Namun, senyuman berbinar Rico berubah menjadi sendu ketika melihat Anggun membuka pintu dengan membawa sebuah koper di tangannya. Rico terdiam seakan tidak percaya bahwa Anggun akan meninggalkannya. Baru saja dia merasakan kebahagian dan sekarang kebahagiaan itu harus sirna begitu saja. Masih terngiang di telinganya ketika Anggun mengucapkan kata cinta dan berjanji tidak akan meninggalkannya. Selain itu, dia pun masih merasakan sentuhan bibir Anggun di bibirnya yang begitu dalam. Kejadian hari ini begitu serasa mimpi indah dan mimpi buruk yang terjadi begitu saja di kehidupannya dalam waktu yang sangat singkat.
“Aku tidak menyangka jika kamu adalah pembohong, Anggun.” Ucap Rico dengan dingin.
Langkah Anggun terhenti ketika Rico berkata seperti itu kepadanya. Dia pun membalikkan tubuhnya ke arah Rico. “Apa maksudmu mengatakan hal itu kepadaku? Bukankah, kamu yang berbohong kepadaku?”
Rico tersenyum
Rico tiba di rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Manik matanya tertuju ke arah kendaraan beroda dua yang dia kendarai bersama Anggun ketika makan malam di lesehan pecel lele. Pada saat itu, dia benar-benar bahagia. Dia tidak menyangka kebahagiaan itu ternyata hanya sementara.Dada Rico terasa sakit dan sesak saat mengingat kenangan beberapa jam yang lalu bersama Anggun. Dia pun memasuki rumahnya dan hanya kenangan yang tersisa. Namun, sekarang Anggun telah pergi tetapi dia meyakini bahwa istrinya itu akan kembali.Rico merasakan pedih yang teramat di dalam lubuk hati yang terdalam. Ternyata dia tidak siap untuk kehilangan Anggun. Dia tidak sanggup jauh dari sang istri."Aaa ...," teriak Rico sekuat tenaga di dalam kediamannya yang megah sembari mengepalkan tangan dan mendongakan kepala ke langit-langit ruangan keluarga tersebut.Prang!Rico tiba-tiba memukul cermin besar yang ada di ruang keluarga hingga cermin itu pecah dan berserakan di lantai.
Sebelum membaca pesan Rico, dia mencari posisi ternyaman. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur dengan diganjal oleh bantal. Setelah itu, dia menselonjorkan kaki dan menutupnya dengan selimbut. Kini dia mulai fokus kepada ponsel dan isi pesan yang Rico kirim untuknya. Dia melihat setiap kata demi kata dan kalimat yang penuh makna yang ditulis oleh Rico. Tidak ada kata yang luput dari penglihatannya. Mata Anggun semakin sayu menatap ponselnya dengan berkaca-kaca. Kini mata itu penuh kesedihan dan pilu. Setelah selesai membaca pesan itu, Anggun menengadah sembari mengipas-ngipas sklera agar cairan yang membendung di matanya tidak jatuh.“Tidak Anggun, kamu tidak boleh menangis. Kamu jangan cengeng! Ingat Mas Rico adalah orang yang telah menyebabkan kematian kakakmu,” ucapnya kepada diri sendiri.Anggun terus berusaha agar tidak menangis. Namun, hatinya tidak bisa dibohongi.“Hiks …
Rico segera menghubungi Andy asisten pribadinya. Dia meminta untuk menyiapkan kejutan pesta ulang tahun di hotel tempat istrinya itu menginap. Selain itu, dia pun meminta untuk memesan beberapa kamar untuknya dan keluarga yang akan datang ke Jakarta. Tak lupa, Rico pun meminta Andy untuk mengundang Romeo, Allina dan Vita."Sayang, aku tidak akan pernah melepaskanmu hingga ajal menjemput," ungkap Rico sembari melihat foto Anggun yang dia jadikan sebagai wallpaper di ponselnya.Rico memanggil dan meminta Bi Darmi untuk mengemasi pakaiannya. Sembari menunggu Bi Darmi, dia turun ke ruang makan untuk sarapan. Rico harus menjaga kesehatannya, karena dia membutuhkan banyak energi untuk hari ini. Dia pun menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan beranjak untuk melangkah ke kamarnya.Langkah Rico terhenti, ketika tak sengaja melihat ke arah cermin yang dia pecahkan semalam. Dia melihat tangannya yang terluka karena tersayat pecahan kaca. Tiba-tiba, dia memiliki sebuah id
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.Kedua orang tua, ditambah dengan mertua dan tentunya sang kakek sudah tiba di hotel tempat Anggun menginap. Kini, mereka sudah ada di sebuah ruangan privasi untuk berbicara perihal ginjal Arsya yang didonorkan kepada Rico.Anggun duduk seorang diri di sofa single seperti terdakwa. Sedangkan semua keluarga fokus melihat ke arah Anggun. Linda adalah orang pertama yang membuka diskusi di ruangan tersebut.“Sayang, mama akan menceritakan sebenarnya apa yang terjadi.”~Flashback~Rico dan Arsya berada di rumah sakit yang sama pada waktu itu. Tak sengaja Risha dan Linda bertemu karena kebetulan ruang inap keduanya berdampingan. Mereka sama-sama berada di ruang ICCU. Pada waktu itu Rico masih belum sadarkan diri. Dia masih kritis dan membutuhkan donor ginjal secepatnya.Risha melihat keadaan Arsya. Arsya sudah bisa diajak berbicara setelah 2 hari tidak sadarkan diri.Arsya tak sengaja mencur
"Mas Rico ...," teriak Anggun sembari menangis dan berlari ke arah sang suami. Dengan mata berkaca-kaca Rico menyambut kedatangan Anggun yang berlari ke arahnya. Bruk! Anggun menyambar dan memeluk suaminya itu dengan erat. "Mas, maafkan aku!" ucap Anggun dalam pelukan Rico. Ari mata mereka berdua mengalir deras jatuh membasahi pipi. Rico melonggarkan pelukannya dan menatap Anggun begitu dalam. Keduanya beradu pandang satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Anggun tak berhenti menangis ketika melihat Rico. Dia tidak percaya bahwa Rico yang katanya sedang berada di singapore, kini ada di hadapannya. Rico mengusap air mata yang terus mengalir di pipi mulus sang istri. "Sayang, apa kamu masih mau menceraikanku?" tanya Rico sembari memegang kedua lengan Anggun. Anggun menggelengkan kepalanya sembari menangis sesenggukan. "Apa kamu membenciku?" tanya Rico lagi membenciku. Anggun pun menjawab masih dengan menggelengkan kepalanya. "Apa kamu merindukanku?" "Sangat," akhi
Anggun menggigit bibir bawah sembari memberikan tatapan menggoda. Dia pun menyingkirkan tangan Rico dari perutnya dan kemudian bangun dari posisi tidur."Ini hariku ... hari ulang tahunku. Kali ini aku ingin memimpin," ucap Anggun sembari menduduki perut Rico."Baiklah, malam ini aku yang akan melayanimu, Sayang."Tubuh Anggun merunduk untuk meraih bibir suaminya yang merah. Dia melumat dengan lembut dan mesra di bibir itu. Rico pun hanya mengikuti permainan sang istri yang kini sedang menjadi nahkoda dalam lautan asmara.Rico mengerjap, ketika sang istri bermain semakin lama semakin liar. Dia tersenyum bangga ternyata Anggun adalah orang yang cepat belajar. Lingual Anggun yang lancip bermain lincah di dalam rongga mulut Rico. Rico pun terus menyeimbangi permainan sang istri yang membuatnya bergairah.Anggun melepaskan satu persatu kancing kemeja Rico dan membuka kemeja itu kemudiapn dia lemparkan secara random. Anggun pun melakukan apa yang Rico s
~Flashback~Setelah semua masuk ke dalam kamar masing-masing, dan Vita pun telah tertidur pulas. Allina keluar untuk mencari Angin segar. Dia sedang patah hati, dadanya terasa sesak dan perasaannya sedang hancur berkeping-keping. Pasalnya, mantan kekasih, sekaligus pria yang masih sangat dicintainya menikah dengan sepupunya sendiri.Allina tidak sengaja melihat Romeo yang sedang merenung di depan kolam renang hotel dengan ditemani satu botol whiskey. Tanpa berpikir panjang, dia pun menghampiri Romeo."Hai, sepertinya lagi galau neh?" tanya Allina."Hahaha, ya, begitulah," jawab Romeo dengan tertawa yang kemudian berucap lirih. "Lalu ... apa yang sedang kamu lakukan malam-malam begini?" Romeo balik bertanya."Sama, aku juga sedang galau karena patah hati. Mantan pacar yang sangat aku cintai hingga sekarang menikah dengan saudara sepupuku. Dan, rasanya sangat--""Menyakitkan," Belum sempat Allina melanjutkan perkataannya, Romeo sudah mengataka
Romeo langsung menatap tajam kemudian mendekat ke arah Allina dan berbisik, "Ini semua adalah ulahmu, Allina.""Hempt," Allina bergidik karena merinding ketika Romeo membisikkan sesuatu di indra pendengarannya. Bulu kuduknya pun semua berdiri. "Ma-maaf," ucapnya dengan terbata-bata."Tanggung jawab!" sahut Romeo sembari beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi.Allina terus memandangi punggung Romeo yang penuh dengan cakaran dari kuku tangannya, hingga pria tersebut masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya.Clek! pintu kamar mandi itu pun tiba-tiba terbuka kembali.Romeo mengeluarkan kepalanya di sela-sela pintu yang terbuka hanya sekedar untuk menggoda Allina."Heuh!" Allina terkesiap ketika kepergok bahwa dia sedang melihat Romeo."Kenapa liatin aku terus? Aku tahu aku tampan!" tutur Romeo dengan penuh percaya diri.Allina mengerjap mendengar ucapan Romeo yang dilontarka
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad