“Bukankah suami istri itu harus selalu bersama dalam keadaan apapun. Ketika kamu berlutut, maka, akupun akan ikut berlutut bersamamu.”
Rico mengangkat tubuh Anggun untuk bangkit. Kedua mata mereka beradu pandang satu sama lain. Rico tak kuasa menahan air matanya, butiran air dari kedua mata terjun bebas di pipi pria tampan tersebut.
“Sayang. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus segala dosaku kepadamu. Aku terlalu malu. Aku tidak pantas menjadi suamimu.”
“Cukup jangan mengulangi kesalahan yang sama. Bertobatlah, meminta ampun kepada Tuhan. Mulai sekarang, kita sama-sama memperbaiki diri.”
Rico pun kembali memeluk Anggun sembari menangis. “Jangan pernah meninggalkanku. Aku tidak akan sanggup kehilanganmu. Aku sangat mencintamu.”
“Masa?” tanya Anggun dengan nada bercanda.
Rico menghentikan tangis dan melepaskan pelukan. “Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya bahwa aku
"Hemm, ayo, Mas!" ajak Anggun dengan manja sembari menarik kedua tangan Rico."Ya Tuhan, aku suka istriku yang merengek dengan manja seperti ini. Baiklah, tetapi aku ganti pakaian dulu.""Tidak usah, pakai celana training begitu saja, kamu tuh sudah keren, Mas.""Iya ... iya, baiklah. Akan tetapi ada syaratnya!""Aku lapar, aku punya maag loch, Mas.""Cuma cium doank, enggak akan nyampe satu menit."Cup! satu kecupan mendarat di bibir Rico."Ayo!" ajak Rico sembari menggandeng tangan Anggun.Anggun memakai jaket kulit berwarna coklat. Dan itu membuat Rico memiliki ide untuk membawa Anggun makan malam dengan menggunakan motor."Sayang, tunggu!" cegah Rico yang kemudian pergi ke walkin closet untuk mengambil jaket kulit miliknya.Anggun pun menunggu sang suami di depan pintu kamarnya. Lima menit kemudian Rico pun keluar dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam."Pakai jaket kulit juga?" tanya Anggun.
"Baiklah, tetapi jika aku bisa menghabiskannya aku mau malam ini kita cucus 3 ronde."Dengan seringai senyuman licik, Anggun pun menjawab. "Baiklah!"Rico dengan semangat menyantap makan malamnya itu dengan lahap. Dia sangat bahagia ketika Anggun mengiyakan ke keinginannya."Eeuuu," terdengar sendawa dari mulut Rico yang tidak disengaja ketika dia sudah menghabiskan makan malam dengan porsi jumbo.Anggun terperangah ketika suaminya itu bisa menghabiskan makan malamnya dengan cepat. Sedangkan dirinya baru beberapa suap saja."Ayo sayang habiskan!" ucapnya kepada Anggun sembari tersenyum bahagia dan mengusap perut yang agak buncit. "Jangan lupa, sesuai perjanjian 3 ronde."Anggun menatap sedih ke arah Rico sembari memasukan nasi dan lauk lauk ke dalam mulutnya. "Mampus! Bagaimana ini? Kenapa Mas Rico bisa makan sebanyak itu?" gumamnya dalam hati.Anggun sengaja mengulur waktu makannya. Biasanya dalam waktu 10 menit sudah habis. Sedangka
Anggun sangat penasaran. Tanpa ada rasa takut, dia pun keluar untuk menemui pemilik mobil hitam yang masih berada di depan kediamannya tanpa membangunkan Rico yang sedang tidur. Ketika dia melihat dari kaca mobil depan ternyata pemilik mobil itu adalah Nisa.“Keluarlah!” pinta Anggun sembari memasukkan tangan ke dalam saku jaket kulit miliknya.Bruk! Suara pintu mobil yang ditutup dengan kencang.Nisa pun keluar dari mobilnya. Dia melangkahkan kaki dengan arogan sembari melipat tangan di depan dadanya. “Cih, ternyata kamu tahu keberadaanku.”“Tentu saja! Ada apa mengikuti kami?” tanya Anggun dengan tegas.“Hanya mau menertawakan keberhasilan sang pelakor yang merebut suami orang.” Jawab Nisa dengan sinis.Deg! Mendengar hal itu membuat Anggun merasa tersinggung. Dia pun sebenarnya sangat bingung siapa yang pereb
Mendengar pertanyaan dari Anggun membuat Rico terkesiap. Napasnya seakan berhenti. Roh dalam tubuh seakan ingin keluar. Keringat dingin mulai bercucuran dari pori-pori kulit wajahnya. Jika Anggun dan Rico dalam posisi berhadapan mungkin istrinya itu dapat melihat wajah Rico yang pucat.“Si-siapa yang berkata seperti itu?” tanya Rico dengan terbata-bata menunjukkan kegugupan.“Nisa!” jawab Anggun singkat.“Nisa?” tanya Rico dengan terkejut. “Kenapa kamu tidak melaporkan dia ke polisi atau memberitahuku?”“Ternyata Nisa mengikuti kita. Kamu tadi sedang tidur, Mas. Akupun awalnya hanya penasaran dengan mobil hitam yang terus mengikuti kita. Aku menemuinya dan dia berkata bahwa ginjal Kak Arsya ada di dalam tubuhmu, Mas. Jadi jawab dengan jujur, apakah perkataan Nisa itu benar?”Rico langsung terdiam. Dia bingung, apa yang h
Namun, senyuman berbinar Rico berubah menjadi sendu ketika melihat Anggun membuka pintu dengan membawa sebuah koper di tangannya. Rico terdiam seakan tidak percaya bahwa Anggun akan meninggalkannya. Baru saja dia merasakan kebahagian dan sekarang kebahagiaan itu harus sirna begitu saja. Masih terngiang di telinganya ketika Anggun mengucapkan kata cinta dan berjanji tidak akan meninggalkannya. Selain itu, dia pun masih merasakan sentuhan bibir Anggun di bibirnya yang begitu dalam. Kejadian hari ini begitu serasa mimpi indah dan mimpi buruk yang terjadi begitu saja di kehidupannya dalam waktu yang sangat singkat.“Aku tidak menyangka jika kamu adalah pembohong, Anggun.” Ucap Rico dengan dingin.Langkah Anggun terhenti ketika Rico berkata seperti itu kepadanya. Dia pun membalikkan tubuhnya ke arah Rico. “Apa maksudmu mengatakan hal itu kepadaku? Bukankah, kamu yang berbohong kepadaku?”Rico tersenyum
Rico tiba di rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Manik matanya tertuju ke arah kendaraan beroda dua yang dia kendarai bersama Anggun ketika makan malam di lesehan pecel lele. Pada saat itu, dia benar-benar bahagia. Dia tidak menyangka kebahagiaan itu ternyata hanya sementara.Dada Rico terasa sakit dan sesak saat mengingat kenangan beberapa jam yang lalu bersama Anggun. Dia pun memasuki rumahnya dan hanya kenangan yang tersisa. Namun, sekarang Anggun telah pergi tetapi dia meyakini bahwa istrinya itu akan kembali.Rico merasakan pedih yang teramat di dalam lubuk hati yang terdalam. Ternyata dia tidak siap untuk kehilangan Anggun. Dia tidak sanggup jauh dari sang istri."Aaa ...," teriak Rico sekuat tenaga di dalam kediamannya yang megah sembari mengepalkan tangan dan mendongakan kepala ke langit-langit ruangan keluarga tersebut.Prang!Rico tiba-tiba memukul cermin besar yang ada di ruang keluarga hingga cermin itu pecah dan berserakan di lantai.
Sebelum membaca pesan Rico, dia mencari posisi ternyaman. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur dengan diganjal oleh bantal. Setelah itu, dia menselonjorkan kaki dan menutupnya dengan selimbut. Kini dia mulai fokus kepada ponsel dan isi pesan yang Rico kirim untuknya. Dia melihat setiap kata demi kata dan kalimat yang penuh makna yang ditulis oleh Rico. Tidak ada kata yang luput dari penglihatannya. Mata Anggun semakin sayu menatap ponselnya dengan berkaca-kaca. Kini mata itu penuh kesedihan dan pilu. Setelah selesai membaca pesan itu, Anggun menengadah sembari mengipas-ngipas sklera agar cairan yang membendung di matanya tidak jatuh.“Tidak Anggun, kamu tidak boleh menangis. Kamu jangan cengeng! Ingat Mas Rico adalah orang yang telah menyebabkan kematian kakakmu,” ucapnya kepada diri sendiri.Anggun terus berusaha agar tidak menangis. Namun, hatinya tidak bisa dibohongi.“Hiks …
Rico segera menghubungi Andy asisten pribadinya. Dia meminta untuk menyiapkan kejutan pesta ulang tahun di hotel tempat istrinya itu menginap. Selain itu, dia pun meminta untuk memesan beberapa kamar untuknya dan keluarga yang akan datang ke Jakarta. Tak lupa, Rico pun meminta Andy untuk mengundang Romeo, Allina dan Vita."Sayang, aku tidak akan pernah melepaskanmu hingga ajal menjemput," ungkap Rico sembari melihat foto Anggun yang dia jadikan sebagai wallpaper di ponselnya.Rico memanggil dan meminta Bi Darmi untuk mengemasi pakaiannya. Sembari menunggu Bi Darmi, dia turun ke ruang makan untuk sarapan. Rico harus menjaga kesehatannya, karena dia membutuhkan banyak energi untuk hari ini. Dia pun menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan beranjak untuk melangkah ke kamarnya.Langkah Rico terhenti, ketika tak sengaja melihat ke arah cermin yang dia pecahkan semalam. Dia melihat tangannya yang terluka karena tersayat pecahan kaca. Tiba-tiba, dia memiliki sebuah id
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad