Boem Jon memberikan segelas es jeruk ke Aera dan ke Gabriel. Karna keduanya yang masih nampak terlihag shock setelah melihat vidio rekaman pengintaian mereka.
"Nih minun dulu." Boem Jin menyodorkan dua gelas es jeruk yang ia pegang ke temannya itu.
"Gomawo." Aerapun mengambil es jeruk yang diberikan kepadanya dan langsung menenggak minumannya hingga sisa setengah gelas.
"Thank you Boem Jin." Gabriel pun hanya sanggup minum sedikit es jeruk yang ia terima Dari Boem Jin.
"Setelah ini, kalian mau gimana?" Tanya Boem Jin ke keduanya.
"Aaahh entahlah... Aku terlalu takut untuk ngelanjutin penyelidikan ini." Aerapun nampak frustasi dengan keadaannya sekarang.
"Kamu harus kuat Ra! Kita harus nyelesain ini, sia-sia dong aku dateng jauh-jauh dari Korea ke sini nurutin permintaan kamu, tapi misi nya gak selesai."
"Emm betul Ra apa yang Boem Jin bilang, kita harus selesain penyelidikan ini." Ucap Gabriel yang setuju dengan perkataan Boem Jin.
Aaron dan Dimas masih sulit mempercayai situasi yang telah dijelaskan oleh Aera. Mereka masih tidak percaya kalau James terlibat dalam penculikan Aera saat itu.“Ucapan lo ada benernya juga si Briel, tapi....” Aaron menggantungkan ucapannya.“Tapi kenapa?” tanya Aera dan Gabriel serempak.“Aku gak percaya kalo James kaya gitu… kalian tau kan, aku sama Dimas udah temenan lama sama James.”“Iya aku tau, cuma kenyataannya gini Roon… aku gak mungkin memalsukan bukti kaya gini.”“I know, maka dari itu aku masih shock denger dan liat kabar ini.” Aaron pun terlihat frustasi, sedangkan Dimas masih terlihat tenang.“Dim, kok lo kayanya tenang-tenang aja si?” tanya Gabriel heran dengan temannya satu itu.“Terus gue harus gimana Briel? Nangis? Marah karna temen gue ternyata penjahat?”“Ya seenggaknya lo ada respon apa gimana kek.”
*JAMES POV*Selesai dari berkumpul dengan anak-anak dan makan, gue langsung merebahkan badan di sofa ruang TV yang ada di apartemen gue. Guepun meletakkan kunci mobil dan ponsel dengan asal karena hari ini gue bener-bener kerasa banget capeknya.Baru saja gue berusaha memejamkan mata, dengan membiarkan TV yang tetap menyala. Tiba-tiba ponsel gue yang lain yang masih ada di saku celana bergetar yang menandakan ada telfon masuk. Dengan rasa malas dan mengantuk, gue berusaha tetap mengangkat telfon yang sangat mengganggu itu.“Ada apa?” Tanya gue to the point.“Identitas lo ketauan.” Mendengar hal ini gue langsung terbangun dari posisi tidur gue.“Kaya mana lo tau?”“Gue gak tau gimana pastinya, tapi mereka udah tau lo yang sebenernya. Bahkan, saat lo ngabisin wanita itu, mereka ngikutin lo dan tau apa yang lo lakukin.”“Bakal gue urus! Jangan khawatir.”
“Woy!” Gabriel berusaha menyadarkan Sahabatnya itu yang sejak tadi hanya melamun selama perkuliahan berlangsung. Aera pun nampak tidak mendengar setiap Gabriel memanggilnya atau mengajaknya bicara.“Hah, apa?” Jawab Aera linglung.“Lu kenape dah?”“Gue? Gak kenapa-kenapa.”“Halah gak usah bohong deh, dari tadi gak fokus sama Prof. Disti pas nerangin materi, terus gue panggilin sama gue ajak ngobrol gak ada tanggapannya. Berasa ngomong sama tembok gue.”“Ih seriusan, gak semangat aja gue hari ini… mager. Hehe.”“Oooohh gitu… yaudah kemana nih enaknya? Udah gak ada kelas lagi kan kita?”“Emmm lagi pengen hangout kuliner.. wisata kuliner yuk keliling Jakarte.”“Yakin?”“Iya yakin.”“Tapi ajak mereka aja yuk… kayanya mereka juga udah free deh.”“Emm boleh
JAMES POV“Yaudah, gue lanjut ya…” Guepun segera pamit buat langsung balik ke apartemen setelah Gabriel memberikan dompet milik gue yang tertinggal di mobilnya.“I.. iya James, hati-hati ya.”Ada yang aneh dengan gelagat Gabriel saat ini, tapi gue berusaha untuk pura-pura gak menyadari hal itu dan langsung bergegas ke mobil.Setelah masuk ke dalam mobil, gue coba cek isi dompet gue buat memastikan ada yang hilang atau tidak. Gue buka satu persatu dan menemukan dua foto yang berada di tempat yang tidak semestinya.“Shit! Dia udah liat foto ini!” James mengerang di dalam mobilnya menahan amarah.“Sayang sekali, sebenarnya bukan ini rencana gue… tapi karna sudah begini, gue harus membersihkan hama itu bukan? Baiklah mari kita selesaikan.”Tanpa membuang waktu lagi, gue langsung menyiapkan semuanya dan kembali lagi ke rumah Gabriel.Ting toong…
“Sayang, ada apa?” tanya Aaron yang langsung menghampiri kekasihnya setelah mendengar suara teriakan.“Rooonn…. Ga… Gabriel… hiks hiks.” Aera pun sudah menangis dan memeluk erat tubuh Gabriel yang sudah semakin dingin.Aaron melihat keadaan Gabriel dan kekasihnya yang tengah sesegukan tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan cepat Aaron menghamipiri Gabriel dan memeriksa denyut nadinya dengan harapan bahwa Gabriel masih bisa diselamatkan.Setelah memeriksa denyut nadi Gabriel, Aaron hanya bisa menggelengkan kepalanya kehadapan Aera. Tanpa piker panjang, Aaron langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi polisi.“Hallo kantor polisi, sa… saya ingin melapor teman saya ditemukan tewas di rumahnya.” Ucap Aaron dengan nada gemetar.“……”“Alamatnya di komplek perumahan permata indah no. 24 jakarta pusat.”“…….”
Semenjak kejadian Gabriel yang ditemukan tewas di rumahnya oleh Aera dan Aaron, Aera berubah menjadi gadis yang tak semangat hidup dan kehilangan gairah melakukan aktivitasnya.Sudah dua hari Aera bolos dari kuliah dan tidak mau makan meskipun orang tua, Boem Jin dan kekasihnya sudah berusaha membujuknya untuk makan.“Raa… kamu harus makan.” Kali ini Boem Jin yang habis makan malam bersama kedua orang tua Aera menghampiri sahabatnya itu dengan membawakan makanan kesukaan Aera.“….” Aera tetap tidak menggubris kehadiran Boem Jin yang membawakannya makan malam dan tetap melamun memandangi luar jendela sambil memeluk bingkai foto Gabriel dan dirinya saat zaman mereka sedang diospek.Boem Jin yang tak mendapatkan respon dari sahabatnya itupun tidak menyerah dan malah menghampiri Aera untuk menyadarkan sahabatnya dari lamunannya itu.“Hey… are you okay?” Tanya Boem Jin dengan lembut.Aera m
“Syukur deh, soalnya aku mau ngasih tau ke kamu hasil autopsi Gabriel dari pihak kepolisian.”Aera yang tengah memainkan sendok dipiring makanannya seketika menghentikan kegiatannya itu dan mengalihkan fokusnya ke telfon kekasihnya saat ini, “terus hasilnya apa?” tanya Aera tak sabar.“Hasilnya aku kasih tau langsung aja. Kamu ada rencana mau kemana hari ini?” Jawab Aaron tetap tenang.“Aku gak ada kegiatan apa-apa kok, kamu kerumah aja”.“Oke, jam 9 aku kerumah ya”.“Iya”“Oke sayang, see you”.“See you”. Lalu telfonpun dimatikan oleh Aera.“Kenapa sayang?” Mama yang sudah mulai kepo karena melihat ekspresi wajah putrinya ketika menelfon tadi pun langsung menanyakan apa yang dibicarakan oleh kekasih putrinya itu.“Hasil autopsi Gabriel udah keluar ma, jadi nanti Aaron mau kesini. Aku gak ikut ya shopping ke
“Aera sangat terpukul atas kematian Gabriel yang sangat mendadak.” Ucap mama Aera dengan nafas yang berat saat setelah putrinya menegaskan untuk tetap mencari bukti kematian Gabriel dan masuk menuju ke kamarnya.“Aera dan Gabriel memang teman yang sangat kompak dan sangat dekat tante, Aaron sangat paham kalo Aera terpukul saat mendengar hasil autopsi ini.”“Hmm yah kamu bener Aaron, semenjak kematian Gabriel, Aera mengurung diri didalam kamarnya dan gak mau makan sama sekali. Tante dan om sampe bingung harus kayamana ngehibur dia supaya gak mengurung diri lagi. Untungnya, Boem Jin sangat sabar ngebantu tante dan om ngebujuk Aera buat makan, kalo gak ada Boem Jin, tante bener-bener gak tau harus gimana.”“Tante tenang aja ya, Aaron bakal tetep stay disamping Aera dan ngebantu dia buat nyelidikin kematian Gabriel.”“Dimas juga bakal terus ngebantu memecahkan kasus ini te.”“Terimakasih
Semua orang terkejut saat mendengar suara peluru yang keluar dari pistol detektif Doni.Dimas terjatuh, ia mengembangkan senyumnya, “hahaha kau payah,”Mendengar celotehan Dimas, semuanya langsung ternganga tak percaya dengan apa yang mereka dengar.Mr. Charlos pun langsung memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk memborgol Dimas,“Anda ditangkap karna telah melakukan pembunuhan berantai dan berencana kepada warga Negara Indonesia dan warga Negara Amerika. Anda berhak didampingi pengacara dan berhak diam saat sesi Interogasi nanti.”Kaki Dimas mengucur darah yang cukup banyak, Dizka pun mengikatkan kaki Dimas yang terkena tembakan dengan kain.“Aaahh,” Dimas meringis menahan sakit saat Dizka mengikat kakinya dengan kencang.“Akhirnya kau tertangkap wahai psikopat. Selamat menikmati tidur malam mu beralaskan lantai dingin di dalam sel.” Ucap Dizka dengan penuh nada mengejek setelah
01.00 AMSemua tim tengah menyiapkan peralatan yang akan mereka gunakan, mulai dari pakaian serba hitam, anti peluru, pistol, granat asap, dan lain-lain.“Semua sudah ready?” tanya Reynald.Semuanya mengangguk serempak,“Oke, let’s go!”Mereka memasuki mobil yang sudah disiapkan tim FBI dan tim Alex untuk menuju ke hutan pinus tempat lokasi persembunyian Dimas.Butuh waktu satu setengah jam dari tempat penginapan mereka untuk sampai ke lokasi.Anak buah Alex pun sudah siaga di lokasi dan menginfokan kalau Dimas dan anak buahnya tengah beristirahat karna tidak ada pergerakan dari mereka di dalam rumah.“Kita akan sampai jam berapa disana?” tanya Dizka,Reynald melihat jamnya, “Sekarang pukul 01.30, berarti kita akan sampai disana pukul tiga tepat.”Dizka pun mengangguk paham dan kembali terdiam. Ia melihat keluar jendela, matanya d
O’HARE, BANDAR UDARA INTERNASIONAL CHICAGO, ILLINOISRombongan detektif Doni, Alex, Aaron, Renald, dan Jolie kini telah sampai di Bandar Udara Internasional O’Haro, Chicago pada malam hari.Mereka dijemput langsung oleh anak buah Alex yang memang sudah menunggu mereka tiba.“Welcome, Sir.” Sapa Aaron, anak buah Alex.“Hei, Aaron. Semua sudah siap?”“Yes, Sir. We are ready.”“Good. Antarkan para tim kepolisian Indonesia untuk menemui pihak polisi Amerika. Kita sudah membuat janji untuk itu bukan? mereka juga sudah mengurus perizinan disini.”“Yes, Sir.”“Follow me, Mr…?”“Doni,” ucap Doni memperkenalkan diri.Aaron pun menerima uluran tangannya dengan ramah. Lalu ia mengantarkan detektif Doni untuk menemui pihak kepolisian Amerika Serikat sebelum mereka bertemu pihak FBI.Bebe
Dua hari sudah berlalu, tidak hanya detektif Doni yang sangat menginginkan Dimas tertangkap. Melainkan, Alex pun sangat ingin menangkap Dimas dan menghabisinya.Alex dan Reynald masih terus berupaya untuk menemukan lokasi persembunyian Dimas.Entah bersembunyi dibelahan dunia mana Dimas kini berada, yang jelas, jejaknya tidak ditemukan sama sekali.Sampai pada akhirnya, Reynald menemukan petunjuk tentang Dimas yang melakukan perjalanan Luar Negrinya.“Sir, saya menemukan petunjuk Dimas berada dimana,” ucap Reynald kepada Sirnya yang kini tengah memeriksa beberapa dokumen.Alex menghentikan kegiatannya dan membenarkan posisi duduknya, “Where is him?”“Chicago, Illinois. Tiket keberangkatan satu bulan yang lalu.” Ucap Reynald sambil menyodorkan print out bukti tiket pesawat yang ber-atas namakan Dimas.Alex mengambil kertas yang Reynald sodorkan, ia pun langsung memeriksanya dengan detail.&ldq
TAMAN MAKAM PAHLAWAN KALIBATA JAKARTA Pagi ini, di Taman Makam Pahlawan tengah dilangsungkannya pemakaman detektif Aldi secara khidmat.Istri dan anak detektif Aldi tampak menahan tangisnya karna menghormati jasa suaminya yang selalu berjuang membela kebenaran dan menangkap para kriminal-kriminal yang selalu membayangkan nyawanya.Para pasukan polisi tengah bersiap melakukan penghormatan senjata sebagai tanda simbolis penurunan peti jenazah detektif Aldi.Sang Bendera Merah Putih pun masih setia menutupi atas peti jenazah detektif Aldi.Komandan upacara pun siap memberikan instruksi hormat senjata kepada para pasukan,“Kepada, arwah almarhum, hormat senjata…… gerak!”Door!!Suara tembakan melayang ke udara, suara terompet langsung mengalun serempak mengiringi penurunan peti jenazah kedalam liang lahat.Istri dan anak detekti Aldi tidak bisa menahan tangisnya lagi,
Hari sudah semakin malam. Siang tadi, kasus Adam sudah sampai ke tahap sidang pertama. Sedangkan anak buah Dimas yang lain masih menunggu giliran karna detektif Aldi masih berusaha untuk membuat mereka buka suara.Sudah lebih dari tiga bulan detektif Aldi dan tim nya mengerjakan kasus Aera, tapi masih belum menemukan titik terang dimana Dimas berada.Selama detektif Aldi mengerjakan kasus ini, ia dan timnya jadi jarang pulang kerumah mereka masing-masing. Sehingga, ia memutuskan untuk pulang kerumah nya dan beristirahat dirumah.Entah kenapa, sudah dua hari detektif Aldi merasa tidak fit. Mungkin karena kelelahan.“Saya malam ini ingin tidur dirumah dulu, kalian tetap disini dan terus pantau area apartemen Dimas!”“Baik, Pak.”“Pak, apa kau sedang tidak enak badan?” tanya Dizka.“Kayanya iya deh, gak enak aja rasanya badan saya dari kemaren. Makanya mau istirahat dirumah dulu.&rdqu
Boem Jin kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, pikirannya melayang memikirkan keadaan sahabatnya yang makin tertekan karna masalah tak kunjung usai.Ia tahu, kalau Aera berusaha tegar selama ini karna Aera tidak mau membuat orang-orang yang dia sayang merasa kasihan dan terbebani sama keadaannya.Boem Jin tahu betul akan hal itu, karna ia sangat tahu bagaimana watak dan kepribadian sahabat cantiknya itu.Saat sedang memikirkan keadaan Aera, suara dering ponsel yang Boem Jin letakkan asal di atas kasurnya membuyarkan fikirannya.Nama, Aaron muncul didalam layar ponsel Boem Jin. Dengan cepat, Boem Jin pun mengangkat panggilan masuk dari kekasih sahabatnya itu.“Annyeong,” sapa Boem Jin lemas.“Halo, Boem Jin… kamu udah ngasih tau Aera soal kejadian Zafran?” tanya Aaron.“Hmm, aku barusan dari kamarnya dan memberitahunya.”“Dan dia…?”“Seper
Selama perjalanan menuju kantor polisi, detektif Aldi merasa seperti ada yang mengikuti.Ia mencoba melihat kaca spion di kiri dan kanan nya, tapi tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan.“Perasaan gue aja kali ya?” gumam detektif Aldi pada dirinya sendiri.Ia pun mencoba mengabaikan firasat gak enaknya dan menambah laju kecepatan mobil yang ia bawa.Sesampainya di kantor polisi, detektif Aldi langsung menghampiri ruang atasannya untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Keanu.“Selamat malam, Pak.” Sapa detektif Aldi sambil memberi hormat kepada Jendral Arif.“Malam, Aldi.”“Bagaimana?” tanya Jendral.“Hasil pemeriksaan atas insiden kematian Zafran di gudang sudah keluar, Pak.” Ucap detektif Aldi sambil menyerahkan berkas dokumennya.Jendral Arif langsung membuka map yang berisi laporan dari tim forensik, ia pun membaca lebih dulu sebelum m
Aaron keluar dari kamar dengan berlari menuju ke kamar Alex, ia pun membuka pintu kamar Alex tanpa mengetuk lagi lebih dulu.Dengan ngos-ngosan, Aaron mencoba menenangkan dirinya yang masih berdiri didepan pintu.Sedangkan Alex, ia sedikit kaget karna aksi heboh sahabat gilanya itu, “Ada apaan sih, ngagetin aja dah lu.” Ucap Alex kesal.“Inih… detektif Aldi… nelfon gueh…,” ucap Aaron dengan terbata-bata.“Iya, terus masalahnya apa sampe lo kaya begitu?” Alex yang tadinya sedang rebahan, kini ia membenarkan posisinya untuk duduk dan siap mendengarkan apa yang akan sahabatnya itu beritahukan.Perasaan Alex juga merasa tidak enak, feelingnya merasakan bahwa hal yang buruk yang akan Aaron sampaikan saat ini padanya.“Salah satu anak buah Dimas yang kemarin kita ciduk dan kita bawa ke kantor polisi, pagi ini ditemukan tewan dengan kondisi mengenaskan…,”“Lehe