“Terima kasih, dok!” ucap Anggun. Baiklah kalau begitu saya akan pergi ke kasir untuk membayar administrasi.
“Tidak, usah. Fisik suami anda sehat dan kami dari rumah sakit tidak melakukan tindakan apapun. Bapak Rico ini hanya bermasalah di jiwanya saja.”
Anggun mengerutkan keningnya. ‘Apakah, gara-gara kabar aku jadian dengan Romeo membuat Mas Rico kepikiran dan terpukul. Aku jadi merasa bersalah,’ tutur Anggun dalam hati dengan wajah sedih sembari melihat sang suami yang terdiam dengan tatapan mata kosong.
“Dok, kalau begitu saya permisi mohon pamit dulu! Terima kasih banyak.”
“Sayang, tolong minta nomor telepon dokter tersebut,” bisik Rico di telinga Anggun.
“Dokter, boleh saya minta kartu nama anda!” pinta Anggun dengan wajah ramah dan sopan.
“Iya, boleh!” Dokter pun memberikan kartu namanya kepada Anggun. ‘Cantik-cantik, tetapi sayang suaminya stress.’ Tutur sang dok
“Perutku, sakit sekali. Maukah, kamu membalur dengan minyak angin seperti tadi?” pinta Rico dengan wajah memelas.“Baiklah, aku ambil minyak angin terlebih dahulu.”Anggun pun mengambil minyak angin di mobilnya. Dan segera kembali ke kamar Rico. Dia pun membalur perut Rico dengan lembut. Setelah selesai, dia pun beranjak lagi untuk pergi ke kamarnya.“Kamu mau kemana?” tanya Rico manja.“Aku mau ke kamar, Mas. Aku lelah dan ngantuk sekali,” sahut Anggun mulai merasa kesal.“Mau dipeluk!” pinta Rico sembari membuka tangannya.“Heuh,” dia melihat ke arah Allina. Allina pun menyuruh Anggun segera memberikan apa yang diminta oleh Rico.Dan, Allina terkejut ketika melihat ke dinding tepat di depan tempat tidur Rico. Pasalnya ada foto pernikahan Rico dan Anggun terpampang d
Anggun tersenyum sendu. “Aku berusaha menahan agar tidak mencintainya karena mungkin aku akan mengajukan perceraian ketika keluar Adelard menerima Nisa. Kamu bangga ‘kan punya sahabat baik hati seperti aku,” tutur Anggun percaya diri.“Dih, malesin banget. Muji diri sendiri, harusnya aku yang bilang. Anggun, aku sangat bangga memiliki sahabat sepertimu yang baik hati.”Allina pun memeluk sahabatnya itu. Dia tidak percaya di balik wajah ceria yang Anggun tunjukkan kesetiap orang ternyata ada masalah yang sangat berat yang sedang dialami oleh sahabatnya itu.“Kamu, tidak usah sungkan jika ingin bercerita kepadaku. Aku janji akan merahasiakan ini semua dari orang lain. Lalu, bagaimana dengan Romeo. Apakah kamu mencintainya?”“Dulu aku mencintainya, bahkan aku tidak pernah berhubungan dengan seorang pria karena menunggunya. Namun, setelah memiliki suami, ra
“Angguuun …,” panggil Allina dengan nada sedih. “Kamu kenapa? Aku tidak apa-apa, Sayang. Percayalah!” Anggun berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Walaupun, sebenarnya, dia merasakan sesak di dada pada saat membayangkan suaminya bercinta dengan wanita lain meskipun itu adalah istri siri sang suami. Rico pun telah selesai menuntaskan hasratnya. Mereka berdua terkulai lemas di tempat tidur. Dia pun kemudian memeluk Nisa dan berkata. “Terima kasih, Sayang. Anggun, aku mencintaimu.” Duar! Nisa bagai disambar petir dimalam hari dalam kondisi cuaca cerah tidak ada angin dan tidak ada hujan. Kalbunya bagai dihujam puluhan belati. Tubuhnya bagai disayat sembilu dan jiwanya bagai dibakar dibakar api yang panas membara. Nisa kemudian melihat lagi wajah Rico dan tampak, bahwa suaminya itu sudah tertidur pulas. Rasanya dia tidak rela jika pria yang sekarang menjadi suaminya itu menci
Kali ini Allina sudah tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya difitnah seperti itu. “Aku sebagai saksinya. Mak lampir itu mungkin tidak tahu jika aku berada di dalam kamar mandi sedari tadi. Dengarkan rekaman ini!” titah Allina sembari memberikan ponselnya.Hati Anggun terasa sakit, ketika dituduh oleh suaminya. Dia pun berlari ke kamarnya sembari menangis. Baru kali ini, Rico melihat Anggun menangis seperti itu karenanya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya karena bingung sebenarnya siapa yang salah, dan siapa yang berbohong.“Tunggu apa lagi cepat dengarkan!” titah Allina sembari memeluk tangannya di depan dada.Rico pun mendengarkan rekaman tersebut, tubuhnya lemas seketika. Dia merasa sangat bersalah kepada Anggun karena telah menuduhnya tanpa bukti.“Sudah mendengarkannya? Sini ponselku!” ketus Allina kepada Rico.Awalnya Allina sangat kag
Anggun tersenyum sinis dan berkata. “Ketika kamu menarikku dan menyakitiku kamu penuh dengan tenaga. Bahkan, aku kesakitan pun kamu tidak perduli.”“Maaf, aku salah,” ujar Rico dengan wajah sedih sembari memelas. Tatapannya pun begitu sendu terlihat akan menangis. Rico pun terus meminta maaf kepada Anggun tanpa henti seperti seorang anak kecil yang sedang meminta pengampunan dari ibunya.“Heuh,” Anggun membuang wajahnya karena dia tidak tega melihat wajah Rico yang seperti itu. Dia pun mengambil piring yang sudah berisi makanan.“Buka mulutmu!” titah Anggun dengan wajah jutek tanpa tersenyum sedikitpun.‘Yes, Anggun sudah memaafkanku! Aku tinggal melancarkan modusku yang lain,’ tuturnya dalam hati.Sarapan Rico pun telah habis, dan Anggun mengambil kunci mobilnya kemudian mengajak Allina pergi.&ldqu
“Ya sudah, aku turun dulu. Mobil mau di bawa olehmu atau olehku?” tanya Anggun.“Biar aku saja, nanti pulang aku jemput!”“Okay,” Anggun dan Allina pun memegang gagang pintu mobil.“Tunggu!” pinta Rico.“Ya,” sahut Anggun dan Allina berbarengan.Rico memberikan tangan agar mereka sun tangan kepadanya. Allina pun mencium tangan kepada Rico dan giliran Anggun yang sun tangan Rico malah menariknya dan mencium bibir Anggun dengan mesra.Spontan Allina menutup matanya, dia tidak mau melihat adegan suami istri yag sedang berciuman.“Terima kasih!” tutur Rico kemudian mengecup kening Anggun.“Kalian berdua tidak menghargaiku sama sekali. Aku masih polos!” ujar Allina.Mereka pun keluar dari mobil. Tiba-tiba dari dalam mob
Anggun membelalak, tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Hatinya menjadi tidak tenang. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah Rico yang sedang berbicara, tidak ada gurauan dari perkataannya. ‘Mampus aku, jika Mas Rico bilang aku adalah istrinya. Apa kata dunia?’ tuturnya dalam hati sembari menggigit bibir bawahnya.Romeo dan Vino pun menunggu perkataan Rico. Mereka penasaran apa yang akan pria itu katakan.“Baiklah, lanjutkan perkataanmu, Rico!” titah Vino.“Aku adalah—”“Dia adalah kakakku,” sanggah Anggun dengan wajah cemas dan kemudian dia melihat ke arah Rico dengan tatapan memohon.“Sudahlah, tidak usah ditutupi lagi. Biarkan mereka tahu yang sebenarnya!” ujar Rico.Deg! Wajah Anggun semakin memucat mendengar perkataan Rico. Allina sang sahabat hanya bisa melihat dan prihatin.
~FlashBack~“Bi, aku mau mencoba bunuh diri. Ketika aku memotong urat nadiku kamu harus menelepon Mas Rico dan Ambulance. Jangan biarkan aku mati percuma, hanya karena kehabisan darah,” paham!”“Iya, juragan Nyonya. Ada yang harus saya lakukan lagi?” tanya Bi Darmi.“Bawakan Alkohol kemari! Agar ketika aku menggoreskan pisau ke tanganku tidak terasa! Dan juga, pisaunya tolong di sterilkan terlebih dahulu. Aku tidak mau terkena infeksi gara-gara pisaunya kotor.”“Iya juragan Nyonya. Ada lagi?” tanya Bi Darmi.“Cukup, sana pergi!” usir Nisa kepada asisten rumah tangga tersebut.Dalam hati Bi Darmi bergumam, mau bunuh diri saja ribet. Ya Tuhan, ingin rasanya istri Tuan Rico yang satu ini segela lewat dari dunia dan pergi ke akherat.~Throwback~Kini Rico d
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad