Beranda / Horor / WARUNG TENGAH MALAM / 159-SESEORANG BERJALAN

Share

159-SESEORANG BERJALAN

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-24 14:23:43

Malam semakin larut, aku melihat jam dinding di dalam warung. Yang menunjukan pukul 22.00 malam. Namun, kabut tebal tampaknya masih menemaniku yang duduk di dalam warung hingga saat ini.

Malam yang sungguh sangat sepi, hanya terdengar suara radio di HP dengan lagu-lagu dangdut yang menemaniku, meskipun aku sebenarnya tidak suka dengan lagu yang sedang diputar. Tapi karena hanya satu channel itu yang masih menyiarkan siarannya hingga saat ini, sehingga, mau tidak mau aku dengarkan untuk mengusir sepi.

Semakin malam, rasa dingin semakin menusuk tulang, aku yang pada saat itu mengisi waktu luang dengan mengisi TTS bekas ibuku, kini lebih banyak berdiam diri dan berpikir banyak hal. Bahkan beberapa kali aku melihat gelang yang sedang aku pakai ini.

Bahkan sesekali, aku membuka lagi laci tempat menyimpan uang di dalam wa

pujangga manik

Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM ya Vote dan Komen bintang lima ya supaya saya masih tetap semangat untuk uploab bab terbaru terima kasih.

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
m shidiq
ntar di update lagi ko hehe
goodnovel comment avatar
Joy Julia
yaaah... habis...
goodnovel comment avatar
m shidiq
soalnya aku ga cantik :p
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WARUNG TENGAH MALAM   160-KEYAKINAN

    “Kadieu maneh! Geus cukup ngaganggu si Ujang, (Kesini kamu! Sudah cukup mengganggu si Ujang,)” Kata seseorang yang berkata sambil mengangkat tangannya. Tampak satu bayangan hitam muncul secara perlahan, di antara bayangan-bayangan lain yang berjalan mengikuti orang itu. Sebuah bayangan yang besar melebihi bayangan-bayangan yang lainnya, dan bentuknya sama persis seperti makhluk besar yang melihatku dari luar warung. Namun, semakin dia berjalan mendekati warung. Bayangan-bayangan hitam yang tadi mengikutinya, secara perlahan-lahan menghilang dengan sendirinya. Sehingga terlihat kembali, lampu-lampu rumah yang menyala terang ke arah jalan dari arah Kampung Sepuh. Dan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   161-MENCEKIK

    Keilmuan, sebuah ilmu yang tidak bisa dipelajari oleh semua manusia di dunia ini, ilmu yang tidak dipelajari di Sekolahan hingga Universitas. Namun banyak orang-orang pintar dan bergelar, rela berbondong-bondong datang kepada seseorang yang memiliki keilmuan itu. Karena, mereka bisa memecahkan masalah yang tidak bisa mereka pecahkan hanya dengan jabatan, kepintaran dan uang yang mereka miliki. Tak jarang keilmuan ini di pakai untuk orang-orang yang bertanggung jawab, untuk melancarkan semua usahanya. Bahkan dipakai untuk menyingkirkan lawan mainnya. Keilmuan ini tidaklah jahat. Namun, manusialah yang mengkategorikan itu dengan keilmuan putih dan hitam. Mencelakai manusia yang tidak mengerti keilmuan ini, ataupun mereka hanya membantu dengan ikhlas kepada para manusia yang datang kep

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   162-KESENANGAN

    GRRRRRRRRRRRR ROAR Sima seketika tampak marah, tuannya yang dia jaga tiba-tiba di cekik oleh makhluk suruhan dari Ki Ba’a yang tak lain adalah pamannya sendiri. seketika keluar asap tipis berwarna putih yang muncul dari tubuhnya, dengan tatapan tajam yang tertuju ke arah rumah. Namun, Duag “Cicing maneh Sima, edek jigah kumaha oge, ieu lain urusan maneh! (Diam kamu Sima, mau seperti apapun juga, ini bukan urusanmu! )” Sebuah tangan besar terlihat memegang Sima dan mengangkatnya ke atas. Dia mencoba menahan Sima yang sedang emosi itu, untuk tetap diam. Karena apa yang Ki Ba’a lakukan, tidak ada hubunganya sama sekali dengan Sima.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • WARUNG TENGAH MALAM   163-TURUN

    Suara gaduh dari warung tampaknya tidak mempengaruhi kesunyian dari Gunung Sepuh ketika malam tiba, para mahluk gunung mungkin tidak memperdulikan aku yang sedang susah payah melawan para mahluk yang dikeluarkan oleh Ki Ba’a pada malam itu.Namun mereka lebih tertarik kepada dua orang manusia yang kini sedang berlari ketakutan. karena mereka baru mengetahui, bahwa Gunung Sepuh ketika malam. berbeda dengan gunung-gunung yang sering mereka daki pada umumnya.Hah hah hah“Gunung apaan ini Cha, kita dari tadi berputar-putar terus. Gimana caranya kita bisa keluar dari gunung ini? " Kata Budi yang tampaknya masih terengah-engah sambil menyender ke sebuah pohon besar“Tenda sudah kita tinggalkan, bersama tas kita. Baru kali ini bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • WARUNG TENGAH MALAM   164-TERTIDUR

    “VITO?” Budi dan Icha serentak berteriak, ketika melihat Vito yang kini berada di dekatnya. “Ko, ko lu disini Vit? ” Kata Icha yang masih shock karena tiba-tiba melihat Vito yang mendekati mereka, setelah semalaman di hantui oleh para makhluk yang menampakan dirinya di depan mereka berdua. Vito tampak bingung atas apa yang Icha bicarakan. Apalagi Icha dan Budi kini kondisinya sedang tidak karuan, jaket yang dipakai seadanya. Tidak membawa tas, rambut acak-acakan. Bahkan, sepatunya sendiri tidak di tali secara benar. “Perasaan gue dari tadi nungguin elu di sekitaran sini deh Cha.” “Noh, lu bisa lihat di pohon itu. Itu ada tali rafia yang gue iket sewaktu tadi pagi naik sendirian kesini. ” “Nah gue tadi udah nyoba ke atas,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • WARUNG TENGAH MALAM   165-KONTROL

    Malam semakin larut, namun kali ini tidak ada rasa sepi yang menyelimuti Kampung Sepuh. Yang ada hanyalah suara-suara gaduh yang terdengar hingga seisi kampung. Namun entah mengapa, seperti tidak ada yang berani keluar rumah untuk melihat kegaduhan yang terjadi di dekat warung, padahal baru beberapa waktu tadi, terdengar banyak teriakan-teriakan yang terdengar hingga ke seluruh kampung. Hah, hah, hah, Aku berdiri di depan warung, dengan nafas yang terengah-engah. Badanku kini penuh luka lebam, namun tubuh ini seperti tidak memperdulikan kondisiku yang pada saat itu sangat kesakitan, karena beberapa kali aku mendekati Ki Ba’a namun beberapa kali pula aku terpental kebelakang. Aki Ba’a hanya terdiam sambil beberapa kali bertepuk tangan, seperti mengejekku dan men

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • WARUNG TENGAH MALAM   166-TERLAMBAT

    Waktu kini sudah melewati tengah malam, namun kegaduhan di depan warung masih belum mereda. Udara dingin yang muncul dari Gunung Sepuh tampaknya tidak terasa lagi olehku, Karena tertutup oleh perasaan marah dan emosi yang masih saja meluap-luap dalam tubuhku ini. Urat-urat di sekitar tangan terlihat, kepalan tangan yang terkepal dari tadi masih belum bisa aku kontrol sepenuhnya. Tinggal satu tangan lagi yang masih mengepal dan bergerak sesuka hatinya, sedangkan seluruh tubuh dan kakiku sudah bisa aku kontrol sepenuhnya, karena kelelahan yang sangat terasa yang membebani tubuhku pada malam itu. Tengkorak-tengkorak yang menahan kakiku kini telah menjauh dariku, setelah aku tendang dengan sekuat tenaga hingga seluruh badannya tercerai berai kemana

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • WARUNG TENGAH MALAM   167-PISAU

    Entah sudah jam berapa sekarang, namun gelapnya malam masih terasa di hutan Gunung Sepuh yang menyeramkan ini. Sinar bulan purnama terlihat lebih redup dari sebelumnya, sehingga tidak bisa menyinari hutan di Gunung Sepuh yang gelap gulita ini. Biasanya, ketika malam tiba, Gunung Sepuh ramai dengan suara-suara hewan malam yang saling bersahutan untuk saling berkomunikasi ataupun sedang berburu untuk mencari makanan di sekitar hutan. Namun kali ini, tampaknya terjadi sesuatu yang mengerikan di Gunung Sepuh, yang mengakibatkan seluruh hewan-hewan di Gunung Sepuh tampak berhenti mengeluarkan suara khas nya pada malam itu. Mereka lebih memilih untuk berdiam diri di dalam sarang mereka, seperti sedang menyelamatkan diri dan bersembunyi dari sesuatu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29

Bab terbaru

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 4 - AKHIR CERITA

    Waktu semakin malam, aku dan Iman kini berjalan melewati rumah-rumah di Kampung Sepuh menuju warung. Sekarang para warga bisa berjalan dengan santainya pada malam hari, bahkan tanpa bantuan senter sekalipun, karena baru beberapa bulan yang lalu jalanan Kampung Sepuh dipasangin lampu jalan bertenaga surya untuk penerangan. Ya siapa lagi kalau ada andil Pak Ardi di dalamnya, Pak Ardi benar-benar ingin merubah Kampung Sepuh agar bisa disamakan dengan kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Sehingga apapun yang dia lakukan agar Kampung Sepuh bisa terlihat lebih modern dan bisa diterima oleh masyarakat yang masih menganggap Kampung Sepuh itu adalah Kampung Keramat. Ketika aku sampai, rupanya Ujang sudah duduk di depan warung. dengan aura yang kini tampak berbeda dari yang aku temui di siang hari. Aku yang baru sampai dipersilakan untuk duduk dan bersila, dan akupun secara tidak sadar mengikuti apa yang dia perintahkan. “Aku akan menunjukan A Sidik sesuatu.

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 3 - SUASANA MALAM

    Obrolan yang sangat panjang di depan warung tersebut membuatku terkesima, oleh cerita-cerita Ujang yang dia dapatkan dari pengalamannya sendiri ataupun dari para warga yang mengalami kejadian-kejadian diluar nalar yang terjadi di Kampung Sepuh ini.Setelah perjanjian yang mengikat mereka terputus, para warga mulai beradaptasi kembali dengan suasana malam. Dan sekarang mereka sudah terbiasa dengan malam hari di Kampung Sepuh yang kini sedang aku kunjungi.Disana pula aku mendapatkan beberapa cerita yang tidak aku tulis dalam cerita, cerita-cerita yang menyeramkan terutama ketika menyangkut Ujang pada masa kecil dengan mitos-mitos dan pantangan-pantangan yang ada di sekitar mereka.Pulau Jawa bagian selatan masih penuh misteri, dengan landscape pegunungan yang membentang hingga ke Pantai Selatan. Membuatnya banyak mitos dan kejadian-kejadian yang diluar nalar, yang sering kali bersinggungan dengan manusia yang hidup di dalamnya.Dan bagiku, itu adalah penga

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 2 - TAWARAN

    Sebuah warung kecil, yang awalnya aku tuangkan dalam Kata-kata yang menjadi cerita hingga saat ini. Kini aku lihat sendiri bentuknya, sebuah warung yang dulunya hanya berada dalam imajinasiku sendiri. Kini, aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri.Bekas-bekas runtuhnya warung yang aku ceritakan masih tersisa, dengan banyaknya genteng-genteng yang rusak karena hangus terbakar disusun dan disimpan di rumah Ujang. Warung itu tampak baru, karena setelah kejadian yang menimpa Ujang. Pak Ardi dan para warga sepakat membangun kembali warung tersebut.Warung yang kini aku lihat ini, adalah salah satu point utama dalam ceritaku. Dimana, banyak kejadian yang silih berganti muncul dan harus di hadapi oleh Ujang dan warga Kampung Sepuh.“Kang!” Kataku sambil berdiri dan menyapa Ujang yang mendekatiku.Ujang hanya tersenyum, sifatnya yang agak pendiam terlihat jelas olehku. Ujang tidak setampan atau setinggi orang-orang yang menjadi karakter utama di da

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 1 - AKU (PENULIS)

    “Dik, rumah orang tua kamu dimana sih, aku dah nungguin di Alf*mart deket rumah kamu. ” Sebuah text W* tiba-tiba muncul di HP ku pada pagi itu. Dan ketika aku baca, ternyata Iman sudah sampai di Ciwidey tempat dimana orang tua ku tinggal. Hari ini adalah hari minggu di akhir Februari. Dan pada hari ini, aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk berkunjung ke Kampung Sepuh bersama dengan Iman, anak dari Mang Rusdi yang kini bekerja di tempat yang sama denganku. Aku berkunjung ke Kampung Sepuh, semata-mata untuk bersilaturahmi kepada semua warga yang ada disana. Karena sudah memberiku izin untuk membuat cerita tentang mereka, termasuk dengan segala yang terjadi di dalamnya. Iman dan Mang Rusdi adalah dua orang yang namanya sama dengan cerita yang aku buat. Sedangkan sisanya, aku sengaja memberi nama baru. Dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan mereka ketika aku membuat cerita ini. “Ok, tunggu nanti aku kesana, beli aja makanan ama minuman buat ol

  • WARUNG TENGAH MALAM   267-TUTUP

    Kini,Semuanya kembali normal, Tidak semua orang tahu akan cerita ini. Bahkan hanya beberapa orang yang aku percaya yang mengetahui tentang apa yang terjadi tentang pertarunganku dan Kala pada saat itu.Karena apabila aku bercerita kepada semua orang, pasti banyak orang yang tidak percaya. Karena menganggap itu hanyalah fantasi dan ilusi semata dari seseorang yang kehilangan kakinya di Gunung Sepuh.Namun, berbeda dengan Mang Rusdi dan Mang Darman. Yang kini sering kali menghabiskan waktunya untuk menemaniku di dalam warung, bahkan istri Mang Rusdi sering kali membantuku di rumah untuk sekedar membersihkan rumah dan memastikan aku bisa makan dengan lahap di hari itu.Karena mereka sadar, aku kini hanya sendirian di Kampung Sepuh. Sudah tidak ada lagi orang tua yang menjadi panutanku saat ini. Sehingga mereka secara sukarela membantuku dan menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka yang tidak boleh mereka abaikan.“Mang, nongkrong wae di

  • WARUNG TENGAH MALAM   266-HANCUR

    Dua minggu kemudian.Warung yang sudah hancur akibat aku bakar, kini kembali berdiri. Lengkap dengan etalase yang sudah diperbaiki dan barang-barang yang dagangan yang mengisi penuh etalase dan rak-rak dagangan di warungku ini.Dan suasana sore hari yang penuh dengan hilir mudik warga kampung yang pulang dari sawah dan ladang terlihat olehku yang kini menjaga lagi warung yang sudah aku buat kembali bersama para warga dengan bantuan modal dari Pak Ardi.Aku seperti biasa kini sedang duduk dan bercengkrama dengan Mang Rusdi dan Mang Darman yang baru pulang dari berkeliling kampung untuk berdagang. Canda dan tawa menghiasi obrolan-obrolan tersebut karena sesekali Mang Darman berceloteh dan bercanda atas apa yang dia lakukan.Mereka berdua sudah mengetahui kejadian yang menimpaku di tempat itu, bahkan pertarungan ku dengan Kala di Gunung Sepuh. Dan itu membuat mereka tercengang karena mereka tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang seperti itu di Gunung Sepuh.

  • WARUNG TENGAH MALAM   265-SELAMAT

    Aku kembali berdiri, di tengah-tengah hamparan rerumputan yang luas. Dengan salah satu pohon besar yang ada di puncak yang terlihat olehku dari kejauhan. Rerumputan itu kini tampak lebih hijau dari sebelumnya, dan tidak terlihat lagi ilalang-ilalang yang tinggi menjulang hingga menutupi badanku saat itu. Panas yang terik, dengan angin segar yang berhembus dari pegunungan membuatku merasakan suatu perasaan yang sangat lega. Entah mengapa. Hatiku kini terasa sangat tenang ketika berada di tempat ini. Aku pun berjalan, melewati rerumputan tersebut dengan kakiku yang tidak memakai alas kaki sama sekali. Mencoba untuk berjalan dan duduk kembali di pohon besar yang berdiri di tengah-tengah rerumputan di atas sana. Jalanan yang kulalui sangat begitu mulus, tidak ada serangga-serangga yang menggigit kakiku, tidak ada jalanan yang becek bercampur lumpur. Juga tidak ada lagi lubang yang membuatku terperosok. Semuanya sangatlah berbeda, aku seper

  • WARUNG TENGAH MALAM   264-DETAK JANTUNG

    Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d

  • WARUNG TENGAH MALAM   263-MUNCUL

    Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men

DMCA.com Protection Status