Karena cemas, Anggun pun berlari dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terjadi sesuatu kepada Rico, suaminya.
Dengan napas yang terengah-engah, Anggun tiba di kamar hotelnya. Di atas kasur, Rico sedang duduk sembari memeluk lutut seperti orang yang sedang ketakutan.
“Mas!” panggil Anggun dengan cemas.
“A-anggun, Sayang!” sahut Rico sembari merentangkan tangannya minta di peluk oleh Anggun.
Anggun pun dengan segera menghampiri dan memeluk Rico. Para orang tua meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kamar masing-masing. Mereka takut mengganggu dan juga khawatir Anggun canggung dan malu pada saat meneangkan Rico.
Rico menikmati pelukan Anggun, rasanya begitu nyaman dan tentram. Anggun terus mendekapnya sembari membelai rambut Rico dengan lembut.
Beberapa saat kemudian, terdengar napas yang teratur dan dengkuran pelan dari mulut Rico.
Tangan Rico yang memeluk Anggun dengan posesif, kini telah mel
Setelah memberikan pakaian ganti kepada Riko. Anggun menyiapkan makan malam untuk Rico yang dibawanya dari restoran. Dia tahu, pasti suaminya itu sangat lapar. Karena, setiba di pantai Anyer ini, dia sama sekali belum memakan makanan apapun.Akhirnya, Rico telah selesai mandi. Rambutnya terlihat masih basah karena dengan terpaksa Rico harus mandi besar."Mas, makan dulu. Akan tetapi, ini sudah dingin. Apakah mau aku pesankan lagi?" tanya Anggun yang salah tingkah karena dari lubuk hati yang terdalam, Anggun sanga malu dengan apa yang dilakukannya kepada Rico di kamar mandi."Tidak usah, asalkan disuapi olehmu. Makanan yang dingin pun akan terasa hangat dan nikmat."Anggun membuang wajahnya dari hadapan Rico sembari tersenyum simpul. Entah mengapa dia sekarang sangat suka jika Rico berkata manis yang dibumbui oleh modus dan ditaburi oleh gombalan maut."Kamu marah?" tanya Rico khawatir."Bagaimana aku bisa marah kepada pria yang aku cin
Tiba-tiba cahaya matahari menusuk kedua mata Anggun. "Hmm," Anggun membuka matanya dan tenyata dia sedang berada di dalam pelukan Rico. Anggun terkejut, tetapi setelah itu dia tersenyum lebar karena mengingat apa yang terjadi semalam. Dia pun mensejajarkan wajahnya dengan Rico dan kemudian mengecup lembut bibir sang suami.Rico pun membuka matanya dan tersenyum. "Terima kasih, Sayang."Anggun membelalak dia pun mengisut kembali ke dalam selimbut karena malu."Kapan kamu bangun?" tanya Anggun dari dalam selimbut."Ketika kamu menatapku dan mencium bibirku aku sudah bangun.""Sayang, kamu kenapa sembunyi di dalam selimbut?" tanya Rico heran."Aku malu," jawab Anggun dari dalam selimbut."By the way, terima kasih untuk semalam. Kepalaku jadi terasa enteng. Namun, masih ada yang menjanggal dalam hatiku, karena kamu belum menjawab permintaan maaf ku semalam.""Heuh," Anggun pun keluar lagi dari selimbut. "Bukankah aku sudah menjawab
Rico dengan wajah kesal mengatakan, "Alasannya adalah--""Ya, ayo katakan!" pinta Anggun dengan nada datar."Kamu sangat cantik, aku tidak mau jika pria lain melihat kecantikan istriku!" seru Rico dengan intonasi tinggi dan cepat tanpa jeda sedikitpun. Rico pun bernapas dengan kasar setelah meluapkan isi hatinya.Anggun menghampiri Rico dan kemudian menarik kemeja pantai yang berwarna senada dengan dress yang dikenakannya. "Aku tidak mau jika lipstikku dihapus oleh tisyu basah. Apakah kamu memiliki cara lain untuk menghapus lipstik ku, Mas?" tanya Anggun sembari menatap teduh."E-euh," Rico tiba-tiba tergagap. "Ya Tuhan, ini jantung rasanya mau loncat. Kenapa jika di dekat Anggun jantungku selalu berdegup kencang." Rico mengedipkan matanya dengan cepat. "Hah," Rico membuang napas dengan kasar."Kenapa, Hmm?"Rico menarik pinggang ramping milik Anggun agar lebih dekat dengannya."Ah," desah Anggun yang terkejut karena Rico
"Ta-tapi aku lapar!" jawab Anggun dengan wajah sendu."Haish. Baiklah, ayo kita makan!”Mereka berdua menyusul sang kakek ke restoran untuk sarapan. Namun, tak sengaja Anggun melihat sosok pria yang sangat dia kenal. Ya, dia adalah Romeo. Di restoran tersebut, dia tampak seorang diri tidak ada yang menemani. Anggun pun mengajak Rico untuk menemui Romeo."Kamu temui dulu Romeo, aku akan mengambilkan sarapan untukmu. Kamu mau makan apa?" tanya Rico kepada Anggun."Samakan saja denganmu, Mas!" jawab Anggun kepada suaminya."Oke," Rico pun pergi ke prasmanan hotel untuk mengambilkan sarapan. Sedangkan Anggun, dia pergi menemui Romeo yang sedang duduk sendiri."Romeo," sapa Anggun.Wajah sendu Romeo berubah berbinar, tatkala melihat wanita pujaan ada di hadapannya. "Anggun, sedang apa kamu di sini? Ayo sini duduk, Gun!" tawar Romeo semba
Rico dan Anggun pun berpamitan kepada Romeo. Karena, mereka harus segera check out dari hotel dan pulang. Sedangkan, Romeo masih harus tinggal di sana karena akan bertemu dengan seseorang.***~5 Jam kemudian~Anggun dan Rico sudah berada di kediamannya dan beristirahat sejenak sebelum berkumpul kembali bersama keluarga Adelard. Anggun pun sudah selesai mandi dan berganti pakaian dengan memakai daster. Setelah itu, dia pun kemudian keluar dari kamar untuk menyiapkan makan malam. Namun, Anggun terkejut ketika melihat mama dan mama mertua sedang memegang koper.Anggun pun menghampiri mereka. "Loh, kalian mau ke mana?" tanya Anggun dengan raut wajah sedih."Sayang, mama harus pulang. Ada customer VIP ingin membuat gaun di butik. Lagi pula, papa besok pulang dinas dari luar negeri, jadi mama harus berada di rumah," sahut Linda mamanya Anggun."Iya, lagi pula, mama, kakek dan papa sudah meninggalkan pekerjaan terlalu lama," Risha mamanya Rico men
eesokan harinya, seperti biasa Rico mengantarkan Anggun ke kampus dan ternyata Vino sudah berada di pelataran parkiran. Entah apa atau siapa yang Vino tunggu. Yang jelas wajahnya terlihat khawatir dan resah.Anggun pun keluar dari mobil dan dengan cepat Vino menghampiri dengan setengah berlari. "Anggun apakah kamu baik-baik saja?" tanya Vino cemas."Memangnya, ada apa?" Rico tiba-tiba keluar dari dalam mobil dengan penuh tanda tanya."Rico, lebih baik kamu membawa Anggun sekarang. Hari ini kamu jangan masuk ke kampus, Anggun."Anggun dan Rico saling beradu pandang kemudian menatap aneh ke arah Vino. "Jelaskan pada kami, sebenarnya ada apa?" Rico sekali lagi bertanya."Jangan membiarkan dia sendiri, Ko."Vino kemudian memperlihatkan sebuah foto. Dan di foto tersebut ada sebuah kardus yang berisi bangkai ayam berwarna hitam dan ada foto Anggun di dalamnya yang berlumuran darah."Heuh, apa maksudnya ini?" Rico membelalak dan terkesiap me
Malam pun tiba. Anggun beserta Rico sudah berada di kamarnya sekaligus menyimpan barang-barang belanjaan keperluan mereka selama dua malam."Sayang kamu cantik sekali!" puji Rico kepada Anggun yang mengenakan gaun berwarna merah maroon yang begitu kontras dengan kulit Anggun yang putih.Karena acara telah dimulai, Rico dan Anggun pun pergi ke sebuah tempat di hotel tersebut yang disewa khusus untuk merayakan ulang tahun Rafael Danuwijaya. Namun, ketika Rico dan Anggun akan memberikan ucapan selamat, ternyata ada seorang pria muda yang tak asing untuk mereka berdua."Romeo," panggil Anggun setengah berteriak.Romeo melihat ke arah wanita cantik yang mengenakan gaun merah maroon. "Anggun," ucap Romeo pelan."Apakah dia Anggun wanita yang kamu cintai Romeo?" tanya Rafael Danuwijaya."Yes, Dad. Dan Rico adalah suaminya.""What? Kamu mencintai istri orang?" bisik Rafael kepada anak tunggalnya."Mau bagaimana lagi, Dad. Tetapi, aku j
Rico akhirnya menemukan kamar hotel dengan nomor 212 (Wiro Sableng, hahaha, canda dikit). Dia pun menggedor pintu itu dengan kepalan tangannya.Romeo terbangun dari tidurnya dengan hanya mengenakan boxer hitam bergambar hello kitty. "Siapa sih? Ganggu orang lagi bermimpi indah saja."Romeo pun membuka pintu dan kemudian--Bugh!Rico tiba-tiba memukuli Romeo secara membabi buta. Romeo yang baru bangun dan masih lemas tidak bisa menghindari pukulan Rico yang terus-terusan menghantam wajahnya."Bajingan kamu! Apa yang sudah kamu perbuat kepada istriku!""Aku tidak melakukan apa-apa kepada Anggun, Bang!" jawab Romeo dengan hidung dan sudut bibir yang sudah mengeluarkan darah segar. Romeo sebenarnya bingung, mengapa dia tiba-tiba dibaku hantam seperti ini."Jangan bohong kamu! lihat ini!"Rico memperlihatkan sebuah foto kepada Romeo di ponselnya. Romeo pun terkesiap ketika melihat foto itu. Bahkan, dia saja tidak tahu bahwa d
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad