Di tengah perjalanan, keluarga Prajana menuju ke rumah calon perempuan. Tetapi, di saat perjalanan Gara dan Aji masih saja membicarakan sahabatnya, yaitu Adit. Di situlah, Aji dan Gara sedang menyanyikan lagu untuk menyindir sahabatnya. Aji yang memainkan gitar, sedangkan Gara yang menjadi vokalisnya mereka berdua.
"Pertemuan yang kuimpikan
Kini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalanSakit karena perpisahan
Kini telah terobati Kebahagiaan yang hilangKini kembali lagiPertemuan yang kuimpikan
Kini jadi kenyataanPertemuan yang kudambakanTernyata bukan khayalanRindu yang selama ini menggunung
Mencair diterpa cinta dalamSendandungCinta yang selama ini masih
TerpendamTercurah sudah penuh denganKemesraanTak ingin lagi terpisah
Cukup sekali terpisahTak ingin lagi meranaCukup sekali meranaNa a a a a a...." Ucap Gara yang sedang menyanyikan lagu Pertemuan diiringi musik gitar dari Aji.
Sontak Rangga dan Gina juga ikutan bernyanyi untuk menghibur dan meledek anaknya.
"Mi!, Pi! Apa-apaan sih? Kenapa kalian juga ikut-ikutan gila kaya mereka-mereka" Ucapnya kesal.
"Weh, siapa yang kamu sebut gila" Jawabnya tak terima dengan serempak.
"Siapa lagi, kalau bukan loh kalian berdua!" Jawab Adit dengan cepat. Sambil menengok kedua sahabatnya.
"Loh menyindir kita?" Ucap Gara, sambil menunjuk dirinya sendiri dan menunjuk Aji.
"Tidak Gue menyindir Monster."
"Memang di sini ada Monster? Mana? Jangan bohong loh, kata Mama Gara, kalau bohong loh masuk neraka" Jawab Gara dengan sok bijak.
Saat itu pun, Aji menjitak kepala Gara yang oon nya minta ampun.
"Aw sakit bangsat" Ucapnya dengan tak terima.
"Makanya, kalau punya otak di pakai! jangan di simpan! bego banget Gue punya sahabat" Jawab Aji, sambil matanya mengarah ke Gara.
"Kalian semua bego!" Sahut Adit, dengan suara tinggi.
"Mi, Pi kalian dapat anak ini dari mana sih?" Lanjutnya.
"Dari matamu, matamu
Kumulai jatuh cintaKumelihat, melihatAda bayangnyaDari mata
Kau buatku jatuhJatuh terus, jatuh ke hati" Kompak berdua, menyahut ucapan Adit sambil bernyanyi."Stres" Jawabnya marah.
Di rumah Eca.
"Kok belum datang?" Gumam perempuan itu, sambil menunggu di depan pintu rumahnya.
"Nak kamu sedang apa?."
"Menunggu pria yang mau di jodohkan sama Eca Bun"
"Mungkin sebentar lagi" Kata wanda.
*****
Setelah semuanya sudah datang, dan berkumpul di rumah calon wanita, di sana tampaklah ramai, banyak sekali tamu-tamu yang berdatangan.
"Eca sayang ayo, cepatan keluarga laki-laki sudah datang!" Teriak Mamanya, yang sedang memanggil anaknya dari bawah tangga.
"Gaes Gue deg-degan tahu" Ucap Eca, sembari tangannya menyentuh dadanya yang sedang senam.
"Ayo cepatan, simpan gerogi kau, kasian tahu calon tunanganmu" Jawab Caca dan Dewi.
"Oke, bismillah, semoga ganteng" Gumam Eca.
Eca pun langsung menuruni tangga, dan didampingi oleh kedua sahabatnya. Setelah itu, Eca langsung berdiri di samping Adit, tanpa menoleh wajah Adit sedikit pun, karna grogi dan Adit pun sama.
"Ayo nak, sekarang pakaikan cincin kamu, ke jari manis wanitamu" Ucap mami Adit, sambil tersenyum.
Setelah itu, keduanya langsung berhadapan dan seketika deg!.
"Kamu!" Ucap kedua serempak. Dengan nada kaget.
"L-l-loh? Kenapa elo?" Kata Eca sambil terbata-bata.
"Loh? Kalian sudah saling kenal toh? Ah syukur" Jawab Gina.
"Iya mi" sahut Adit, dengan muka memelas.
"Eh ayo pasang cincinnya!" Suara papi Rangga, membuat Adit langsung kaget dari melamunnya.
******
Setelah itu, acara tunangan sudah selesai. Adit masih memikirkan tentang wanita itu.
"Kenapa bisa dia sih?" Gumam Adit, dalam hatinya.
Seketika telepon Adit berbunyi, tanda ada notifikasi masuk.
Drttttt!!!!!!
Olivia
Hai sayangSontak, wajah Adit sedikit kaget. Bagaimana caranya, agar Olivia tidak tahu, kalau Adit sudah punya tunangan?.
Olivia
Sayang! Kok tidak Di balas sih!Notifikasi dari Olivia masuk lagi.
Adit
Ia sayang, ada apa?Olivia
Aku kira kamu lagi SibukAdit
Enggak!Olivia
Eh Sayang, tebak dong Gue sedang lagi di mana?Adit
Mana Gue tahuOlivia
Ih tebak dong apa gituAdit
Sedang di pemotretanOlivia
Bukan, Gue sedang lagi di bandaraAdit
Hah!Olivia
Kok hah? Harusnya senang dongAdit
Sedang apa kamu di bandara?Olivia
pulang ke Indonesialah masa jadi PramugariAdit
Pulang kapan?Olivia
Sekarang!Seketika, Adit tak membalas pesan dari Olivia. Dia masih bingung.
"Kalau Olivia sampai tahu, Gue harus jawab apa yah?" Kata Adit, dengan nada kebingungan.
Drttttt!!!!
Suara getar hp Adit berbunyi nyaring, membuat Adit terbangun di pagi hari "Siapa sih yang telefon di jam segini" gumamnya.
"Halo!" Ucap Adit.
"Ih sayang, kenapa sih lama angkatnya" Jawab Olivia.
Seketika, Adit langsung kaget dan bangun. Langsung duduk di tepi ranjangnya.
"Kenapa telefon pagi-pagi?" Ucapnya, dengan nada masih mengantuk.
"Ih kamu tidak tahu, kalau aku sudah sampai, di Jakarta?" Jawab Olivia, yang semakin kesal dengan jawaban Adit yang terlalu tidak peka.
"Hah, serius!" Kaget.
"Iya! Cepat jemput Gue, Gue capek tahu berdiri di sini terus!" Sahutnya dengan manja.
"Oke! Gue ke san."
Adit pun, langsung bersiap-siap untuk menjemput Olivia dari bandara. Dia langsung bergegas mencuci muka dan mengenakan jaket berwarna hitam, lalu turun ke bawah dengan terburu-buru.
"Loh, Anak Mami mau ke mana? Buru-buru amat?" Kata Wanita itu, dari arah dapur.
"Mau jemput teman Mi" Sahutnya, dengan berbohong.
"Tidak mau sarapan dulu?."
"Tidak Mi, entar keburu telat."
"Ya sudah hati-hati."
"Adit pamit dulu ya Mi" Ucap Adit sembari mencium tangan Gina, seketika Adit pun langsung masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas melaju ke bandara.
*******
Sesampainya di bandara, Adit mencari keberadaan Olivia. Dia berjalan menyelusuri pintu masuk keluar bandara. Seketika, ada suara yang memanggil namanya.
"Adit sayang!" Kata Olivia sambil melambai-lambai tangannya ke arah Adit, dan diikuti senyum gembiranya.
"Maaf tadi Gue telat" Ucapnya, dengan nada lembut dan menarik Olivia ke dekapannya dengan erat. Sambil mencium puncak dahi Olivia.
"Sayang Gue lapar" Rengek Olivia sambil bibir ditekuk.
"Oh, ya sudah Kita makan yuk" Balasnya.
"Mau makan di mana."
"Cafe dekat sini" Sambil melihat jam yang ada di tangannya.
"Oke lah."
********
Di sisi lain, Eca dan Gengnya sedang ada di Cafe tersebut. Sambil menikmati Caffe latte, Eca tak menyadari bahwa Adit juga ada di situ, tetapi beda dengan Adit, yang dari tadi sudah menyadari kehadiran Eca di situ.
"Eh yang, kita ke tempat lain yuk" Ajaknya.
"Lah memang kenapa? Tidak keburu sayang, Gue itu sudah lapar banget" Tolak Olivia, sambil merengek tidak mau pergi dari Cafe tersebut.
