mereka?" tanya sang panglima menan

  • Wanara   Kebangkitan Para Prajurit Rawamerta

    Beberapa hari setelah terusirnya pasukan kerajaan Pulau Gelatik yang berusaha untuk merebut wilayah kepatihan Waraya timur dari tangan pihak kerajaan Bumi.Tiba-tiba muncul sebuah serangan terhadap para penduduk yang berada di kuta Astuka yang berada di pesisir pantai wilayah kepatihan Waraya timur.Para pelaku teror tersebut adalah ratusan mantan prajurit kerajaan Rawamerta yang masih menyimpan dendam terhadap Raja Wanara dan para pasukannya. Sehingga mereka pun melampiaskan dendam tersebut kepada rakyat yang tidak berdosa yang ada di wilayah kuta Astuka.Para penduduk di kuta tersebut dibantai dan disiksa habis-habisan oleh para prajurit itu. Bahkan mereka tidak segan-segan membunuh para penduduk yang tidak bersalah demi menunjukkan keberadaan mereka kepada pihak kerajaan, bahwa mereka sudah kembali bangkit dan siap melakukan serangan dan teror kembali terhadap pihak kerajaan Bumi.Kuta Astuka merupakan sebuah daerah yang berada di bibir pantai wilayah tenggara

  • Wanara   Sebuah Rencana dari Panglima Jandalaka

    Setelah melakukan tindakan keji, membantai para penduduk kuta Astuka. Beberapa orang pimpinan prajurit Rawamerta bersama para prajuritnya sudah berada di markas mereka yang ada di dalam hutan di pinggiran desa terpencil wilayah kepatihan Waraya timur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kuta Astuka.Namun, mereka pun sudah melepaskan beberapa orang penduduk yang berusia lanjut, dan hanya menahan sebagian or duduk yang masih berusia muda saja. Karena para pemuda tersebut, hendak mereka jadikan sebagai prajurit untuk menguatkan pertahanan kelompok mereka.Menjelang sore, Panglima Yandradipa bersama enam ratus prajuritnya sudah tiba di kuta Astuka. Di sebuah desa kecil yang ada di wilayah pinggiran kuta Astuka, mereka langsung mendirikan perkemahan sebagai tempat beristirahat sekaligus pertahanan para prajurit kerajaan Bumi dalam melakukan misi pengamanan terhadap para penduduk di wilayah itu."Tolong perintahkan seratus orang prajurit untuk berpatroli ke desa

  • Wanara   Menyerbu Markas Prajurit Rawamerta

    Keesokan harinya, Panglima Yandradipa langsung mengumpulkan para prajuritnya. Pagi itu ia akan memimpin upacar pelepasan pasukannya yang hendak melakukan penyerbuan ke dalam hutan yang menjadi wilayah pertahanan para prajurit Rawamerta.Sekitar dua ratus prajurit yang ditugaskan hari itu, adalah para prajurit khusus yang sudah terlatih dan mempunyai kemampuan tinggi ketika bertempur di dalam hutan yang memiliki medan sulit."Aku harap kalian berhati-hati dalam melaksanakan tugas ini! Jangan sembarangan bertindak, semua harus patuh kepada prajurit senior yang aku tunjuk sebagai pimpinan kalian!" ujar sang panglima di sela pembicaraannya dalam upacara pelepasan pasukan khusus itu.Setelah itu, Panglima Yandradipa menunjuk dua orang prajurit seniornya untuk menjadi pemimpin dalam melakukan penyerbuan tersebut.Dua ratus prajurit itu, terdiri dari beberapa angkatan perang yang syarat pengalaman dan ada pula di antara mereka merupakan mantan prajurit kerajaan Rawamert

Latest chapter

  • Wanara   Kunjungan Persahabatan

    Setelah berhasil mengalahkan siluman-siluman tersebut, Raja Wanara langsung mengajak para senapatinya untuk kembali ke tenda saat itu juga. Sementara itu, kedua permaisurinya pun sudah terjaga dari tidur mereka, dan tengah menunggu kedatangan suami mereka dengan perasaan cemas. Setibanya di perkemahan, sang raja segera memerintahkan kepada para prajuritnya agar tidak lengah dan bersiaga penuh secara bergiliran. Karena, sang raja khawatir akan datang kembali teror dari para siluman utusan Raja Nainggolo. "Sebaiknya, kalian tetap bersiaga dan berjaga secara bergiliran!" kata sang raja mengarah kepada salah seorang prajurit senior yang bertanggung jawab atas tugas keamanan di perkemahan tersebut. "Baik, Baginda Raja. Hamba akan segera mengaturnya," jawab prajurit senior itu. Malam terasa semakin dingin, suasana pun sudah mulai sepi. Tidak terlalu gaduh oleh hilir-mudik para prajurit, karena sebagian dari mereka sudah terlelap tidur. Dan hanya men

  • Wanara   Pertarungan Raja Wanara dengan Siluman

    Siluman itu sangat tangguh. Ia dapat bertarung dengan sebaik-baiknya. Meskipun usianya sudah tua, namun ia memiliki pengalaman dan kemampuan memancing Raja Wanara dengan gerak tipu yang diperagakannya."Kau telah melumpuhkan kawanku, maka terimalah pembalasan dariku ini!" bentak siluman itu bersuara keras dan terdengar parau."Berhentilah! Jangan kau menganggu kami!" Raja Wanara pun balas membentak sambil meloncat tinggi dan memukul keras kepala makhluk tersebut.Sontak tubuh siluman itu terhempas jauh hingga membentur batu padas yang ada di sekitaran tempat tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Siluman itu bangkit dan menggeram sambil menatap tajam wajah sang raja, dari mulutnya menyemburkan api bak seekor naga."Hati-hati, Baginda Raja!" teriak Senapati Jasena tampak khawatir melihat pemandangan seperti itu.Raja Wanara hanya tersenyum sambil meloncat tinggi demi menghindari serangan dari siluman tersebut yang menyemburkan api dar

  • Wanara   Raja Wanara Bertarung dengan Dua Siluman

    Pada malam harinya, Raja Wanara dan ketiga senapatinya tengah berbincang santai di depan tenda sambil menikmati sajian sederhana yang tersedia di hadapan mereka.Sementara itu, Santika dan Sekar Widuri sudah terlelap tidur di dalam tenda dengan dikawal ketat oleh para prajurit wanita yang menjadi pengawal pribadi sang ratu."Susana malam ini sangat dingin sekali. Akan tetapi, langit sangat cerah dan bulan pun bersinar terang. Sungguh indah luar biasa," desis Senapati Yandradipa mengangkat wajahnya menatap keindahan langit yang tampak cerah itu."Mungkin ini pertanda akan datangnya musim kemarau, setelah lama kita mengalami musim Siak," sahut sang raja sambil menikmati hidangan sederhana yang disajikan oleh para pelayannya.Kemudian, Senapati Jasena menyahut pula, "Iya, Baginda. Sepertinya ini memang sudah waktunya pergantian musim."Raja Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian mengangkat wajahnya dan memandangi langit yang tampak cerah itu, ser

  • Wanara   Lembah Kalen Laes

    Ketika matahari sudah terik dan terasa panas menyengat. Maka, Senapati Jasena langsung menyeru kepada para prajuritnya untuk segera beristirahat dan mendirikan tenda di sebuah hutan yang ada di bawah perbukitan dekat dengan lembah Kalen Laes yang masih masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip bagian timur."Sebaiknya kita beristirahat saja dulu! Ini adalah tempat yang bagus, sang raja pasti menyukai tempat ini!" seru Senapati Jasena. "Kalian segera dirikan perkemahan dan persiapkan makanan untuk sang raja dan permaisurinya!" sambung Senapati Jasena kepada para prajurit dan juga para pelayan yang ikut dalam rombongan tersebut."Baik, Gusti Senapati," sahut salah seorang pimpinan pelayan tersebut menjura kepada sang senapati.Setelah itu, mereka pun langsung membagi tugas dengan mendirikan tenda terlebih dahulu untuk dijadikan tempat penyimpanan bahan-bahan makanan. Setelah itu, mereka segera mempersiapkan kebutuhan untuk memasak dengan dibantu oleh puluhan p

  • Wanara   Perjalanan Panjang

    Setelah kematian Rosapati, akhirnya para pendekar dari gerombolan tersebut, merasakan bahwa mereka telah dikelilingi oleh beberapa prajurit yang kuat. Mereka menyerang dengan begitu semangat dari berbagai penjuru.Demikian pula dengan Senapati Yamadaka dan Senapati Yandradipa, mereka memiliki ketangkasan dalam memainkan pedang mereka. Sehingga lawan-lawannya tidak pernah berhasil menyentuh tubuh kedua senapati itu dengan ujung senjata mereka."Kita sudah akal dan cara untuk mengalahkan para prajurit itu, kita tidak bisa lagi melanjutkan perlawanan terhadap mereka. Sebaiknya kita lari saja dari tempat ini! Kau lihat sendiri, Rosapati pun sudah binasa!" ujar salah seorang pendekar dari kelompok pemberontak itu. Ia mulai ragu melihat pemandangan seperti itu.Kawannya itu hanya dapat menggeram dan menahan kemarahan karena ia dan kawan-kawannya tidak dapat membebaskan diri dari cengkraman para prajurit kerajaan Bumi. Lawannya yang mereka hadapi ternyata memiliki

  • Wanara   Dihadang Oleh Sekelompok Pengacau Keamanan

    Ketika rombongan Raja Wanara sudah tiba di sebuah hutan yang berada di luar wilayah kerajaan Bumi. Tepatnya di sebuah alas yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan kerajaan Bayu Urip, tenyata rombongan tersebut sudah dihadapkan dengan sebuah ancaman dari kelompok kecil yang sering melakukan teror di wilayah kerajaan Bayu Urip. Mereka berusaha untuk melakukan tindakan penghadangan terhadap rombongan Raja Wanara.Para prajurit yang mengawal sang raja tampak siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena mereka sudah diberi tugas secara langsung oleh Senapati Jasena pada setiap kelompok yang ada di bawah pimpinan panglima masing-masing. Senapati Jasena telah memerintahkan para prajuritnya untuk melawan siapa saja yang dianggap berbahaya terhadap keselamatan sang raja dan kedua permaisurinya."Siapa mereka?" tanya sang raja mengerutkan kening sambil mengamati puluhan orang bersenjatakan pedang berbaris rapi menghadang di tengah jalan.Kemudian,

  • Wanara   Sang Raja Meninggalkan Istana

    Keesokan harinya, Senapati Jasena dan para prajuritnya langsung melakukan persiapan jelang keberangkatan mereka pada hari itu menuju ke wilayah kerajaan Buana Loka, dalam rangka kunjungan persahabatan dari pihak kerajaan Bumi kepada pihak kerajaan Buana Loka yang merupakan sebuah kerajaan sahabat yang kini menjadi sekutu kerajaan Bumi.Dengan gagahnya, ia melangkah menuju ke barak para pelayan yang berada di belakang barak prajurit. Sang senapati langsung menghampiri salah seorang kepala pelayan yang hendak ikut dalam rombongan Raja Wanara."Selamat datang di barak kami, Gusti Senapati," ujar seorang pria berusia sekitar 30 tahun dengan sikap ramahnya menjura kepada sang senapati.Senapati Jasena hanya tersenyum, lalu berkata, "Sebaiknya pedati yang mengangkut barang logistik kebutuhan makanan dan lainnya langsung dikeluarkan sekarang! Tunggu di depan istana, sebentar lagi kita akan segera berangkat!" perintah Senapati Jasena kepada para pelayan istana dan kusir yang

  • Wanara   Dua Ratu Bijaksana

    Satu hari menjelang keberangkatan rombongan sang raja. Maka, Senapati Jasena dan dua senapati lainnya yang hendak ikut mengawal sang raja sudah mempersiapkan segalanya yang tentu akan dibutuhkan dalam melakukan perjalanan jauh tersebut."Apakah kita perlu membawa pasukan panah, Senapati?" tanya Senapati Yandradipa mengarah kepada Senapati Jasena yang merupakan panglima senior di kerajaan Bumi."Aku rasa mereka sangat penting untuk dilibatkan dalam pengawalan ini. Kau siapkan 50 prajurit panah yang benar-benar memiliki kemampuan tinggi! Sisanya bawa saja para prajurit campuran dan jangan lupa sertakan lima orang kusir pedati yang akan membawa barang-barang keperluan logistik dan peralatan lainnya!" jawab Senapati Jasena menuturkan.Dengan demikian, Senapati Yandradipa dan Senapati Yamadaka langsung meluncur ke barak prajurit yang berada di belakang istana utama, untuk menyiapkan para prajuritnya yang akan diperintahkan untuk mengawal sang raja dan kedua perma

  • Wanara   Dua Pengawal Baru Sang Raja

    Pagi itu, Panglima Yandradipa dan Yamadaka sudah berada di ruang utama istana kerajaan Bumi. Mereka datang memenuhi undangan dari sang raja, bahkan dijemput langsung oleh utusan istana yang diperintahkan oleh sang raja menjemput kedua punggawanya ke istana kepatihan Waraya timur."Aku sangat senang mendapat kabar tentang keberhasilan kalian," ujar sang raja tampak semringah. "Oleh sebab itu, kalian aku minta untuk datang ke istana ini. Karena, sang guru sepuh memintaku untuk menganugerahkan gelar kepada kalian berdua," sambung sang raja menyampaikan maksud dan tujuannya dalam mengundang kedua punggawanya tersebut.Panglima Yandradipa dan Yamadaka saling berpandangan, raut wajah mereka tampak semringah. Dengan kompaknya mereka menjura kepada Raja Wanara dan Maha Patih Ramanggala."Terima kasih, Baginda Raja. Ini merupakan bentuk penghormatan Baginda terhadap kami berdua," sahut Panglima Yandradipa sambil membungkukkan badan di hadapan sang raja.Raja Wan

DMCA.com Protection Status