Setelah melakukan tindakan keji, membantai para penduduk kuta Astuka. Beberapa orang pimpinan prajurit Rawamerta bersama para prajuritnya sudah berada di markas mereka yang ada di dalam hutan di pinggiran desa terpencil wilayah kepatihan Waraya timur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kuta Astuka.
Namun, mereka pun sudah melepaskan beberapa orang penduduk yang berusia lanjut, dan hanya menahan sebagian or duduk yang masih berusia muda saja. Karena para pemuda tersebut, hendak mereka jadikan sebagai prajurit untuk menguatkan pertahanan kelompok mereka.Menjelang sore, Panglima Yandradipa bersama enam ratus prajuritnya sudah tiba di kuta Astuka. Di sebuah desa kecil yang ada di wilayah pinggiran kuta Astuka, mereka langsung mendirikan perkemahan sebagai tempat beristirahat sekaligus pertahanan para prajurit kerajaan Bumi dalam melakukan misi pengamanan terhadap para penduduk di wilayah itu."Tolong perintahkan seratus orang prajurit untuk berpatroli ke desaKeesokan harinya, Panglima Yandradipa langsung mengumpulkan para prajuritnya. Pagi itu ia akan memimpin upacar pelepasan pasukannya yang hendak melakukan penyerbuan ke dalam hutan yang menjadi wilayah pertahanan para prajurit Rawamerta.Sekitar dua ratus prajurit yang ditugaskan hari itu, adalah para prajurit khusus yang sudah terlatih dan mempunyai kemampuan tinggi ketika bertempur di dalam hutan yang memiliki medan sulit."Aku harap kalian berhati-hati dalam melaksanakan tugas ini! Jangan sembarangan bertindak, semua harus patuh kepada prajurit senior yang aku tunjuk sebagai pimpinan kalian!" ujar sang panglima di sela pembicaraannya dalam upacara pelepasan pasukan khusus itu.Setelah itu, Panglima Yandradipa menunjuk dua orang prajurit seniornya untuk menjadi pemimpin dalam melakukan penyerbuan tersebut.Dua ratus prajurit itu, terdiri dari beberapa angkatan perang yang syarat pengalaman dan ada pula di antara mereka merupakan mantan prajurit kerajaan Rawamert
Hanya dalam waktu singkat, para prajurit kerajaan Bumi sudah berhasil melumpuhkan para prajurit Rawamerta yang jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Ada sebagian dari mereka yang secara sukarela menyerahkan diri kepada pihak prajurit kerajaan Bumi.Sementara itu, para pemimpin dari kelompok tersebut berhasil dibinasakan oleh Yamadaka dan para prajuritnya. Karena mereka tidak mau menyerahkan diri, dan terus melakukan perlawanan terhadap para prajurit kerajaan Bumi."Bawa mereka, dan kita segera kembali ke perkemahan!" perintah Yamadaka setelah berhasil melumpuhkan kelompok prajurit Rawamerta.Dengan demikian, pasukan tersebut langsung kembali bergerak keluar dari hutan tersebut. Ada sekitar tiga puluh prajurit musuh yang sudah menyerahkan diri langsung mereka bawa dan akan dijadikan sebagai tawanan sementara sebelum mereka diambil sumpah untuk bergabung menjadi bagian prajurit kerajaan Bumi.Menjelang tengah malam, pasukan yang dipimpin oleh Yamadaka dan Sonaji
Satu hari berikutnya, berdasarkan keterangan dan informasi dari para prajurit yang ditugaskan untuk melakukan penyelidikan terkait kasus penculikan itu. Maka sudah dapat dipastikan bahwa pelaku dari penculikan tersebut adalah kelompok pemberontak dari kalangan rakyat pesisir pantai utara yang masuk ke dalam wilayah kuta utama.Mereka ditunggangi oleh sebagian besar mantan para prajurit kerajaan Rawamerta, dan didanai sepenuhnya oleh pihak kerajaan Jantara. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan para prajurit Rawamerta yang melakukan teror di wilayah kuta Astuka."Hari ini kita jangan bertindak dulu! Biarkan mereka menghirup udara segar sebebas-bebasnya. Dua hari ke depan barulah kita akan segera bergerak melakukan penyerbuan terhadap mereka, jangan biarkan mereka lolos begitu saja!" perintah Senapati Jomara tampak geram dengan aksi teror yang sudah dilakukan oleh para pelaku penculikan tersebut."Baik, Gusti Senapati. Kami akan segera bersiap dalam melakukan
Menjelang tengah hari, Senapati Jomara dan kedua pengawalnya sudah tiba di tempat para prajurit pasukan khusus yang kala itu hendak melakukan serangan terhadap para pemberontak yang bermukim di sebuah desa yang ada di pesisir pantai utara wilayah kuta utama."Bagaimana dengan para prajurit kita? Apakah sudah siap semuanya?" tanya Senapati Jomara mengarah kepada para prajurit seniornya."Sudah, Gusti Senapati." Prajurit itu menjura sambil membungkukkan badan seraya memberi salam hormat kepada sang pemimpinnya."Perintahkan kepada semuanya untuk segera bergerak sekarang!" kata sang senapati. Lantas, ia pun segera naik ke atas kudanya sambil mengamati barisan prajurit khusus yang berjumlah sekitar seratus orang itu.Dengan demikian, salah seorang prajurit senior langsung memerintahkan kepada seluruh prajurit untuk segera bergerak menuju markas para pemberontak yang jaraknya tidak jauh dari lokasi tersebut.Setibanya di lokasi yang dituju, Senapati Jomara langsu
Sesaat kemudian, Senapati Jomara berhasil melumpuhkan Ranggasetya dengan sebuah sabetan pedang yang mengenai pundak Ranggasetya. Disusul dengan sebuah tendangan keras menghantam wajah lawannya itu, hingga menyebabkan Ranggasetya jatuh mengerang kesakitan."Apakah kau akan melanjutkan pertarungan ini?" bentak Senapati Jomara meluruskan pandangannya ke arah Ranggasetya yang sudah terpuruk di hadapannya.Ranggasetya meringis menahan rasa pedih dan sakit di sekujur tubuhnya. Ia hanya diam saja tidak dapat menjawab pertanyaan dari lawannya itu. "Senapati Jomara benar-benar telah menyerangku dengan kekuatan yang sangat dahsyat, aku tidak mungkin bisa bangkit lagi untuk melawannya," desis Ranggasetya berkata dalam hati.Sebuah jurus yang dikerahkan oleh Senapati Jomara memang dapat membingungkan lawannya. Bahkan, jika dirinya berkehendak, maka dengan sangat mudah ia akan membinasakan Ranggasetya. Namun hal tersebut tidak ia lakukan, karena sang senapati ma
Raja Wanara hari itu menetapkan posisi kedudukan para pejabat kerajaan yang akan bertugas di berbagai kepatihan yang ada di seluruh wilayah kedaulatan kerajaan Bumi."Hari ini aku akan memindahkan tugas Patih Sumadra untuk memimpin wilayah kuta utama Rawamerta dengan gelar Senapati Bumi Bagakasa. Sementara yang akan menggantikan posisinya di kepatihan Waraya barat yakni Patih Jomara dengan gelar Senapati Waraya Jaya Diningrat!" tutur sang raja mengukuhkan dua senapati andalannya.Sementara itu, untuk wilayah kepatihan Waraya timur, sang raja mempercayakan jabatan patih di wilayah kepatihan tersebut kepada Panglima Burma. Namun. Panglima Burma tampak ragu dan tidak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri dalam menerima mandat tersebut. Ia merasa bahwa dirinya masih belum cukup pengalaman dalam memimpin sebuah daerah. Apalagi suatu wilayah yang berkedudukan tinggi sebagai kepatihan."Maaf, Baginda Raja. Bukan hamba menolak titah Baginda, Tapi, hamba merasa ba
Ketika sang raja dan permaisuri sedang beristirahat. Senapati Jasena dan enam orang prajurtnya langsung bersiap hendak berangkat berburu rusa sesuai permintaan Ratu Sekar Widuri dan Ratu Santika. Kedua permaisuri menginginkan rusa panggang, sehingga ia meminta kepada sang senapati untuk melakukan perburuan di hutan tersebut."Radika!" panggil sang senapati kepada seorang prajurit senior."Iya, Gusti Senapati," sahut Radika melangkah menghampiri."Aku dan enam prajurit hendak melakukan pemburuan di hutan ini. Sebaiknya kau perintahkan kepada para prajurit lain, agar mereka tidak lengah dalam berjaga!" titah sang senapati kepada prajurit seniornya itu."Baik, Gusti Senapati. Hamba akan melaksanakan tugas ini dengan baik. Hamba akan memperketat pengawasan terhadap perkemahan ini!" tegas Radika menjura hormat kepada Senapati Jasena.Dengan demikian, Senapati Jasena dan enam orang prajurit pilihan langsung bergerak menuju ke arah timur dari lokasi perke
Setibanya di perkemahan, Senapati Jasena dan enam orang prajuritnya langsung menyerahkan empat ekor rusa hasil buruannya itu, kepada para pelayan untuk segera di masak sesuai keinginan dua permaisuri raja."Ratu meminta rusa ini untuk dipanggang guling dengan bumbu rempah di dalamnya!" kata sang senapati."Baik, Gusti Senapati," jawab salah seorang kepala pelayan yang ada di tenda tersebut.Setelah itu, Senapati Jasena langsung memerintahkan enam prajuritnya untuk beristirahat sejenak."Kalian boleh istirahat!" kata sang senapati mengarah kepada enam prajuritnya."Baik, Gusti Senapati. Kami akan segera beristirahat, setelah itu kami akan kembali berjaga," sahut salah seorang prajurit tersebut menjura kepada sang senapati.Setelah para prajurit itu berlalu dari hadapannya, maka sang senapati pun langsung berlalu dari tempat para pelayan yang tengah menyembelih rusa hasil buruan tersebut.Tiba di perkemahannya, Senapati Jasena meminta Radit