"Hm oke" Jawab Adit dengan ekspresi mengalah.
Sementara itu, Caca tidak sengaja melihat Adit sedang makan dengan Perempuan lain, dengan sigap Caca langsung menyenggol bahu Dewi.
"Apaan sih Caca, Gue lagi makan juga" Dengan nada kesal, Dewi menghindari tubuhnya kepojok agar jauh-jauh dari Caca.
"Loh, kenapa jauh-jauh? Sini cepatan" Bisik Caca dengan mata melotot sambil melambaikan tangannya.
"Why?" Sahutnya dengan ekspresi bingung.
Dan Caca pun, langsung memegang kedua pipi Dewi dan menariknya ke depan. Pas persis ke arah Adit, Dewi pun sontak kaget karena, melihat tunangan Eca sedang memegang tangan Cewek lain, sambil mencium tangan Olivia.
"Itu benaran?" Ucap Dewi, sambil melirik kearah Caca.
Caca pun mengangguk dengan cepat.
"Ca pacar loh sekarang sedang apa?" Selidik Dewi.
"Mana Gue tahu" Jawab Eca, sambil menikmati Cafe Lattenya.
"Loh tidak kontekan sama dia?" Selidiknya lagi.
"Gue tidak punya nomor W******p dia" Jawabnya dengan nada datar.
"Kenapa memangnya, loh menanyakan hal tentang dia?" Lanjutnya.
"Noh!" Seketika Dewi dan Caca serempak jarinya menunjuk ke arah Adit, yang sedang menyuapi Olivia dengan kasih sayang.
Degggg!!!!!
Hati Eca langsung sakit, dan badan Eca langsung panas. Hawanya ingin melabrak Adit dan Cewek itu. Tapi, langsung tersadar "kenapa Gue cemburu? Memang dia siapa? Gue juga tunangan sama dia karena perjodohan, lagian juga baru saling kenal" gumam Eca dalam pikiran dan hatinya.
"Ya sudah sih biarkan saja" Ucap Eca dengan muka datar lagi.
"Why?" Sahut Dewi dan Caca serempak.
"Loh serius tidak cemburu? Dia tunanganmu loh" Ditambah ucapan Dewi.
"Iya loh serius tidak cemburu? Kalau Gue liat tunangannya sedang bermesraan sama cewek lain, malah inginnya emosi" Lanjut omongan Caca.
"Sudah yuk pulang, Gue sudah dicari sama bunda Gue" Jawab Eca dengan alasan.
"Entah lah, hati ini terasa sangat sakit, saat kau bersama wanita lain" Saat di jalan pulang, Eca tak sengaja bertemu dengan Jons, saat di tengah perjalanan. "Eca!" Ucap Jons. "Eh Jons" Jawab Eca, disambut dengan senyuman terpaksa. Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok
Sesampainya di rumah Eca, Dewi, Caca langsung masuk ke rumah Eca, dan di dalam sudah disambut oleh Bunda Wanda dengan senyuman khasnya. "Bunda!" Sahut Eca dengan ekspresi kaget. "Kalian sudah pulang? Kenapa malam banget" Jawab Wanda dengan pertanyaan khawatir. "Eh iya Tante, soalnya pas Kita mau pulang, kendaraannya tidak jumpa-jumpa" Ucap Dewi alasan. "Oh ya sudah, pasti kalian lapar yuk makan, Tante sudah siapkan makanan buat kalian loh" Kata Wanda, sambil dorong mereka bertiga, menuju meja makan. Di sana di meja makan, terdapat makanan-makanan yang sangat penuh, serta enak-enak. Uh Author kalau membayangkan pasti ngiler dong hehe. Kalian bagaimana, sama tidak kek Author? "Wow, kok banyak banget makanannya Tan?" Kata Caca, dengan ekspresi takjub, serta menutup mulutnya karena tidak menyangka makanannya akan sebanyak itu. "Ia Tante sengaja, masak ini buat kalian semua, buat merayakan Eca yang sudah tunangan" Jawabnya sambil melirik ke
Setelah selesai makan Gara dan Aji, langsung menuju ke kamar Adit, untuk membujuk Adit supaya keluar kamar. "Adit sayang, cintanya Abang ganteng" Ucap Gara, yang suaranya dibuat-buat seperti seorang perempuan. "Najis Lo" Jawab Adit dari dalam kamar. Pagi itu di apartemen Jons, Olivia segera bangun dan segera membersihkan diri, akibat ulah Jons semalam. "Jons bangun" Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan, tubuh Jons yang masih tertidur. "Apa sih, jangan ganggu Gue tidur" Katanya, sambil masih memejamkan matanya. "Gue mau ngomong sama Lo" Ucap Olivia, sambil masih menarik-narik tubuh Jons, dengan ekspresi cemberut. "Apa sih Sayang" Akhirnya Jons pun mengalah dan bangkit, lalu duduk di belakang Olivia, sambil memeluk tubuh Olivia dari belakang. "Gue ingin pindah apartemen" Rengeknya. "Pindah ke mana?" Sahut Jons, sambil menghujani ciuman di seluruh muka Olivia. "Pindah ke kampung, tepat di area sekitar rumah
Di ruang kerja pribadi atau juga tempat khusus Tuan direktur Adit beristirahat, Adit dan Pak Rangga sedang mengobrol soal masalah perusahaan miliknya, Mereka sedang melakukan strategi. Siapa dalang dibalik semua ini? Perusahaan siapa yang sudah berani memata-matai perusahaan Prajana? Sungguh Orang itu hebat sekali, dan tidak takut dengan akibatnya berurusan dengan perusahaan Prajana. Saat keduanya sedang berbincang-bincang serius, sekretaris Xiao jin datang dengan membawa berkas-berkas tersebut. Diberkas itu ada semua bukti kebenaran. Tok tok tok!! "Masuk!" Sahut Adit. "Permisi Pak Direktur dan Tuan Direktur, ini berkas yang Tuan minta sudah lengkap" Sambil menunduk, Xiao Jin menyerahkan berkas itu kepada Adit. Adit langsung menerimanya dan juga membacanya, dengan teliti Adit membacanya cukup seksama. Betapa terkejutnya, Adit menemukan siapa dalang dibalik kekacauan itu dan ternyata adalah perusahaan Orlando. Di benak pikiran Adit, masih b
Saat menuju lift, Aji langsung teringat apa tujuannya Dia datang kesini, Dia pun langsung tidak jadi memencet tombol lift dan berbalik ke arah ruangan Adit. "Eh Ji, Lo mau ke mana!" Teriak Gara. Aji menoleh sebentar ke arah Gara, tetapi Aji tidak menyahutnya dan dia tetap langsung melajukan langka kakinya menuju tempat Adit, dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan Gara. "Dasar budek" Jawab Gara, lagi sambil mengejar Aji. Tetapi Aji, tidak menghiraukan ocehan Gara yang mirip kereta api tanpa berhenti. Sebab kalau dia menjawab urusannya akan panjang. Di situ, keduanya berpapasan dengan Olivia, tatapan sengit ketiganya beradu pandang. Tapi, Olivia mengabaikan itu, ia langsung berjalan dengan santainya menuju lift. Sebenarnya, Aji dan Gara dari dulu memang tidak suka kalau Adit pacaran dengan Olivia. Karena, Orangnya yang sok kecantikan, judes dan sombong itu. Makanya, ketiganya pun kalau tidak sengaja bertemu selalu ribut bagaikan musuh
Tin! Tin! Tin!!!. Suara klakson mobil berbunyi di depan rumah Prajana, lalu gerbang di buka oleh satpam. Adit, langsung masuk ke rumah di sambut oleh Mami dan Papi, yang sedang makan. "Eh Dit, sini Papi mau bicara sama kamu" Panggil Rangga. Seketika Adit yang ingin menaiki tangga, berbelok ke arah ruang makan lalu duduk. "Kenapa Pi?" Tanya Adit. "Tadi, saat Papi ke rumah Om Orlando, Dia tidak ada. Katanya, seluruh Keluarganya sudah pindah ke belanda" Ucap Rangga. "Terus Papi tidak menemukan bukti apa-apa?" Tanya Adit. "Iya" Mengangguk. "Hmm, baik serahkan semuanya pada Adit Pi" Kata Adit tegas. Lantas Adit langsung berbalik ke arah kamar, karena ia lelah, ingin rasanya istirahat, pikirannya kacau karena Olivia. ****** Keesokan hari, semua Keluarga Prajana sudah pada rapih dan siap untuk ke rumah calon mempelai. Seserahan dan barang-barang lain sudah di masukkan ke dalam mobil semu
Saat di kamar, Eca gugup dengan dirinya sebab dia akan tidur tidak sendiri lagi. Ia sekarang di temani Seorang Laki-laki siapa lagi kalau bukan suami sahnya, padahal Eca sudah bersumpah, tidak akan bertemu dengannya lagi. Saat Adit membentak Eca tahun yang lalu, sungguh keajaiban yang tak terduga, dari pertemuan benci, jadi jodoh dan sekarang dia malah menjadi suami sahnya. Memang dunia ini sangat misteri, tidak bisa di prediksi oleh diri sendiri. "Lo mau ke mana?" Tanya Adit, yang melihat Eca berdiri, dari kegugupannya. "Mandilah, habis itu makan, Gue lapar!" Jawab Eca ngegas. "Ikut!" Adit langsung mengekori Eca, yang mau ke kamar mandi. Eca yang seketika mengetahui Adit mengikutinya, seketika Dia langsung berhenti dan berbalik badan. "Kenapa? Lo ikut Gue mandi!" Tanya Eca melotot. "Mandilah, masa berkebun?" Adit pun langsung masuk dulu an, tanpa seizin Eca. Eca yang tidak menyangka kalau Adit akan secepat itu.
