“Jadi, pria ini tengah memeperhatikan dan menguntit mb Aera hingga ke toilet wanita, begitu?” tanya seorang petugas keamanan dikantor keamanan bandara.
“Ya, Pak. Saya sudah sangat geram ketika ia sangat nekat mengikuti sahabat saya sampai ke toilet wanita. Karna memang sedang banyak yang mengincar sahabat saya, jadi saya takut dia salah satu komplotan dari penjahat yang pernah menculik sahabat saya ini.” Jawab Boem Jin yang masih berusaha menahan emosinya untuk tidak melanjutkan aksi jotosnya tadi.
“Baiklah, kalian sudah menelfon pihak kepolisian yang menangani kasus mb Aera ini?” tanya petugas itu lagi.
“Iya sudah pak, mereka sedang dijalan.”
Tak lama kemudian, suara berat seorang pria yang sedang Aera tunggu sedari tadi memanggil namanya.
“Sayang?” panggil papa Aera yang langsung menghampiri anaknya setelah ia tau kalau Aera dan Boem Jin tengah diamankan dikantor keamanan bandara.
“Kenapa dia tersenyum seperti itu?” tanya Boem Jin ke semua orang yang ada diruangan.Semua orang yang mendengar pertanyaan Beom Jinpun hanya menaikkah bahu tanda mereka juga tak tahu.Detektif Aldi kini kembali masuk kedalam ruang interogasi sambil membawa map yang baru ia dapatkan dari anak buahnya.Detektif Aldi kembali duduk dikursi yang sebelumnya ia tinggalkan. Dengan raut wajah yang penuh dengan kemenangan, detektif Aldi mendekatkan wajahnya ke pelaku,“I know who you are, Nou.” Detektif Aldipun kembali duduk dengan nyaman ke kursinya, lalu ia membuka map yang tadi ia bawa dan bersiap menginterogasi kembali si Nourdine.“Nourdine Fikrullah, warga kebangsaan Meksiko, and.. wow catatan kriminal kamu disana sangat banyak rupanya,” detektif Aldi menjeda ucapannya sambil menatap Nou dengan tatapan menyelidik.Nourdine sempat memasang wajah terkejutnya sejenak saat ia mendengar latar belakang kriminalnya
CeklekSuara pintu rumah Aera terbuka membuat semua penghuni rumah yang sedari tadi menunggu kepulangan Boem Jin seketika langsung menyerbunya diruang tamu.“O, udah pulang,” ucap Aera yang berlari menghampiri Boem Jin.“Gimana tadi hasilnya apa?” cecar Aera lagi dengan pertanyaan yang sedari tadi ia tahan.“Aera… sabar dong sayang, Boem Jin aja baru masuk, belum duduk, belum minum, belum makan, biarin dia bersihan badan dulu!” teriak mama Aera yang masih berada di dapur untuk mengambilkan segelas minuman untuk Boem Jin.“Iya ma iyaa…”Boem Jin yang melihat wajah Aera seketika ditekuk karna mendapat teguran dari mamanya hanya bisa tersenyum geli karna kebiasaan Aera sejak dulu masih belum juga hilang.Papa Aerapun akhirnya menyuruh Boem Jin untuk segera membersihkan badannya dan turun kebawah untuk ikut makan malam.“Yasudah sana segera bersihkan badanmu dan se
“Terus, Dimas ngapain selama disana?” tanya Alex lagi.“Saya tidak bisa melihat apa yang dilakukan Dimas didalam rumah itu, Sir. Karna saya hanya memantau dari jauh. Tempat itu benar-benar dijaga oleh para pria berbadan besar disetiap pintu masuknya.”Reynaldpun menyodorkan dua buah foto lagi, “saya sudah berusaha mengelilingi rumah itu, dan ada dua pintu masuk. Satu dari depan, dan satu dari belakang. Tapi keduanya dijaga oleh dua penjaga.”Alex mengelus-elus dagunya sambil berfikir langkah apa yang akan ia gunakan untuk bisa meneror isi rumah Dimas.“Gimana kalo kita langsung teror aja Lex? Terus, penjaga nya itu kita suntik bius biar kaya di film-film.” Ucap Aaron tiba-tiba.“Lo kira neror tempat begitu seenak yang ada di film action?” jawab Alex sedikit kesal.“Lah ya kan emang enak, hahaha.”“Gak seenak yang dibayangkan kali Aaron.”&
Boem Jin dan Aera bergegas pergi ke unit apartemen Aaron untuk mengikuti rapat yang akan dilakukan oleh Alex dan anak buahnya.Mereka berenam kini tengah berkumpul dengan cemilan dan minuman yang sudah disiapkan oleh Aaron untuk menemani mereka berfikir ekstra dalam mengatur strategi apa yang akan mereka buat.“Ra, Boem Jin, kenalin ini Jolie. Dia adalah kapten dari agen wanita ditempat gue. Kemampuan bela dirinya jangan diragukan lagi, karna Jolie sangat menguasai beberapa jenis bela diri dan iapun pandai dalam mengatur strategi.” Jelas Alex memperkenalkan Jolie ke Aera dan Boem Jin.Aera dan Boem Jin tersenyum ramah dan mengulurkan tangan mereka bergantian untuk memperkenalkan diri masing-masing.“Aera…”“Jolie…”“Kim Boem-Jin…”“Jolie…”“Cantik banget,” bisik Boem Jin ke Aera setelah ia berjabat tangan dengan Jolie.Aer
Aera dan Boem Jin kembali kerumahnya setelah mereka selesai membahas soal strategi yang akan mereka jalankan.Hingga sesampainya dirumah, Aera tetap murung karna memikirkan rencana yang ditawarkan oleh anak buah Alex.Boem Jin sebenarnya gak tega melihat sahabatnya pucat pasi seperti saat ini, ia sangat amat tahu bagaimana ketakutan yang dirasakan Aera saat ini.“Raa… mau minum obat penenang? Biar kita fikirin besok lagi aja ya soal rencana kita tadi.” Ucap Boem Jin menawarkan dengan lembut.“Hmm kayanya enggak deh, aku masih bisa nahan kok.” Jawab Aera lemas.“Serius? Tapi muka kamu udah pucet kaya gitu, dari tadi juga kamu keluar keringet, nah ini lagi tangan kamu masih tremor.”“I’m ok Boem Jin-a….”“No no no… you’re not ok Aera. Kamu harus minum obat kamu!” Boem Jin pun langsung mengambilkan obat penenang Aera yang ada didalam laci meja ri
Sudah dua hari Aera pergi keluar rumah seorang diri. Mulai dari ke mall, ke perpustakaan, jalan-jalan ke taman, pergi menonton, bahkan pergi ke cafe.Dan selama dua hari itu pula, Aera tidak merasa seperti dibuntuti atau ada yang mengintainya.Sekarang, Aera tengah bersama Boem Jin dan yang lain untuk membahas hal ini. Mereka semua dibuat bingung dengan pola pergerakan Dimas yang berubah-ubah sehingga mereka sulit menerka pergerakan apa yang akan terjadi selanjutnya.“Ssstt… kalau udah dua hari seperti ini Dimas dan anak buahnya gak melakukan pergerakan apa-apa. Jadi, kita harus gimana lagi Lex?” ucap Aaron sambil mengelus-elus dagunya.“Dimas lebih sulit diatasi rupayanya daripada almarhum James yang cenderung sedikit ceroboh.” Komentar Alex menanggapi pertanyaan sahabatnya tadi.“Iya makanya itu. Jadi, mau gimana? Lanjut sampe dia makan umpan, atau ganti strategi?”“Kalau menurut saya, kita
Sudah lebih dari setengah hari Jolie dan Reynald menelusuri unit apartemen Aaron untuk mencari alat penyadap yang terpasang.Dan, sudah 2 alat penyadap pula yang ditemukan di ruang tengah dan di kamar Aaron sendiri.Alex merasa geram dengan kenyataan bahwa kali ini ada yang lebih picik dari penjahat yang biasanya ia tangani.Ia tidak pernah sampai kecolongan hingga satu langkah tertinggal seperti saat ini. Dan hal ini membuat Alex merasa sangat marah terhadap siapapun dia yang berhasil mempermainkannya.“Sudah tidak ada lagi Sir,” ucap Reynald menghampiri Sirnya yang tengah duduk diruang tengah unit apartemen Aaron.“Are you sure?” tanya Alex dingin. Pandangannya menatap keluar jendela dengan tajam. Seolah-olah ia siap menerkam siapapun yang ada dihadapannya saat ini.“Yes, I’m sure.”“Kalo gitu, kita harus ganti strategi lagi. Plan A dan plan B yang sudah kita buat kemarin udah diketahu
Setelah selesai membahas masalah rencana baru yang tengah dibuat oleh anak buah Alex, detektif Aldi pamit undur diri dari unit apartemen Aaron dan kembali ke kantor.“Kalu begitu, saya pamit undur diri, karna saya masih harus kembali ke kantor.” Ucap detektif Aldi sambil bangkit berdiri bersiap meninggalkan ruangan itu.“Ah, baik Pak. Nanti akan kami infokan kembali untuk strategi lanjutan kita agar bisa masuk kedalam markas Dimas.” Ucap Alex yang ikut berdiri bermaksud mau mengantarkan detektif Aldi kedepan pintu.“Yap, saya juga akan berbagi informasi kepada kalian kalau anak buah saya menemukan informasi terbaru.”Detektif Aldi pun pergi meninggalkan unit apartemen Aaron seorang diri.Saat ini sudah pukul sembilan malam, tetapi ia masih harus kembali ke markasnya untuk bisa segera menyelesaikan kasus ini.Masih ada banyak yang harus ia kerjakan dalam penyelidikan ini.Detektif Aldi menghidupkan m