Dua puluh tahun kemudian. . .
Setelah selesai berjalan – jalan melihat trailer dari film perdananya di papan billboard, Eesha kemudian memlih untuk duduk di café di pinggir jalanan kota dan menikmati gelas besar es krim strawberry dan teringat kenangan lamanya bersama dengan Kiran.
“Kamu mau es krim, Kiran? Bibi di kantin dengan sengaja memberiku dua es krim karena membantunya membersihkan sampah di depan kantin.”
“Bisa aku minta yang strawberry?” tanya Kiran.
“Strawberry? Kenapa Strawberry? Biasanya anak laki – laki sangay suka dengan es krim rasa coklat.”
“Aku lebih suka es krim dengan rasa strawberry. Apakah tidak boleh?”
“Baiklah kalau begitu. Kiran yang rasa Strawberry dan aku akan makan yang rasa coklat.” Eesha tersenyum.
“Kamu tidak keberatan aku meminta yang rasa strawberry?”&nbs
Tanpa Eesha sadari, hari sudah berganti malam. Usahanya untuk menemukan penyanyi café bernama Nanda tidak membuah hasil. Eesha yang sempat kembali ke café tidak menemukan sosok Nanda di café itu. Merasa lelah, Eesha memutuskan untuk pulang ke rumahnya.“Aku pulang. . .” kata Eesha begitu tiba di rumahnya.Mendengar suara Eesha yang tiba di rumah, Eila dan Ishya segera memberikan jawaban kepada putri mereka.“Kamu pulang, sayang. . .” kata Eila dan Ishya di saat yang sama.“Ya, Ibu. . .” jawab Eesha pada Eila. Kemudian dengan cepat Eesha juga menjawab Ishya, “Ya, Bunda.”Eesha yang baru masuk ke dalam rumahnya mendapati Amartya sedang duduk santai di sofa besar di ruang keluarganya dan bersikap seakan rumah Eesha adalah rumahnya sendiri. Di samping Amartya, duduk Ravindra yang merupakan asisten pribadi Amartya. Ravindra menatap Eesha dengan penuh hormat.“Dia datang lagi kemari?” Eesha melirik ke arah Amart
Selama seminggu setelah terakhir kali bertemu dengan Nanda, si penyanyi café, Eesha terus berusaha untuk menemukan pria itu. Selama seminggu, Eesha terus datang berkunjung je café di mana dirinya bertemu pertama kali dengan Nanda. Baik itu siang ataupun sore hari, Eesha akan menghabiskan beberapa jam waktunya yang berharga hanya untuk duduk sambil memakan es krim rasa strawberry menunggu kedatangan pria bernama Nanda. Namun bahkan setelah semua waktu dan usahanya selama seminggu, pria dengan nama Nanda itu tidak pernah terlihat di café atau di sekitar jalanan café, tempat Eesha terakhir kali bertemu dengan Nanda. Hari ini, Eesha berpakaian sedikit rapi. Setelah menghabiskan waktunya menunggu di café untuk bertemu dengan Nanda, Eesha bergegas menuju ke tempat pemutaran perdana film miliknya. Begitu Eesha tiba di gedung tempat pemutaran film, Eesha segera duduk di tempat duduknya sebagai penonton bukan sebagai anggota produksi atau lebih tepatnya penulis sc
Eesha membuka kedua matanya dan mendapati dua ibunya sedang menggenggam kedua tangannya. Begitu melihat putri mereka membuka kedua matanya, Ishya dan Eila bertanya di saat yang bersamaaan. “Sayang, kamu sudah bangun?” “Ibu, Bunda, aku ada di mana?” tanya Eesha masih berusaha memperjelas pandangannya. Seluruh tubuh Eesha serasa begitu lemas dan tenaganya seakan habis begitu saja. “Kami di rumah sakit, sayang. Kemarin kamu pingsan karena syok dan semalaman kamu hanya tertidur,” jelas Eila dengan wajah yang penuh dengan rasa khawatir. Ah, terakhir kali yang aku ingat adalah penjelasan dokter tentang keadaan Trika. Eesha dapat melihat jelas dua ibunya tidak tidur untuk menjaganya selama semalaman. Warna hitam di bawah kedua mata ibunya terlihat jelas sekali. “Ya, kurasa aku memang tidak sadarkan diri setelah mendengarkan penjelasan dokter kemarin,” jawab Eesha. Untuk sesaat
Eesha salah tingkah ketika Rajendra mendengar gerutuan kesalnya. “Belum lama ini, aku bertemu dengan seseorang yang menyanyikan lagu milik Kiran ketika lagu itu masih belum direlease secara penuh. Karena penasaran, aku mengikuti orang itu dan berakhir pada perkenalan kamu berdua. Pria itu bernama Nanda. Kupikir, aku bisa menemukan informasi tentang Kiran melalui dirinya.” “Di mana kamu mengenalnya, Eesha?” “Di café dekat aku terakhir kali bertemu dengan Paman. Tidak jauh dari jalanan itu ada café dengan panggung kecil di dalamnya dan Nanda menyanyikan lagu milik Kiran di sana saat itu. Selama seminggu kemarin aku berusaha menemukannya dan selalu datang ke café itu. Tapi sayang, aku tidak bertemu dengannya. Siapa yang sangka, aku akan bertemu dengan Nanda di pemutaran perdana filmku dan dialah yang memberikan pertolongan pertama pada Trika. Berkat Nanda, Trika bisa selamat.” “Apa kamu tidak melebih – lebihkan?” tanya Amartya dengan nada dingi
Eesha diam – diam keluar dari rumahnya untuk mencari keberadaan pria bernama Nanda. Eesha kembali berkunjung ke café di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Nanda.Begitu sampai di kafe, Eesha memesan satu gelas besar strawberry sundae untuk mendingin kepalanya. Selagi menunggu pesanannnya datang, Eesha menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha menemukan sosok Nanda.Lima menit lamanya, Eesha menunggu. Lima menit lamanya pula, Eesha mencari – cari sosok Nanda.“Ini pesanan, Nona. Satu gelas besar strawberry sundae.”Eesha menoleh ke arah pelayan yang membawa pesanannya dan terkejut ketika melihat sosok yang dicarinya sejak tadi datang begitu saja ke hadapannya. “Kamu. . .”Tanpa Eesha sangka, Nanda muncul begitu saja di depannya dengan membawa satu gelas besar strawberry sundae pesanannya.Nanda tersenyum menatap wajah Eesha yang terkejut ketika melih
Dalam waktu satu menit, Rajendra telah tiba di hadapan Eesha dan Nanda yang sedang menunggu kedatangannya.“Maaf, kondisi kantor sedang penuh keributan saat ini.”“Tidak apa – apa, Paman.”Rajendra menatap ke arah Nanda dengan penuh tanda tanya, “Inikah teman yang kamu maksud, Eesha?”Eesha menganggukkan kepalanya, “Benar, Paman. Namanya Nanda. Dia teman yang aku ceritakan pada Paman.” Eesha memperkenalkan Rajendra kepada Nanda dan begitu pula sebalikanya. “Nanda, ini Paman Rajendra. Meski kami tidak berhubungan darah, tapi aku sudah menganggap Paman seperti keluargaku sendiri.”“Saya Nanda, Salam kenal, Pak Rajendra.” Nanda menudukkan kepalanya sedikit sembari memperkenalkan diri dan bersikap sopan.“Kamu bisa memanggilku Paman sama seperti yang Eesha lakukan. . .” Rajendra berusaha mencairkan suasana dan bersikap sa
Think of Each Other in The Heart singer: Ye Xuan Qing * Ketika jalan yang jauh itu hilang dan tidak ada yang melihat Ketika waktu kesusahan sudah berakhir untuk mengenalmu Semua tipuan orang yang dipercayai Hanya hati yang susah diperdaya ** 7 emosi dan 6 keinginan Semuanya di luar jangkauan 1001 pemikiran Bagaimana menenangkannya? *** Cinta memiliki keraguan Itu sebabnya tidak dapat disentuh Siapa yang tahu isi hatiku Aku tidak bisa memenuhi janji pada hubungan lama Reff: Aku hanya bisa melihatmu dari jauh dan menghabiskan hari - hariku dalam ketakutan dan ketidakpastian Sendirian menghabiskan musim dingin akhir tahun Hanya mendesah cepatnya waktu berlalu Jika akhirnya hancur, saya
Nanda yang berusaha mengejar Eesha, mendapati gadis itu sedang duduk di depan kantor polisi dengan wajah yang ditutupi oleh kedua tangannya. Tanpa banyak bertanya, Nanda melepaskan jaket yang dikenakannya dan meletakkan jaketnya di atas kepala Eesha.Nanda kemudian duduk di samping Eesha dan berkata, “Saat menangis, wajahmu yang cantik itu akan berubah menjadi jelek. . .”“Kamu sedang mengejekku?” tanya Eesha dengan suara serak dan sesunggukan.“Tidak. Aku mengatakan yang sebenarnya, karena itulah aku melepas jaketku dan meletakkannya di atas kepalamu agar orang – orang tidak melihat wajahmu yang jelek saat menangis.”“Terima kasih.” Eesha berusaha menutupi wajahnya dengan jaket Nanda yang berada di atas kepalanya.“Bolehkah aku bertanya?”“Apa yang ingin kamu tanyakan?” Eesha berbalik bertanya dengan sesunggukan.&l
Eesha dan Rajendra yang mendengarkan ucapan Nanda berharap hati Ravindra dapat tersentuh dan menghentikan niatnya untuk membunuh Nanda. Namun ucapan Nanda sepertinya tidak menyentuh hati Ravindra seperti harapan Eesha dan Rajendra. “Kau berbohong padaku, Kiran!” Ravindra meraih pisau miliknya yang sempat terlempar dan langsung mengarahkannya ke leher Nanda. “Kau bohong!”“Aaaaaaaaaaa” teriak Eesha melihat pisau yang mengarah ke leher Kiran dan perlahan melukai leher Kiran. Dalam waktu singkat, cairan berwarna merah kemudian mengalir dari leher Kiran dan membuat Eesha semakin histeris ketakutan. “Ravindra, stop!”“Berhenti Ravindra!” Rajendra yang tadinya sudah menurunkan pistol miliknya kemudian mengarahkan pistol miliknya kembali ke arah Ravindra dan menarik pengaman pada pistol miliknya. Rajendra kini sudah bersiap menarik pelatuk pistolnya dan bersiap
Dengan tubuh yang masih dalam keadaan lemah karena obat bius dari Ravindra, Eesha mencoba bangkit dari kursi rodanya dan menjauh dari Nanda dan Ravindra – sesuai dengan perintah Rajendra. Dengan susah payah, Eesha akhirnya bisa berjalan menjauh. Sementara di sisi lain, Nanda dan Ravindra masih terus memukul satu sama lain dan berpindah-pindah tempat dengan sehingga membuat Rajendra yang ingin menjatuhkan Ravindra berulang kali merasa ragu karena takut adalah Nanda. “Paman, jangan menembak!” Eesha berteriak kepada Rajendra sembari berlari ke arah Rajendr
“Jadi semua yang kamu lakukan, semua pembunuhan itu karena Amartya?” tanya Rajendra tidak percaya. “Apa hubungan Amartya dengan pembunuhan-pembunuhan yang kamu lakukan? Kenapa Amartya, anak yang polos itu kamu jadikan alasan untuk pembunuhanmu itu?” Ravindra tersenyum sembari mendorong kursi roda di mana Eesha masih tidak sadarkan diri dan membawanya duduk di dekatnya. “Karena Tuanku itu terlalu polos, Tuanku hanya melihat Eesha seorang saja. Meski tahu Eesha hanya akan menunggu Kiran kembali, Tuanku masih setia untuk berada di sisi Eesha – sama seperti yang aku lakukan untuk ayah angkatku. Dan wanita-wanita yang jadi korbanku itu adalah wanita yang tidak tahu malu dan berusaha untuk membuat Tuanku berpaling. Aku benci dengan penganggu seperti mereka.”Rajendra menganga mendengar penjelasan di balik alasan pembunuhan yang dilakukan oleh Ravindra.“Kau benar-benar tidak bisa dipercaya. Alasa
"Di mana Eesha?" teriak Rajendra.“Paman benar-benar tidak sabaran sekali,” balas Ravindra. “Tidakkah Paman tidak melihat pertemuan mengharukan antara aku dan Kiran?”Rajendra terkejut mendengar ucapan Ravindra. Dia seperti orang yang berbeda. Ravindra yang selama ini saya kenal sebagai asisten Amartya adalah orang yang diam, penurut dan tidak banyak bicara. Tapi Ravindra yang sekarang berdiri di hadapanku terasa seperti orang yang b
“Sandera??” Rajendra yang terkejut mendengar penjelasan Nanda, nyaris saja membuat dirinya bersama dengan Nanda celaka. Tanpa sadar, Rajendra menginjak pedal rem dan membuat mobilnya berhenti dengan tiba-tiba.“Apa yang Paman lakukan?” teriak Nanda yang terkejut dan nyaris saja membenturkan kepalanya ke dashbor mobil milik Rajendra. Nanda langsung menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat bagian belakang mobil. Nanda langsung menghela napas lega, begitu menyadari jika di belakang mobil milik Rajendra tidak ada kendaraan lain. “Syukurlah di belakang jalanan sedang sepi, kalau tidak kita bi-““Ya, aku tahu. Tindakan tadi bisa menyebabkan kecelakaan beruntun karena tiba-tiba menginjak pedal rem dan membuat mobil berhenti tanpa aba-aba.” Rajendra mengusap keringat dingin di keningnya sembari menginjak pedal gas mobilnya lagi. Mobil melaju lagi dengan sedikit perlahan. “Maaf
Percakapan penting antara dirinya dan Nanda kemudian terhenti ketika Rajendra bersama dengan Nanda tiba di sebuah gudang di pinggiran kota. Gudang yang terbengkalai dan berkesan telah terabaikan selama beberapa tahun menjadi lokasi yang pas dan ideal bagi pembunuh yang terkenal dengan nama Hujan Merah.Bersama dengan Nanda, Rajendra kemudian merilis tempat yang ada di gudang itu. Rajendra bahkan memeriksa bagian luar gudang itu, untuk menemukan kemungkinan ada tempat lain yang tidak terlihat yang bisa menjadi tempat persembunyian hujan merah yang tersembunyi Eesha.
“Apa Paman tidak percaya padaku?” tanya Nanda yang tidak lain adalah Kiran.Rajendra menggelengkan kepalanya dengan ragu. “Jika kamu membicarakan hal ini kepada orang lain, mungkin orang lain tidak akan percaya pada ucapanmu, Nanda. Ah tidak, haruskah aku memanggilmu dengan nama Kiran sekarang?”“Untuk saat ini, tolong panggil dengan nama Nanda saja, Paman. Akan lebih baik jika beberapa orang tidak mengetahui identitasku yang sebenarnya.”“Kenapa?” tanya Rajendra tidak percaya untuk kedua kalinya. “Setelah dua puluh tahun lamanya menghilang, harusnya kamu kembali ke rumah Eila dan Eesha. Setelah dua puluh tahun lamanya terpisah, harusnya kamu kembali ke tempat di mana keluargamu menunggu. Kenapa kamu justru berada di sini dan menyembunyikan identitasmu dari orang-orang yang menunggu kepulanganmu selama dua puluh tahun lamanya?”Nanda menundukk
Setelah melakukan pencarian selama dua jam lamanya dan tidak menemukan hasil, Rajendra terpaksa mengambil keputusan untuk memberitahukan kabar buruk ini kepada keluarga Eesha: Ishya, Eila dan Amartya. Dalam perjalanan menuju ke rumah Ishya dan Eila, Rajendra kemudian melewati cafe di mana Nanda sedang bekerja. Rajendra yang tahu hubungan yang dimiliki Eesha dan Nanda, kemudian menghentikan mobilnya dan berniat untuk memberitahukan kabar buruk yang menimpa Eesha kepada Nanda lebih dulu.“Nanda. . .” Rajendra langsung menyapa Nanda ketika masuk ke cafe di mana Nanda bekerja.“Ah, Pak Rajendra.” Nanda membalas sapaan Rajendra. “Apa yang membawa Bapak datang kemari?”“Bisakah aku minta waktumu sebentar, Nanda?” Rajendra berbicara dengan nada suara yang sedikit bergetar.“Tentu. Tentu saja. Mari kemari.”Nanda kemudian mena
“Dia tidak ingin mengakui bahwa dirinya adalah Kiran. Kiran menyembunyikan identitasnya dan bertindak seolah tidak mengenaliku, Paman.”“Kenapa begitu? Kamu tidak bertanya pada Kiran kenapa dia melakukan hal itu? Selama dua puluh tahun ini, ke mana saja Kiran? Kenapa tidak pulang ke rumah dan menemui ibunya?”“Aku tidak bisa bertanya padanya, Paman. Aku tahu dengan baik sifat Kiran. Ketika dia tidak ingin bilang maka dia tidak akan bilang. Kiran adalah anak yang seperti itu, Paman. Aku menduga hal ini ada hubungannya dengan Hujan Merah yang muncul setelah dua puluh tahun lamanya menghilang.”“Katakan pada Paman, di mana Kiran sekarang! Biar Paman yang bertanya langsung pada Kiran. Paman adalah detektif di kepolisian, Paman akan menjamin nyawa Kiran, jika sesuatu yang buruk bisa saja menimpa dirinya. . .”Eesha menggelengkan kepalanya dengan sedikit ragu.