Pagi pun tiba, Eca langsung bangun untuk mandi, sesudah mandi Dia langsung memakai pakaiannya. Saat Dia sudah rapi, dan mau membangunkan Adit, Hp Adit bergetar, ada notifikasi masuk. OliviaSayang, kenapa sekarang jarang kasih kabar? Tulisan pesan masuk itu, dari Olivia. Dan saat Eca membacanya, hati Eca langsung terasa sakit. "Apakah Adit sudah punya kekasih?" Gumam Eca bertanya. "Kalau sudah, kenapa Dia tidak cerita sama Gue?" Gumamnya lagi. Air mata lolos membasahi pipi Eca, serta Eca mematung. Seluruh pikiran kacau, karena Adit tidak pernah, bercerita soal Wanita lain. Adit yang mendengar suara tangisan, seketika membuka mata, dan benar tangisan itu adalah Eca. Adit langsung bangun dan bertanya-tanya, kenapa Dia menangis? Entahlah, Adit bingung. Dan Adit langsung menghampiri Eca sambil memeluk dari belakang. Saat mengetahui, ada yang memeluknya dari belakang, Eca langsung menghapus air mata. Yang ada di pipi secepatnya.
Empat bulan berlalu. Abi, bulan ini akan masuk sekolah dasar kelas satu. Ia sudah sangat bersemangat untuk hari pertama masuk sekolah dasar. "Wahh, cucu nenek ganteng sekali" Kata bunda Wanda. Ya! Kali ini, keluarga Prajana dan keluarga Eca sedang berkumpul. Untuk, sekedar melihat calon bayi dan cucuk kesayanganya masuk sekolah dasar. "Iya dong nenek wanda, kan sekarang Abi sudah gede jadi tambah ganteng" Ucapnya, membuat semua orang yang ada di sana, tertawa lepas dengan jawaban Abi. Sekarang Abi, sudah fasih berbicara huruf R dan sudah lancar dengan ucapannya. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu, membuat suasana ketawa menjadi terdiam, saat ada orang yang mengetuk pintu di depan. "Sebentar ya...." Kata Eca. Eca pun, yang tadi sedang duduk di sofa. Langsung, bangun dan berjalan ke arah pintu tersebut. Untuk membukannya. Cklekk! (Suara pintu di buka) Saat Eca membuka pintu depan, ia langsung terke
"Kalau adiknya perempuan gimana?" Tanya Ilma lagi.Abi, mulai berpikir sejenak ia. Sangat bingung untuk menjawab pertanyaan ini."Ehmm.....coba Abi pikil dulu" Jawab Abi.Lantas, Abi mulai terdiam memikirkan apakah dirinya mau punya adik perempuan? Apakah sebaliknya ia tidak menyukainya? Setelah itu. Abi mulai menjawabnya lagi."Tidak mau!" Jawab Abi cepat.Ilma, langsung mengerutkan keningnya bingung."Kenapa tidak mau?" Tanyanya."Kalena, Abi jadi tidak punya teman untuk, main bola mba ilma" Jawab Abi.Ilma cuma bisa mengangguk-angguk mengerti. Dengan jawaban Abi itu."Hmm, begitu yah."Abi menjawab dengan anggukan "Iya."Di sisi lain,Eca sedang menyiram tanaman miliknya, yang ada di belakang rumah. Saat itu, Abi berlari ke arah Eca sambil memanggilnya."Mommy!" Panggil Abi sambil berlarian.Eca lantas, menengok ke arah Abi saat Abi memanggilnya tadi."Eh sayang, ada apa?" Tan
"Mommy sama daddy kok belantem?" Tanya Abi, yang sedang membawa obat untuk mommy Eca.Lantas, baik Eca maupun Adit. Langsung, menengok sama-sama ke arah Abi anaknya itu. Dengan muka terkejut."Abi?" Tanya Adit."Daddy, kenapa malahin mommy sih!" Kata Abi kesal.Adit pun, di buat bingung oleh kata-kata Abi barusan "Loh? Siapa yang marahi mommy?" Tanya Abit bingung."Itu" Tunjuk Abi ke arah Eca dengan, muka yang cemberut.Adit mengikuti, tangan Abi yang menunjuk ke arah Eca dengan seksama "Itu kenapa?" Tanya Adit, masih tidak paham yang Abi tunjukkan."Itu, raut mommy malah! Belalti? Daddy sudah malah-malahin mommy" Jawab Abi.Adit langsung menghela nafas sabar, ia sangat gemas dengan tingkah Abi anaknya itu. Sampai-sampai dirinya di buat greget."Abi? Mommy tidak marah sama daddy" Kata Eca lembut."Benelan mommy?" Tanya Abi."Iya sayang."Setelah dirinya sudah selesai makan. Abi, Eca dan Adit berjalan
Pagi ini, semua orang berkumpul di meja makan. Untuk sarapan pagi, tidak lupa Eca selalu rutin, menyuapi anaknya Abi makan. Membuat Adit yang melihatnya, di buat iri pada anaknya sendiri."Udah gede di suapin mulu. Katanya, jagoan daddy kok di suapin," Sindir Adit ke Abi.Abi yang mendengar kata-kata sindiran dari daddynya, langsung protes tidak terima."Bialin, orang mommy Abi nggak nolak ye...." Jawab Abi. Sambil, menujurkan lidahnya.Setelah itu, tidak lama perut Eca terasa mual mau munta. Ia pun, segera berlari menuju ke toilet. Yang ada di dekat dapur.Baik Abi maupun Adit, di buat bengong dan bingung. Karena Eca, tiba-tiba langsung berlari cepat begitu saja."Kan, gara-gara daddy. Mommy jadi pelgi" Rajuk Abi kesal.Adit yang melihat muka Abi, yang ngambek begitu saja, terlihat sangat lucu dan menggemaskan."Loh? Kenapa daddy yang di salahin, bukankah Abi yang buat repot mommy? Jadi, mommy pergi deh" Jawab Adit. Tidak mau
Setelah pesta atau kejutan subuh tadi, akhirnya telah selesai. Baik Eca, maupun Adit. langsung segera tidur untuk beristirahat.karena, badan mereka berdua sudah mulai merasakan kelelahan dan pegal-pegal. Karena, pesta tadi yang di adakannya larut malam.Akan tetapi, saat Eca hendak mau tidur memejamkan matanya, Adit mulai memeluk Eca dengan sangat erat. Membuat Eca tersentak kaget."Mas! Kalau Abi, kesini gimana?" Tanya Eca kaget. kepada Adit."Suruh pengurus baby sister, suruh Abi jangan ke sini dulu" Jawab Adit enteng.Eca yang mendengar jawaban dari Adit, cuma bisa menghela napas pasrah."Tapi, tetap saja Abi akan ke sini loh?" Kata Eca lagi.Seketika, Adit yang sudah gercep memeluk Eca, langsung mengurungkan niatnya. Ia pun, bangun dari tempat tidur."Sayang? Kita sudah lama enggak kaya gitu. Saat kamu, menyusui Abi kita jadi jarang loh" Jawab Adit merajuk. Sepeeti anak kecil saja."Ya tapi kan, kalau Abi liha
Eca pun, menghela nafas kasar. Saat mendengar penjelasan dari Olivia sambil memohon-mohon seperti itu. Untung saja, hati Eca selalu luluh pemaaf.Ia pun, mau memaafkan Olivia walau, hatinya masih sakit saat mengingat kejadian pada waktu itu."Baiklah, aku akan memaafkanmu. Tapi, lain kali jangan di ulangi lagi yah" Ucap Eca.Olivia yang mendengar jawaban dari Eca, ia langsung tersenyum senang. Ia sangat puas bahwa Eca mau memaafkan dirinya."Terima kasih Eca, aku janji tidak akan mengulanginya lagi" Jawab Olivia. Sambil menggoyangkan jari kelingkingnya. Untuk berjanji bahwa ia, tidak akan mengulanginya lagi."Sama-sama."Akhirnya, Eca dan Olivia saling berpelukan satu sama lain. Membuat suasana makin terenyuh karena, suasana malam yang sepi dan penuh ke hangatan.Adit yang melihatnya, cuma bisa tersenyum ikut merasakan kebahagiannya. Begitu juga, dengan sekretaris Xiao jin. Yang dengan senyuman khasnya membuat wanita meleleh dengan se
Semua sudah siap, sekretaris Xiao Jin segera langsung menghidupkan stop kontrak listrik lampu agar segera menyala ke seluruh ruangan. Akhirnya, lampu di seluruh ruangan menyala terang. Membuat mata yang melihatnya, menjadi silau seperti melihat cahaya terang benerang atau matahari yang sangat terik."Xiao Jin, kamu segera panggil Eca untuk kesini. Dengan segera" Pinta Adit."Baik tuan," Jawab sekretaris Xiao Jin, segera mengangguk mengerti.Sekretaris Xiao Jin pun, segera menuju ke ruangan atas. Untuk mengajak nyonya Eca ke ruangan bawah.Untuk memberikannya, kejutan dan permintaan maaf. Karena siang tadi, yang membuat suasananya tidak enak."Bagaimana, kalau Eca tidak memaafkan aku?" Tanya Olivia khawatir."Kamu tenang saja. Pasti, istri saya akan memaafkannya" Jawab Adit. Sambil dirinya, menenangkan ke gugupan Olivia mantan pacarnya itu."Kamu yakin?" Tanya Olivia. Untuk memastikannya lagi."Hmm" Jawab Adit. Di iringi angguka
“Sayang, dengar in penjelasan aku dulu sebentar. Aku mohon, kamu jangan kaya gini terus” Kata Adit, memohon kepada Eca. Ia benar-benar sudah frustrasi berat karena perbuatannya.Tidak lama kemudian, tiba-tiba lampu rumah mereka mati. Membuat Eca kaget kelimpungan pasalnya, Eca benar-benar sangat benci dengan suasana gelap dari sejak kecil.Lantas, Eca langsung segera mencari keberadaan sosok Adit sang suaminya “Adit! Kamu di mana? Aku takut gelap loh” Panggil Eca dengan nada ketakutan. Ia, hampir menangis karena takut suasana gelap.“Adit!” Panggil Eca lagi, kali ini ia berteriak sangat keras. Memanggil nama Adit.Tetapi, sosok Adit tidak menyahuti panggilan dari Eca sama sekali. Membuat Eca, tambah ketakutan sambil sesekali mengumpat di balik selimut tebal dengan badan gemetar.“Adit, kamu di mana?” Gumam Eca lirih di dalam hatinya.Di sisi lain,Adit sudah pergi dari kamarnya semenjak
“Sekarang bagaimana? Istri saya sudah marah besar sama saya? Kalau kamu ingin di maafkan bantu saya untuk membujuk istri saya lagi bagaimana, mau tidak!” Tawar Adit.Sekretaris Xiao jin pun, langsung mengangguk cepat setuju. Karena, ini kesempatan besar bagi dirinya untuk selamat dari cengkeraman maut tuannya itu.“Bagus” Kata Adit sambil menepuk-nepuk pundak sekretaris Xiao jin “Sekarang bagaimana? Sudah ada ide buat membujuk istri saya Eca?” Kata Adit lagi.“sebentar tuan” Xiao jin pun, langsung memikirkan caranya agar bisa membujuk hati nyonya Eca luluh lagi ke tuan Adit “Saya sudah ada tuan.”“Apa idenya?” Tanya Adit penasaran. Lalu, sekretaris Xiao jin pun membisikan idenya di telinga direktur Adit. Direktur Adit pun, setuju dengan ide sekretaris Xiao jin itu “Ide yang bagus” Katanya.“Jadi, kapan kita buat rencananya pak?&rd