Tanpa sengaja Bella bertatapan dengan Alfa saat sedang antri makanan di kantin sekolah. Bella memutuskan tatapan itu langsung dan sedikit merasa jika pandangan Alfa padanya sedikit berbeda. Bella tak memusingkan itu dan langsung mencari tempat duduk dan makan dengan santai.
Kursi kosong yang ada di hadapannya diduduki oleh Alfa. Bella menatap Alfa yang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya.
“Aku nggak suka makan bareng orang asing. Cari kursi lain, Alfa!” ucap Bella pelan. Alfa tak menghiraukan perkataan Bella dan masih melanjutkan mengunyah makanan.
Bella menatap Alfa tak suka dan berdiri meninggalkan lelaki itu seorang diri. Melihat itu, Alfa tersenyum tipis dan berucap dengan suara pelan, “Do Eat & Resto Café,”
Bella membalikkan badannya dan menatap Alfa yang masih fokus menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Bella menghembuskan nafasnya dan tak menghiraukan ucapan Alfa barusan.
Bella memasangkan earphone tanpa
Gadis remaja ini berjalan santai di koridor sekolah. Ia tak memperdulikan tatapan orang-orang yang secara terang-terangan memindainya dari ujung sepatu hingga ujung kepalanya.Langkah kakinya menuju kelasnya yang sedang ramai entah mengapa, tiba-tiba saja mereka memberikan jalan untuk Bella lalui. Dengan rasa bangga, Bella berjalan santai melewati mereka yang menatapnya dengan ketakutan.Bella langsung saja duduk di mejanya dan memasangkan earphone di telinganya dengan santai. Guru yang mengajar tiba di kelas. Bella mengeluarkan buku pelajaran dan mulai menyerap ilmu dengan damai untuk pertama kalinya.Hingga ia kembali ke apartemennya pun tidak ada yang berani menganggunya. Untuk menantap matanya pun mereka tidak berani.*****Kejayaan Lorenza’s X benar-benar berakhir. Wanita malam yang sudah menjadi istri Papanya pun sudah meninggalkan Papanya, entah kemana, Xavia tak peduli.Xavia menunduk dan mendekati Papanya yang sangat kacau. Se
Bella tengah berdiri di bawah pohon besar menatap Daniel dan Cherry yang sedang bersama. Air matanya mengalir, ia merasa sedih menyaksikan orang yang sukai bersama orang lain.Seseorang menyodorkan sebuah ponsel. Mata Bella membelalak kaget, fotonya dan Daniel yang sedang bersama sudah di-upload di base sekolah satu detik yang lalu.Bella menoleh dan menatap sang pelaku dengan tajam. Bella menunduk, ia dapat merasakan jika kehidupan ke depannya akan kembali suram, “Kenapa kamu lakuin itu, Dika…”Pelaku itu yang tak lain adalah Dika menatap Bella dengan seringaian yang menakutkan. Bella meneguk ludahnya susah payah, langsung saja ia pergi meninggalkan Dika.Seperti biasa lengannya dicekal oleh Dika, ia kembali menoleh dan menatap Dika tak suka. “Kenapa kamu lakuin itu, Dika? Kamu nggak nyaman aku hidup tenang di sini?”Dika mengangguk, ia menarik rambut Bella. Pemuda ini mendekati telinga Bella dan berbisik tepat di te
Bella membuka matanya, ia sudah berada di Apartemennya. Seingatnya, ia pingsan di rooftop sekolah, ia tak tahu siapa yang membawanya ke sini. Tunggu… membawanya ke Apartemen? Siapa pun yang sudah membawanya ke apartemen pasti orang itu sedikit tahu siapa dirinya.Bella menepuk kepalanya, mengapa ia begitu ceroboh.Bella melihat ada kertas yang terselip di tumpukkan buku di nakas samping tempat tidur. Bella mengambil secarik kertas itu, ia membaca tulisan itu dengan pelan.“Datang ke pertandingan basket di sekolah!”Bella mengernyitkan dahi tak paham, namun, ia tetap mengikuti perintah dari seseorang yang meletakkan note di nakasnya. Mungkin saja, orang yang sama yang sudah membawanya ke Apartemen.Bella bersiap-siap dengan cepat dan langsung berangkat ke sekolah menggunakan bus.Setelah tiba di pelataran Lit High School, Bella disambut dengan berbagai tatapan yang menatapnya dengan tak suka. Bella menundukkan kepalanya, se
Bella membuka matanya, rasa nyeri masih ia rasakan di sekujur tubuhnya. Bella menatap sekitar, ia berada di sebuah kamar yang cukup asing untuknya.Bella mencoba untuk duduk, matanya tak sengaja menatap nakas yang terdapat jam weker yang menunjukkan angka 7 pagi. Bella terperanjat kaget, dengan cepat ia berdiri dan langsung bersiap-siap.Anehnya, setelah ia keluar dari kamar mandi di atas tempat tidurnya tadi sudah ada seragam khas Lit High School, entah siapa yang sudah mempersiapkan untuknya. Bella tak memikirkan itu, ia langsung mengenakan seragam itu dan langsung bergegas menuju Shelter bus terdekat.Setelah tiba di Shelter bus, Bella menarik napasnya dalam-dalam. Sambil menunggu bus tiba, ia duduk di kursi yang tersedia sembari meluruskan kakinya.Bella mencoba meregangkan beberapa bagian tubuhnya, namun lengannya tak sengaja menyentuh sesuatu yang membuatnya terjatuh.Seseorang membantunya berdiri, Bella menatap orang itu, tangan pemuda yang
Setelah cukup lama berada di ruang kesehatan, gadis remaja yang berseragam Lit High School pun beranjak pergi. Ia berjalan di koridor yang sepi, entah kemana para murid yang biasa berkeliaran di sini.Seseorang menabraknya membuat ia terjatuh terduduk di lantai dengan cara yang tak cantik, gadis yang bernama Bella hanya meringis pelan dan mendongak menatap seorang gadis yang bernama Yuri yang mengulurkan tangan.Bella menerima uluran tangan dan berdiri walau bagian belakang tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Yuri berkata tak enak hati, “Sorry, bella gue nggak sengaja.”Bella mengangguk pelan, “Nggak papa, Yuri. By the way, kamu kayaknya buru-buru banget, mau kemana, Yuri?”Gadis yang sedang berbicara dengan Bella pun menjawab dengan kekehan kecil dari mulutnya, “Mau lihat Daniel yang lagi tanding basket sama Dika. Lo mau lihat nggak, Bella?”Bella menggeleng, dan Yuri pun pergi meninggalkan Bella seorang diri.
Gelap dan mencengkam. Jemari Dika berada di atas tubuhnya, kaki pemuda itu menimpa kakinya. Bella menahan napas, matanya menatap mata Dika yang sudah menutup sempurna, deru napas pemuda itu terasa di wajahnya.Bella mencoba mengangkat tangan Dika dari atas tubuhnya, namun tak bisa. Lelaki remaja ini sangat erat memeluknya walaupun beberapa kalimat tolakkan sudah ia lontarkan dengan pedas. Pemuda ini tak peduli, justru memaksanya dengan kasar.Bella tak bisa memejamkan matanya, sebesar apapun keinginannya untuk terlelap. Suasana yang gelap dan ditemani oleh Dika, tetap saja membuat tubuhnya merinding tanpa ia cegah. Bella ketakutan, namun Dika tak menyadari itu.Bella meyakinkan diri untuk terlelap, namun saat matanya terpejam, ingatan masa lalu yang tiba-tiba datang menjadi alasannya untuk membuka matanya kembali, walaupun malam sudah larut.Jemarinya yang hendak menyentuh bagian tubuh Dika ia urungkan, selalu saja timbul keraguan di hatinya. Ia takut jik
Bella melengakkan kepalanya begitu melihat Dika yang membuka pintu bilik tempat mandi dengan paksa. Gadis remaja ini kembali menunduk, ia tak menghiraukan kehadiran Dika yang berdiri menjulang di hadapannya.Dika mencangkungkan badannya, tangannya dengan pelan menyentuh puncak kepala Bella dengan sentuhan yang lembut. Bella mendongkat, ia memandangi muka Dika yang tak menampilkan mimik wajah apapun.Bella berdehem, ia berbicara dengan pelan, “Kenapa, Dika?”Pemuda ini menjawab singkat, “Nggak papa, ayo makan. Gue udah masak makanan buat lo.”Dika berdiri dan meninggalkan Bella yang masih mematung di tempatnya. Gadis ini membutuhkan waktu unutk mencerna kejadiaan hari ini.Bella berdiri, ia berlari kecil untuk mengejar langkah kaki Dika yang kian menjauh. Bella berbicara cukup keras, “Dika!”Pemuda yang diteriaki oleh Bella pun menghentikan kakinya dan menoleh memandangi Bella yang berjalan cepat menuju ke
Suara yang berasal dari notifikasi handphone saling saut menyaut membuat semua orang yang ada di kelas dengan cepat memeriksa handphone mereka masing-masing.Dika menarik handphone-nya dari kantong celananya. Ia menekan notifikasi yang ditampilkan di layar handphone. Ia hanya bisa melongo begitu melihat pemberitahuan yang tak pernah ia sangka-sangka.Dika menoleh, ia menatap wajah Bella yang sedang menunduk, posisinya tak berubah dari posisi sebelumnya.Bella mendangak menatap Dika yang sedang menatapnya datar. Pandangan Bella menyapu murid-murid yang sedang berbisik-bisik pelan. Matanya menatap sejenak Alfa yang berada di belakang pojok kelas. Bella menampilkan senyuman tipis dan dibalas anggukan singkat oleh Alfa.Bella belum menyadari situasi yang tengah menimpanya saat ini, pandangannya kembali pada Dika yang wajahnya sedang memerah. Bella bertanya dengan suara pelan, “Ada apa, Dika?”Dika membuang muka, ia tak sanggup menatap wajah