"Hey Aeraaa!!" Panggil Boem Jin saat melihat Aera keluar dari Arrivale Gate Incheon Airport.
Aera yang mendengar namanya di panggil pun langsung mencari sumber suara. Setelah melihat temannya Boem Jin, Aera langsung bergegas menghampiri temannya itu.
"Heeyy Boem Jiiin!! Aaaaa miss you so much!" Sapa Aera sambil memeluk Boem Jin.
"Nado" balas Boem Jin lalu membalas pelukan Aera.
"Kamu lapar?" Tanya Boem Jin saat pelukan mereka sudah terlepas.
"Emm... Sangat sangat lapar" jawab Aera dengan lemas.
"Ayo, aku traktir kamu makan ttoekbokki, kamu pasti udah lama kan gak makan-makanan korea" ajak Boem Jin sambil menarik koper milik Aera dan mengajak Aera menuju tempat ttoekbokki yang biasa mereka makan dulu.
"Asa!! Kamu tau aja.. let's go!" Ucap Aera dengan semangat.
Sepanjang perjalanan Aera dan Boem Jin membicarakan tentang masa-masa sekolah mereka dan teman-temannya yang kini sudah berpencar untuk melanjutkan pendidikan. Sampai mere
Seoul, Korea Selatan07.00 a.mAera yang masih asik dengan mimpinya harus terbangun saat handphone nya berdering karena telfon masuk. Dengan malas Aera meraih ponsel nya yang berada di samping tempat tidurnya.“Hallo” sapa Aera dengan suara serak.“Woy! Kapan balik ke Jakarta?” tanya Gabriel sedikit berteriak saat telfonnya baru diangkat oleh sahabatnya itu.“Ih gak usah teriak-teriak juga ngomongnya, gue denger kali” gerutu Aera yang merasa kaget dengan suara Gabriel di sebrang telfon. “Gue balik ntar sore, kenapa emang?” tanya Aera lagi.“Bawain oleh-oleh ya, perlu di jemput gak?”“Iya, udah dibeliin oleh-oleh mah buat kalian. Gak usah di jemput, ntar gue dijemput bokap sama nyokap soalnya di bandara” ucap Aera.“Cakeepp… yaudah ntar hati-hati ye cintaku sayangku manisku” ucap Gabriel lagi sebelum memat
Aera dan Boem Jin sudah menyulap kamar tamu yang tadinya nampak sepi dan kosong menjadi kamar sekaligus ruang kerja Boem Jin selama Ia menjalankan misi rahasia bersama Aera.Dua set komputer milik papa Aera yang sudah lama tidak terpakai kini sudah di setting ulang oleh Boem Jin menjadi komputer yang memiliki fitur terbaru dengan koneksi internet yang mendukung untuk menjalankan aksinya."Bagaimana komputernya? Apa ada masalah?" Tanya Aera saat menghampiri Boem Jin di kamarnya."Well... Not bad, komputer ini masih terbilang bagus dan terawat. Jadi gak susah untuk aku setting ulang fiturnya" terang Boem Jin."Hmm bagus deh, papa emang sangat merawat barang-barangnya meskipun udah gak kepake" ucap Aera memberitahu kebiasaan papanya itu."I know, paman memang orang yang rajin sejak pertama kali aku bertemu dengannya" jawab Boem Jin membenarkan perkataan sahabatnya itu. "Oh iya, hari ini janga
Aera dan Boem Jin sudah memulai aksinya, Boem Jin dengan sabar menunggu Aera di dalam mobil sampai Aera memberikan aba-aba untuk datang.Sedangkan, Aera tengah menuju ruang pengawas CCTV untuk menyamar sebagai salah satu keluarga dari pemilik apartemen disana.Tok tokSalah satu pegawai keamanan apartemen yang tengah bertugas membuka pintu ruangannya."Ya, ada yang bisa kami bantu mba?" Tanya pegawai muda itu ramah."Ah begini pak, perkenalkan Saya Imel sepupu dari salah satu unit apartemen disini... Saya kehilangan dompet Saya saat Saya menuju ke unit, saat saya cari tidak ketemu.. apa bisa Saya melihat CCTV area Saya lewat tadi? Takutnya ada yang mengambil" Ucap Aera manis dengan alasan yang dibuat-buat."Oh begitu, baiklah akan kami coba bantu carikan" Jawab pegawai muda itu yang lalu mengecek rekaman CCTV."Kamu mau ke unit berapa tadi? Dan lewat mana saja?" Tanya pegawai itu lagi."Ah ke unit 305, Saya dari parkiran
Apartemen James20.00 WIB James yang merasa sangat lelah setelah seharian harus bergelut dengan tugas kuliah ditambah UTS praktikum lab di sore hari hingga malam memutuskan untuk langsung membersihkan badan setelah Ia sampai di apartemen miliknya.Seperti biasa, setelah pulang kuliah James akan masuk ke ruang rahasia yang Ia buat sendiri tanpa sepengetahuan orang lain. Di dalam sana, James selalu menyapa wanita yang selalu Ia panggil Momy.Wanita itu hanya terdiam membisu dengan tubuh yang sudah tidak bisa digerakkan. James merawat Momy nya dengan sangat baik layaknya manusia hidup. Menghidupkan lilin aromaterapi dan memutarkan musik klasik kesukaan Momy nya itu."Mom, are you not miss me?" Tanya James didepan tubuh Momy nya yang terbaring di atas ranjang."Aaahhh Momy memang orang terjahat di dunia sampai akhir, you know that?" Ucap James lagi tanpa ada yang menjawab.Ketika James teng
Sesampainya Aera dan Boem Jin di rumah, mereka langsung menuju ke kamar Boem Jin untuk mengecek kamera dan penyadap suara yang baru mereka pasang. Merekapun ingin melihat apakah James sudah pulang ke apartemennya atau masih di rumah orang tuanya."Kamera aman, dan kayanya Dia belum pulang," Ucap Boem Jin yang sedang menampilkan layar kameranya."Hmm syukurlah. Setidaknya malam ini kita selamat" ucap Aera. "Besok aku bakal kumpul dengan mereka supaya James gak curiga soal telfon malam ini" Lanjutnya lagi."Oke, aku tetep pantau dia dari sini""Btw, apa kita perlu kasih tau hal ini ke Gabriel? Sebagai bukti kalo omongan aku waktu itu ke mereka gak salah dan bukan tuduhan semata.""Ajak aja Gabriel nya kesini, biar dia bisa liat langsung buktinya. Lagi pula, di sini lebih aman daripada kamu jelasin di luar kan?""Oh iya juga, yaudah berarti besok selesai kumpul sama anak-anak aku ajak dia ke rumah""Hmm, sebaiknya sekarang kamu istirahat
"Aa.. apa itu Ra? Alat-alat medis?" Tanya Gabriel yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Yaah seperti yang lo liat Briel, itu alat-alat medis. Dan lo mau tau, selama gue disekap di Amrik, tempat itu juga banyak alat-alat medis kaya gitu dan digunain sama laki-laki bertopeng itu buat nyiksa korban yang lain.""Korban yang lain?" Tanya Gabriel dan Boem Jin serempak."He.em... jadi, bukan cuma gue sendiri yang disekap di sana, tapi ada cewe lain juga yang ikut disekap.""Gila merinding gini gue." Gabriel mengelus-elus kedua lengannya. "Terus, lo nyelidikin James karna curiga dia ikut andil sama penculikan lo kemaren?""Gue lebih ngerasa ada yang ditutupin sama dia, dan yaah gue sedikit curiga sama hal itu juga.""Bener-bener gak nyangka gue James kaya gini. Terus, sekarang mau kaya gimana?""Nah, sekarang lo udah liat buktinya kan kalo ada yang aneh sama James?"Gabriel pun menganggukkan kepalanya."Lo mau ikut gue s
Boem Jon memberikan segelas es jeruk ke Aera dan ke Gabriel. Karna keduanya yang masih nampak terlihag shock setelah melihat vidio rekaman pengintaian mereka."Nih minun dulu." Boem Jin menyodorkan dua gelas es jeruk yang ia pegang ke temannya itu."Gomawo." Aerapun mengambil es jeruk yang diberikan kepadanya dan langsung menenggak minumannya hingga sisa setengah gelas."Thank you Boem Jin." Gabriel pun hanya sanggup minum sedikit es jeruk yang ia terima Dari Boem Jin."Setelah ini, kalian mau gimana?" Tanya Boem Jin ke keduanya."Aaahh entahlah... Aku terlalu takut untuk ngelanjutin penyelidikan ini." Aerapun nampak frustasi dengan keadaannya sekarang."Kamu harus kuat Ra! Kita harus nyelesain ini, sia-sia dong aku dateng jauh-jauh dari Korea ke sini nurutin permintaan kamu, tapi misi nya gak selesai.""Emm betul Ra apa yang Boem Jin bilang, kita harus selesain penyelidikan ini." Ucap Gabriel yang setuju dengan perkataan Boem Jin.
Aaron dan Dimas masih sulit mempercayai situasi yang telah dijelaskan oleh Aera. Mereka masih tidak percaya kalau James terlibat dalam penculikan Aera saat itu.“Ucapan lo ada benernya juga si Briel, tapi....” Aaron menggantungkan ucapannya.“Tapi kenapa?” tanya Aera dan Gabriel serempak.“Aku gak percaya kalo James kaya gitu… kalian tau kan, aku sama Dimas udah temenan lama sama James.”“Iya aku tau, cuma kenyataannya gini Roon… aku gak mungkin memalsukan bukti kaya gini.”“I know, maka dari itu aku masih shock denger dan liat kabar ini.” Aaron pun terlihat frustasi, sedangkan Dimas masih terlihat tenang.“Dim, kok lo kayanya tenang-tenang aja si?” tanya Gabriel heran dengan temannya satu itu.“Terus gue harus gimana Briel? Nangis? Marah karna temen gue ternyata penjahat?”“Ya seenggaknya lo ada respon apa gimana kek.”
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe