Rexa kembali dari ke rumah, rasa lelah di perjalanan membuatnya ingin istirahat saja dulu. Gerald pun ikut istirahat di ruang tamu, sebelum naik ke kamar, Rex ale dapur untuk memberitahu Bu Yat agar jangan ada sesiapapun menganggu istirahatnya bersama Yatri.
"Sepenting bagaimana pun tolong Bu Yat jangan ganggu kami," pesan Rexa pada Bu Yat. Setelah itu dia ke atas kamarnya. Tak sengaja dia bertemu dengan Bu Anne."Sudah pulang nak?" tanya Bu Anne.
"Iya, Mi. Rencana besok jadwal balik, tapi aku percepat saja, lagi pula semua sudah kelar," jawab Rexa sembari melonggarkan dasi yang menghimpit lehernya. Bu Anne mengamati raut wajah lelah Rexa, dia berpikir malam ini bukan waktu yang tepat memberitahu tentang Yatri dan Roy pada Rexa. Wajah Rxea terlihat begitu lelah, dan bisa saja bila demikian anaknya itu akan murka pada semua orang bila Bu Anne tetap nekat memberitahunya. "Iya, kamuKeesokan paginya, Yatri lebih dulu bangun. Sejak usai sholat subuh, dia belum beranjak dari sajadahnya. Perkataan Bu Anne selalu terngiang, benarkah kemunculannya di kehidupan Rexa malah akan membuat suaminya itu malah menjadi kesusahan dan tak pantas? iya pikir, bisa saja. Apalah dayanya dia yang hanya sebagai perempuan miskin yang berstatus janda beranak dua. Yatri melirik ke arah Rexa yang masih tertidur lelap, tak ada satu pun yang suamina itu memiliki kekurangan, semua nyaris sempurna di hidup pria yang sudah menumbuhkan janin di rahimnya itu. "Aku pernah hidup bertahun-tahun bersama Galang, tapi bersamamu beberapa bulan ini sangatlah berbeda rasanya, kamu memtilki sifat yang Galang tak punya, aku mencintaimu dan sulit pergi dari kmau hanya merasa tak pantas," gumam Yatri menatap Rexa yang tertidur lelap. Dia melepas mukenanhnya lalu beranjak memeluk Rexa, air matanya tak dapat terbendung lagi, dia menangis tanpa bersuara di
"Kenapa Mami dan Yatri ribut? ada apa?" tanya Rexa yang masih bernada rendah. Dia melangkah ke arah Yatri untuk mmMn menanyakan lebih jelas pada istrinya itu. "Kenapa sayang?" tanya Rexa pada Yatri. Karena sukitnmengatakan apa yang telah Bu Anne tuduhkan padanya, Yatri hanya menggeleng, berharap tuduhan itu tak di dengar oleh Rexa sehingga tak menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka berdua. "Lalu? kenapa Mami sampai marah pada kamu?" tanya Rexa lagi. Bu Anne berdecik kesal. Dia begitu yakin Yatri sulit menjawab karena tak ingin kelakuan busuknya bersama Roy di ketahui Rexa. "Dia tidak mungkin menjawab, karena takut kelakuannya terbongkar, nak," timpal Bu Anne. Rexa membalikkan pandangan pada Maminya, dia menatap dengan penuh keseriusan, aura direktur sudah kembali menghiasi wajah tampan itu. "Kelakuan apa maksud Mami? Yatri jahatun Mami? itu tidak mungkin," kelik Rexa. "Bukan Mami nak, tapi me
Roy berjalan di lorong kantornya. Tak sengaja ia bertemu dengan sekertaris pribadinya, membisikkan sesuatu di telinga Roy. Wajah anak Bu Wanda itu malah tersenyum miring. Dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke ruangan pertemuan di ikuti sekertarisnya itu. Rexa mencoba tenang dalam hal ini meski hatinya ingin menonjok habis-habisan Roy. Tatapan kedua mata pria itu saling menajam satu sama lain. Gerald yang berada di samping Rexa mulai gelisah akan amarah di pendam oleh bosnya itu. 'Ya Tuhan, jangan sampai Pak Rexa menumpahkan darah di kantor ini,' lirih Gerald dalam hati. Rexa mengatur nafas lalu berkata, "Tinggalkan saya berdua dengan anak benalu itu."Kedua asisten dan Gerald keluar dari ruangan itu bersama sekertaris Roy. Sedikit tegang anak Bu Wanda itu, dia sangat tahu bahwa Rexa memiliki ilmu sabuk hitam dalam taekwondo. "Ada apa kau kemari? Kakakku?" tanya Roy melawan rasa taku
Setiba di Desa Hani, Pak Budi segara masuk ke rumah nan amat sederhana itu. Di dalam ada Hani yang berdiri menjemput di pintu. Sedikit terkejut karena kedatangan supir pribadi Rexa itu di rumahnya."Maaf, Dek Hani. Saya datang menyamapaikan pesan Bu Anne," ucap Pak Budi yang sungguh tidak ikhlas menjalankan perintah itu."Pesan apa, Pak?" tanya Hani.Pak Budi mendekat pada Hani, dengan suara yang begitu ia rendahkan, dia berucap pada Hani."Dek Hani di butuhkan oleh Bu Anne, dia menunggu dek Hani ke Kota sekarang juga, tanpa dek Hani dia akan jatih sakit," ucap Pak Budi sesuai kalimat yang diajarkan Bu Anne.Hani tertegun, raut wajahnya gelisah. Bertahun-tahun bersama Bu Anne tentu rasa sayangnya begitu besar pada ibu kandung Rexa itu. Mendengar kata sakit pada Bu Anne buat Hani tanpa pikir panjang lagi memenuhi panggilan itu padanya."Baiklah Pak, saya minta izin pada mamak dan bapak saya," kata Hani lalu
Yatri mulai menyeret sendiri koper-kopernya. Sesaat kakinya terhenti melangkah, membalik ke arah kamarnys kembali. Di kamar itulah ia pertama kali memadu kasih bersama Rexa, mendengar Rexa mengucap kata cinta. 'Ya Allah, aku harus kuat, aku hanya ingun takdir bermain sesuai yang di inginkannya,' ucap Yatri dalam hati. Bu Yat yang melihat itu sungguh tak tega, rasanya ingin menahan Yatri namun Bu Anne yang berdiri di depan pintu terlihat sangat menyeramkan. "Bu Yat, aku pamit ya, terimakasih atas kebaikannya selama ini," ucap Yatri berkaca-kaca. "Kenapa tidak tunggu Tuan Rexa, Bu. Jangan pergi tanpa di ketahui Tuan," sahut Bu Yat memberanikan diri. "Bu Yat!" Bu Anne memekik dari jauh. Dia kesal atas kelancangan Bu Yat yang menahan Yatri pergi. Bu Yat menunduk, nyalinya ciut seketika. Suara dan tatapan Bu Anne memang sangat seram bila sudah marah. Yatrinhanya bisa membalas itu dengan menatap tajam balik ibu mertuanya.
Pagi telah tiba, sinar matahari menyusup di balik jendela kaca, mata Rexa mengerjap. Perlahan membangunkan diri, dia masih merasa pusing, dia melihat di sekelilingnya.'Ah, bukan kamarku, Yatri dimana ya,' ucapnya dalam hati.Rexa keluar dari kamar itu, Bu Anne dan Hani sedang menyiapkan sarapan pagi, sedikit terhenyak karena kehadiran Hani di rumahnya."Kamu udah bangun, Nak. Ayo sarapan dulu," ajak Bu Anne."Nanti saja, Mi. Aku mau ke atas menemui istri
Bu Anne tiba di rumah bersama Hani. Saat itu Rexa sudah ada di rumah untuk pulang sejenak mandi. Bu Anne ya g ingin memamerkan kecantikan Hani pada anaknya ingin agar Hani segera bertemu Rexa di atas kamar. "Bu Yat, tolong siapkan kopi untuk Rexa," pinta Bu Anne. Beberapa menit kemudian, Bu Yat datang membawa kopi sesuai selera Rexa. "Hani, kamu bawakan kopi ini ke atas untuk Rexa," kata Bu Anne. Hani terhenyak, dia masih kaku melakukan hal itu, belum pantas dan takut pada Rexa yang berwajah dingin. "Tapi, Bu. Jangan ah, nanti yang ada malah menganggu Kak Rexa," tolak Hani. "Ck, ini bentuk perhatian, Hani. Sudah kamu bawa, bilang ini dari Mami, sana ayo kamu ke atas," sergah Bu Anne memaksa. Hani mengambil nampan itu dari tangan Bu Anne. Dia ke atas membawa kopi itu dengan tubuh yang bergetar menahan gerogi. 'Hani, jangan sampai kamu buat dia marah,' lirih Hani dalam hati
Seminggu telah berlalu, suara kicauan burung terdengar syahdu di pedesaan itu. Dusun yang lumayan rapi, tapi belum memanfaatkan tangan pemerintah. Semua masih saja tradisional terlihat, warganya pun belum mengenal apa itu gadget atau sekedar teknologi modern lainnya. Randy berjalan bersama asisten pribadinya. Dua hari dia mendata warga yang harus mendapat sembako juga perbaikan rumah agar jadi hunian layak. "Sepertinya masih ada lagi di ujung sana, Ran."
Dua hari kemudian, Rexa dan Yatri kembali ke rumah sakit tahanan. Meski saat itu Yatri sedang mengalami fase mual, namun tak mengurungkan niatnya ingin menjaga Bu Anne."Sayang, seharusnya kamu itu di rumah, istirahat, kasihan bayi kita," ujar Rexa."Tidak, aku akan menemanimu kamu, oh ya, para keluarga korban tigak diantara mereka menyetujui itu, hanya dua lagi harus kita bujuk," papar Yatri.Rexa tak menyangka istrinya bisa sekuat itu melakukannya, dia terharu lalu memeluk Yatri."Maafkan keegoisan kami," ucapnya."Yang, seharusnya ini yang kita lakukan semenjak bulan yang lalu," sahut Yatri. Meski ia tahu tindakan itu malah akan beresiko.Bu Anne siuman, Rexa masih tetap menjaganya dari luar. Suster segera menghampiri Rexa untuk memberitahu keadaan maminya."Bu Anne sudah siuman, Pak. Sepertinya dia ingin bicara dengan anda," kata suster itu.Rexa masuk seorang diri di ruang ICU, dia menda
Malam telah tiba, Rexa meringkuk di balik selimut dengan Yatri. Ada banyak obrolan yang mereka perbincangkan termasuk kondisi Bu Anne."Kabar Ibu bagaimana?" tanya Yatri. Dia tahu Rexa tak membahas kasus Bu Anne karena menjaga perasaannya."Dia baik-baik saja," sahut Rexa. Dia berusaha agar Yatri tak dapat menebak kondisi kekhawatirannya.Namun bukanlah seorang istri namanya bila tak memiliki kontak batin, Yatri sangat tahu bahwa suaminya sedang berbohong. Semenjak penangkapan Bu Anne, sebagai menantu dia pun merasa kasihan pada mertuanya, tetapi jika dia mengeluarkan Bu Anne dari penjara, apakah dia dan keluarganya akan tetap baik-baik saja? ia pikir, belum tentu.Yatri pun juga tak tega melihat suaminya seringkali menyembunyikan kesedihan. Meski berat, namun kebahagiaan pasangan ingin ia utamakan."Sayang, kita bantu mami ya, supaya hukumannya lebih ringan, maksudku kita buat keluarga almarhum karyawan ku
Hari itu Rexa menghadiri sidang maminya, saat itu Yatri tak ia perbolehkan ikut, karena ia tahu maminya akan memberontak bila melihat Yatri bersamanya.Di persidangan, jaksa membacakan tuntutan yang cukup menggemaskan untuk Bu Anne, mendengar itu Rexa bergetar, meski ia sudah menyiapkan tim pengacara hebat buat maminya akan tetapi hukum akan tetap berada di jalan keadilan.Bu Anne berdiri dari kursi terdakwanya, dia menentang semua yang dibacakan oleh jaksa."Itu semua bohong, saya hanya di jebak oleh Asdar, dia otak dalam ledakan itu."Rexa sangat malu dengan tingkah maminya, para pengacara Rexa saat itu mencoba menenangkan Bu Anne.Setelah semua lebih tenang, hakim memutuskan untuk menunda lagi persidangan hingga minggu depan. Rexa menghampiri maminya, tetapi Bu Anne malah membuang wajah."Mami jangan lain kali begitu, itu hanya akan memberatkan Mami," ujar Rexa. Tapi Bu Anne yang masih marah p
Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy."Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan min
Yatri belum bangun, tapi Rexa telah bersiap-siap untuk keluar rumah secepatnya. Dia tak ingin pertanyaan semalam membuat beban pikiran pada istrinya. Rexa akan berusaha menjaga agar istrinya tidak terlibat lagi sama urusan Bu Anne. Dia menganggap, maminya yang salah sepenuhnya pada orang-orang disekitar Yatri.Setiba di kantor polisi, Rexa menuggu Bu Anne di ruang kunjungan. Bu Anne di gotong oleh dua aparat kepolisian."Mami," gumam Rexa. Dia menahan air matanya agar tak menangis didepan maminya.Bu Anne memandang anaknya penuh amarah. Dia membenci Rexa karena membiarkannya mendekap didalam penjara."Mami sudah makan? Rexa bawakan makanan untuk Mami," ujar Rexa mencairkan suasana tegang diantara mereka.Bu Anne malah mendorong makanan itu hingga jatuh ke lantai."Saya tidak butuh makanan dari anak durhaka sepertimu!"Rexa mengusap wajah dengan kasar, memang hati perempuan yang melah
Bu Wanda datang menemui Ray di kantornya, dia menceritakan keinginannya menjodohkan Randy dengan Hani. Mendengar hal itu, Ray terkejut, bukan tidak setuju, tetapi takut bila Hani tidak mencintai kakaknya dengan setulus hati."Yang benar saja, Bu. Jangan bikin perkara baru deh, apalagi Hani itu adik angkat Kak Rexa," ujar Ray."Ibu juga sudah memikirkan itu, tapi apa salahnya, toh Hani juga suka sama kakak kamu, lagipula kita 'kan ingin mempererat tali kekeluargaan."Ray terdiam, menolak pin dia tak memiliki sepenuhnya hak. Menikahkan kakaknya dengan Hani cara yang ia anggap rumit. Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Hani mau menikahi pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya."Terserah Ibu lah, tapi jangan sampai ide Ibu hanya buat kak Randy jadi tambah sakit," kata Ray. Dia tak ingin kakaknya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya lagi."Kalau begitu antar Ibu ke rumah Rexa, kita akan bi
Yatri sudah membereskan semua kamar tidur anaknya, Difa dan Kesang sudah mulai menyambut malam dengan berleha-leha di atas kasur empuknya, sementara Trixa di jaga beberapa baby sitter yang di khususkan oleh Rexa.Dia menuju ke kamarnya, mengganti pakaian yang begitu banyak disediakan oleh para pelayan yang Rexa siapkan untuk istrinya itu."Kalian boleh keluar, aku mau istirahat dulu," pinta Yatri pada keempat pelayan itu.Pelayan itu keluar dengan kepala menunduk, mendapat penghormatan seperti itu, Yatri malah jadi risih. Dia tak habis pikir dengan cara Rexa memanjakannya, bagi Yatri ini sangat berlebihan. Ia sadar diri, dirinya bukan seorang putri raja yang setiap saat di awasi oleh para dayang istana. Tanpa terasa matanya ngantuk hingga buaian bantal membuat ia terlelap.Sejam ia tertidur, Yatri birahinya memuncak, tubuhnya tiba-tiba hangat dan bergairah, selangkangannya terkoyak oleh usapan lembut. Matanya begitu berat untuk ter
Rexa mengusap air matanya, dia tak menyangka jika Ray mampu bertindak demikian. Rexa bahkan berulangkali membaca email Ray, tetap saja keluhan air matanya menetes sedikit demi sedikit."Ada apa, Kak?" tanya Yatri mengangetkan dari belakang."Hm, ini email dari Ray," sahutnya seraya menghapus lelehan air matanya."Kenapa? dia berulah lagi?""Tidak sayang, justru sebaliknya, ini kamu baca," kata Rexa memperlihatkan isi email Ray pada Yatri.Membaca itu, Yatri menghela nafas berat. Dia menggenggam erat tangan Rexa. Yatri memberi isyarat kasih pada suaminya itu."Iya, aku paham maksud kamu. Aku akan bertemu mereka," ujar Rexa menyetujui semua yang diinginkan Yatri.Rexa segera ke rumah ditemani para bodyguardnya. Meskipun saya itu pikirannya berkecamuk karena kasus yang menimpa maminya, namun Rexa berbesar hati sebab kebaikan mulai menyeringai pihak Bu Wanda.Setiba di rumah sakit, Re
Dua Minggu kemudian, rumah lama Rexa digerebek oleh polisi. Rupanya polisi sudah menemukan bukti tentang peledakan toko Yatri. Para anak buah Asdar pun telah ditangkap, namun Asdar berhasil melarikan diri pada saat itu. "Bu Anne Strovert, anda ditangkap sebagai tersangka utama dari peledakan toko Ini Yatri," kata letnan saat itu. Bu Anne berusaha berlari ke atas kamarnya, namun suara tembakan dilayangkan ke udara. Bu Anne menunduk menangis. Kedua polisi memborgolnya. "Kalian salah tangkap, yang menyuruh mereka itu Wanda, bukan saya," ucapnya membela diri. "Jelaskan saja di kantor polisi," kata polisi mengajak Bu Anne masuk kedalam mobil patroli. Bu Anne meronta ingin dilepaskan, didalam mobil dia tak henti mengumpat membanggakan kekayaannya. "Kalian tidak tahu, jika Rexa keluar nanti, dia akan menyewakan pengacara hebat untukku," kata Bu Anne. Polisi itu hanya tertawa mendengarnya. Bu Anne tak meliha