Anggun membelalak, tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Hatinya menjadi tidak tenang. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah Rico yang sedang berbicara, tidak ada gurauan dari perkataannya. ‘Mampus aku, jika Mas Rico bilang aku adalah istrinya. Apa kata dunia?’ tuturnya dalam hati sembari menggigit bibir bawahnya.
Romeo dan Vino pun menunggu perkataan Rico. Mereka penasaran apa yang akan pria itu katakan.
“Baiklah, lanjutkan perkataanmu, Rico!” titah Vino.
“Aku adalah—”
“Dia adalah kakakku,” sanggah Anggun dengan wajah cemas dan kemudian dia melihat ke arah Rico dengan tatapan memohon.
“Sudahlah, tidak usah ditutupi lagi. Biarkan mereka tahu yang sebenarnya!” ujar Rico.
Deg! Wajah Anggun semakin memucat mendengar perkataan Rico. Allina sang sahabat hanya bisa melihat dan prihatin.
~FlashBack~“Bi, aku mau mencoba bunuh diri. Ketika aku memotong urat nadiku kamu harus menelepon Mas Rico dan Ambulance. Jangan biarkan aku mati percuma, hanya karena kehabisan darah,” paham!”“Iya, juragan Nyonya. Ada yang harus saya lakukan lagi?” tanya Bi Darmi.“Bawakan Alkohol kemari! Agar ketika aku menggoreskan pisau ke tanganku tidak terasa! Dan juga, pisaunya tolong di sterilkan terlebih dahulu. Aku tidak mau terkena infeksi gara-gara pisaunya kotor.”“Iya juragan Nyonya. Ada lagi?” tanya Bi Darmi.“Cukup, sana pergi!” usir Nisa kepada asisten rumah tangga tersebut.Dalam hati Bi Darmi bergumam, mau bunuh diri saja ribet. Ya Tuhan, ingin rasanya istri Tuan Rico yang satu ini segela lewat dari dunia dan pergi ke akherat.~Throwback~Kini Rico d
“Tolong jelaskan, Anggun!” pinta Rico.“Mas Rico, jangan marah-marah dulu. Dia adalah pemilik golongan darah yang sama dengan Nisa. Jadi dia mau mendonorkan darahnya untuk membantu Nisa,” jelas Anggun,“Maafkan aku!” tutur Rico dengan berat hati. “Terima kasih telah bersedia menolong Nisa!”“Karena kamu kasar kepadaku, aku tidak akan cuma-cuma menolongmu. Aku akan meminta imbalan. Yang aku selamatkan adalah istrimu, masa iya, kamu tidak akan memberikan balasan atas pertolonganku,” ucap Romeo.“Baiklah, bagus kalau begitu! Aku juga tidak suka berhutang budi kepada orang lain. Berapa yang kamu minta?” tanya Rico dengan arogan.“Aku tidak membutuhkan uang, aku hanya ingin satu hal darimu!”“Apa?” tanya Rico penasaran.Seringai senyum
Anggun pun masuk ke dalam salah satu toilet. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam sana tanpa suara. ‘Kenapa sih, Mas. Kamu harus salah paham dan tidak membiarkanku untuk menjelaskannya. Aku bukan ingin bersama Romeo tetapi jika Nisa meninggal karena tidak mendapatkan pendonor darah, maka, aku dan kamu akan merasa bersalah seumur hidup,’ ungkapnya dalam hati.“Anggun, buka pintunya, Gun. Aku mau pipis!” ujar Vita salah satu sahabat dekat Anggun di kampus.“Kamu, bisa, ‘kan, pakai toilet yang lain?’ tutur Allina kesal kepada Vita.“Tapi, ini sudah enggak kuat, Allina!” sahut Vita sembari menahan urine yang terbendung di saluran kemihnya.Clek! Pintu toilet pun terbuka.“Masuklah, Vita! Aku sudah selesai,” ucap Anggun dengan suara parau karena habis menangis.“Kamu kenapa, Anggun?” tan
Rico tersenyum smirk kepada Anggun. “Ternyata kamu wanita labil dan tidak konsisten. Setelah kamu bersikap mesra kepada si gondrong itu, sekarang kamu membalas ciumanku? Ternyata memang Nisa, wanita yang benar-benar mencintaiku. Dia tidak sepertimu, pindah dari pria satu ke pria lain.”Plak! Anggun menampar pipi Rico dengan kencang. “Jaga bicaramu, Tuan Rico!” titah Anggun sembari menunjuk ke arah pria yang telah merendahkannya.Kebetulan para pria yang berada di toilet tersebut sudah keluar. Dia pun bisa keluar dengan leluasa dari toilet tersebut. Hatinya begitu sakit karena telah mendengar perkataan menyakitkan dari pria yang telah sah menjadi suaminya. Dia pun mengajak Romeo dan sahabat-sahabatnya untuk pergi dari rumah sakit tersebut.“Aaa …,” teriak Rico di dalam toilet. Dia membasuh wajahnya dengan kasar. “Apa yang telah aku katakan kepada Anggun. Kenapa aku harus be
“Dengarkan aku, ya, Romeo! Walaupun Mas Rico merestui bukan berarti aku mau menjalin hubungan serius denganmu. Semua keputusan ada di tanganku. Dia hanya seseorang yang bertanggung jawab terhadapku. Aku belum bisa menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih dengan pria manapun karena aku punya alasan sendiri. Aku mau fokus kepada kuliahku. Aku ingin mengejar cita-citaku terlebih dahulu. Jadi maafkan aku, jika ucapanku ini mengecewakanmu dan menyakiti hatimu!” ujar Anggun tegas.Romeo tercengang dan melebarkan senyumnya. “Kamu benar-benar wanitaku dan harus menjadi istriku, kelak. Aku bangga kamu bisa bersikap tegas. Aku akan selalu menunggumu hingga kamu benar-benar siap untuk menerima cintaku.”“Terima kasih, Romeo. Kamu mengerti keadaanku!” ujar Anggun sembari memeluk Romeo di depan mobil.Ketika Romeo dan Anggun sedang berpelukan tiba-tiba Vino keluar dari rumah makan tersebut dan m
“Sudahlah!” Anggun menenangkan mereka yang sedang berdebat. “Bapak sudah makan? Bagaimana jika bergabung bersama kami,” tawar Anggun kepada Vino.“Baiklah, aku akan ikut bergabung bersama kalian,” jawab Vino kepada Anggun.“Ch, bukannya baru keluar dari dalam,” decak Romeo sebal sembari jalan terlebih dulu masuk ke dalam restoran Jepang tersebut.LoDi dalam restoran pun kedua pria tersebut berebut tempat duduk. Mereka ingin duduk di samping Anggun. Anggun sudah jenuh dengan pertengkaran mereka berdua. Dia mulai emosi, jika dalam film kartun mungkin kepala Anggun sudah bertanduk dan dari lubang hidungnya keluar asap.“Diaaam …!” teriak Anggun dengan kesal.***Mereka semua terdiam, dan Anggun duduk di antara kedua sahabatnya yaitu Vita dan Allina. Anggun manatap kedua pria itu dengan sorot mata yang tajam. Dia benar-benar sudah kewalahan menanggapi kedua pria terse
Allina dan Anggun masuk ke dalam mobil. Sebelum Allina mengendarai mobil Anggun, dia melihat ponselnya. Lalu, ada nomor Rico di layar benda pipih miliknya."Tumben!" tutur Allina."Apanya yang tumben?" tanya Anggun."Suamimu, meneleponku.""Abaikan saja, lihat chatnya kepadaku!" ujar Anggun memperlihatkan chat Rico kepada Allina."Babang Rico oh babang Rico. Kenapa sih, harus gengsi mengungkapkan kata cinta dan cemburu?" tanya Allina kepada sahabatnya sembari mengeleng-gelengkan kepala karena menurutnya babang Rico itu mencintai Anggun. Namun, gengsi untuk mengatakannya."Cemburu apanya? ini tuh suatu penghinaan untukku. Sekarang, terserah dia, mau dibawa kemana hubungan ini!"***~Rumah Sakit~Nisa sudah dipindahkan ke ruang inap VVIP. Dan, Rico pun menemaninya. Dia mengusap lembut rambut Nisa."Ehmm," gumam Nisa yang tersadar."Sayang, kamu sudah sadar," ujar Rico. "Sayang, maafkan aku! Jangan perna
"Anggun, kamu mau kemana?""Aku mau memasak, aku tidak mau membahas yang tidak penting apa lagi di mushola. Sudah ngomong saja sana sama tembok, aku sudah tidak mau mendengar hinaanmu kepadaku," ujar Anggun dengan tatapan tajam setajam silet."Aku mau nasi goreng buatanmu. Aku lapar, dari semalam aku tidak makan dan tidak tidur karena merindukanmu!" teriak Rico kepada Anggun yang menjauh darinya.Anggun yang sedang melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merasa jika otak Rico sedang konslet. Dari kemarin pria yang menjadi suaminya itu terus menghina dengan perkataan-perkataan yang menyakitkan.Anggun memutarkan tubuhnya ke arah Rico berada. Dia berjalan menghampiri sang suami. Setelah jarak mereka sangat dekat Anggun menatapnya dengan, mengelus lembut wajah suaminya dan ...!""Setelah makan aku akan mengajakmu kencan ke suatu tempat," bisik Anggun di indra pendengaran Rico."Kemana?" tanya Rico denga
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad