"Anggun, kamu mau kemana?"
"Aku mau memasak, aku tidak mau membahas yang tidak penting apa lagi di mushola. Sudah ngomong saja sana sama tembok, aku sudah tidak mau mendengar hinaanmu kepadaku," ujar Anggun dengan tatapan tajam setajam silet.
"Aku mau nasi goreng buatanmu. Aku lapar, dari semalam aku tidak makan dan tidak tidur karena merindukanmu!" teriak Rico kepada Anggun yang menjauh darinya.
Anggun yang sedang melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur, tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merasa jika otak Rico sedang konslet. Dari kemarin pria yang menjadi suaminya itu terus menghina dengan perkataan-perkataan yang menyakitkan.
Anggun memutarkan tubuhnya ke arah Rico berada. Dia berjalan menghampiri sang suami. Setelah jarak mereka sangat dekat Anggun menatapnya dengan, mengelus lembut wajah suaminya dan ...!"
"Setelah makan aku akan mengajakmu kencan ke suatu tempat," bisik Anggun di indra pendengaran Rico.
"Kemana?" tanya Rico denga
Akhirnya, mereka pun saling berciuman. Ciuman tersebut mencurahkan rasa cinta dan rindu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Rico pun menaikkan Anggun ke atas meja dapur dan kemudian membuka daster yang Anggun kenakan. Rico memijat lembut, aset kembar milik sang istri dan kemudian mencicipi secara rakus seperti bayi yang sedang kehausan.Anggun hanya pasrah di atas meja dapur. Kemudian, setelah puas menikmati aset kembar sang istri. Kini, dia sudah berada di tengah-tengah antara kedua kaki Anggun. Rico memainkan organ kenikmatan Anggun dengan menggunakan lingualnya."Sayang, kenapa kamu wangi sekali nasi goreng," tutur Rico sembari memejamkan matanya.Di sisi lain Anggun dan Allina bingung. Mengapa Rico tidur sembari menjulurkan lidahnya.Anggun terus menerus mendekatkan nasi goreng itu ke indra penciuman Rico."Sayang, wangimu semakin lama semakin seperti nasi goreng. lezaaat!""Lin, Mas Rico kenapa sih?" tanya Anggun h
Anggun memegang tangan Rico. "Mas, aku yang egois. Aku tidak mau mempublikasikan pernikahan kita karena aku ingin meraih cita-citaku dan mimpiku. Aku tidak mau menjadi yang kedua dan tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Bahkan, aku tidak tahu, bagaimana jika orang tuaku tahu bahwa kamu telah memiliki istri selain aku. Aku tidak bisa berjanji akan mempertahankan pernikahan kita. Maaf, Mas!"Anggun berlari ke kamarnya dan Rico pun hanya bisa mematung di posisi duduknya.Sedangkan Allina bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia memutuskan mengikuti Anggun ke kamar untuk menenangkannya.***Allina membuka pintu kamar Anggun dan dia melihat sahabatnya itu sedang menangis tersedu-sedu dengan posisi tubuh menelungkup di atas kasur. Dia menghampiri dan duduk di tepi kasur sembari mengelus lembut punggung sahabatnya."Apakah kamu siap kehilangan babang Rico?" tanya Allina kepada Anggun.Anggun bangun dari tidurnya dan
"Bibi setuju sekali tetapi Nyonya harus sering-sering diliat CCTVnya. Kesel bibi juga, masa juragan Nyonya Nisa bawa teman-temannya untuk pesta minuman keras di rumah!" Bi Darmi keceplosan."Maksud Bi Darmi?" tanya Anggun."E-enggak apa-apa, Nyonya." Bi Darmi memukul-mukul bibirnya karena hampir saja semua diceritakan kepada Anggun."Bi, aku tidak akan bilang apa-apa baik sama Mas Rico ataupun Nisa. Ini cerita yang tahu hanya aku dan Allina saja. Semua rahasia dizamin terkunci rapat-rapat tidak akan bocor sama sekali."Bi Darmi pun menceritakan semua kejahatan yang pernah Nisa lakukan selama dia berada di rumah ini. Dari mulai suka mabuk-mabukan, menyimpan banyak ular di kamar tamu, sikapnya kepada orang-orang yang bekerja di rumah ini dan yang terakhir rencana bunuh diri untuk meraih hati Rico kembali."Anggun, ternyata keputusanmu memasang CCTV di mana-mana itu adalah tindakan paling benar.""Iya, Al. Aku akan mengikuti semua permainannya. Aku p
"Tetapi, Sayang. Setelah aku pikir-pikir, aku ingin kamu selalu ada bersamaku sepanjang waktu. Jika aku sedang ingin melakukannya di kantor, bagaimana? Aku takut hilaf dan malah berselingkuh dengan sekretaris baru!"Nisa terdiam dan berpikir sejenak, ada benarnya juga apa yang dikatakan suaminya. Memiliki satu rival saja, sudah membuatnya mumet apalagi jika ditambah adanya wanita lain di hidup Rico."Baiklah, tapi ada satu syarat!" ujar Nisa."Apa itu?" tanya Rico."Aku ingin waktu Mas Rico hanya tercurah untukku baik di kantor maupun di rumah."'Deuh, sama saja bohong! Aku harus memutar otak lagi kalau begini. Tetapi, apa alasan yang tepat,' ungkapnya dalam hati."Mas ..., Mas Rico! kenapa tidak di jawab?" tanya Nisa."Terserah kamu saja!" Rico menjawab dengan senyuman yang dipaksakan.'Tuhan, berikan aku jalan yang terbaik. Aku harus bagaimana?' ratapan hati seorang Rico.Tidak lama ada chat masuk ke ponselnya dari sah
Haciiimmmmm! Entah mengapa hari ini Anggun selalu bersin-bersin. Dia menggosok-gosokan hidungnya yang mancung dengan jari-jemarinya."Aku sepertinya terserang flu!" tutur Anggun kepada Allina."Aku buatkan wedang jahe, ya!" Allina menawarkan."Terima kasih, kamu memang terbaik! Allina, aku jadi teringat film drama Korea. Aku jadi punya ide!""Ide apa, Anggun?" tanya Allina."Kamu lihat saja nanti, jika aku bertemu dengan Nisa!""Aku yakin, ini pasti akan semakin seru!" ujar Allina."Allina, sepertinya aku tidak sopan jika belum menemui maduku di rumah sakit. Apakah kamu mau mengantarku untuk menjenguknya!""Ciihhh, wajahmu itu, Gun. Wajah terese yang baru aku lihat di dunia ini. Ayo kita menjenguknya! Aku juga sudah tidak sabar melihat apa yang akan kamu pertunjukkan kepadaku!""Ayo kita mandi dan dandan yang cantik!" ajak Anggun kepada Allina."Baiklah!"Mereka pun segera membersihkan tubuh dan berdandan
"Aku akan membunuhmu!" ucap Nisa dengan lantang."Uuuhhh, aku atuuut (atut=takut)!" ledek Anggun kepada Nisa.Anggun tersenyum dan kemudian menghapus air mata buayanya. Lalu, dia mematikan rekaman suara dari telepon genggam milik Allina yang dia simpan di dalam tasnya. Dia menyetel ulang rekaman itu di telinga Nisa. Dan betapa terkesiapnya Nisa ketika mendengar hasil rekaman tersebut."Berikan kepadaku rekaman suara itu, cepat!" titah Nisa sembari berteriak.“Suuts, suts, suts, jangan berteriak!” titah Anggun berbisik pelan sembari mengedipkan sebelah matanya. “Tahu enggak, suaramu itu sumbang, kasian orang yang mendengarnya akan sakit telinga!”“Kurang ajar kamu, Anggun,” umpat Nisa dengan emosi.“Aku bukan kurang ajar, Nisa. Tetapi kurang jelek. Soalnya, jeleknya sudah diambil sama kamu semua,” sahut Anggun dengan wajah menyebalkan.“Heuh, emang dasar jalang kamu Anggun. Mana janjimu? katanya kamu akan menceraikan Rico. Tetapi mana buktiny
Rico merasa bahwa suster tersebut melihat ke arahnya dengan penuh curiga. Dia pun beranjak dari kursi dan menuju ruang inap Nisa sekaligus memastikan apakah Anggun berada di sana.Clek! pintu kamar ruang inap VVIP sembilan terbuka.Ternyata benar Anggun sedang berada di sana dengan mata sembab seperti habis menangis. Rico kemudian melihat ke arah Anggun dengan wajah sedih.Namun, beda halnya dengan Anggun, dia melihat wajah Rico dengan senyuman manis dan kemudian menghampirinya.***Rico bingung apa yang akan Anggun perbuat. Dia tidak mau jika perkataan Nisa kepadanya membuat Anggun semakin ingin berpisah dengannya.Namun, hal yang dikhawatirkan ternyata berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Anggun malah memeluknya dengan erat. Ada rasa kehangatan dan kenyaman pada pelukan Anggun terhadapnya. Rico pun membalas pelukan Anggun sama eratnya. Dia bahkan tida
Anggun tersenyum penuh arti kepada Nisa. Dengan cepat dia memutar kursi yang sedang diduduki oleh Rico dan menarik mendekat ke arahnya.Nisa kehilangan pegangan sehingga keseimbangannya tidak stabil. Brug! Diapun terjatuh dari tempat tidur pasien.“Sakiiittt …,” teriak Nisa yang sekarang berada di atas lantai karena terjatuh dari tempat tidur pasien.Rico terkesiap dan dia langsung beranjak dari duduknya untuk membantu Nisa. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Rico."Peluk ...!" titah Nisa dengan nada manja.Rico pun memeluk Nisa sesuai permintaan istri sirinya itu, kemudian menggendongnya ala bride style lalu menidurkannya di tempat tidur pasien.Nisa pun mencibir Anggun sembari memberikan jari tengah ke arah Anggun dari belakang tubuh Rico."Awas hati-hati! Jangan sampai kamu terjatuh kembali!" ujar Rico memberi perhatian kepada Nisa.Sejujurnya, Rico semakin ada yang aneh dengan kedua istrinya tersebut
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad