WARISAN ISTRIKU (19)"Gimana, Dick sidangnya? Lancar?" tanya Laras yang menunggu Dicky di depan kantor lelaki itu saat lelaki itu tiba.Dicky mengangguk singkat lalu berjalan cepat mendahului Laras masuk ke dalam ruang kerjanya."Kamu yakin sudah jujur sama saya, Ras?" tanya lelaki itu tiba-tiba.Laras mengernyitkan keningnya. Tak mengerti maksud pertanyaan Dicky."Maksud kamu?""Ada yang kamu sembunyikan dari saya." Dicky menatapnya tajam. "Tadi, saya bicara sama Danu dan dia cerita soal uang pemberian orang tua yang kamu dapatkan yang jumlahnya tidak main-main. Sepuluh miliar rupiah, benar?"Laras mengangguk."Benar, tapi masalahnya apa kamu bilang aku nggak jujur?" Laras bertanya bingung."Uang sepuluh miliar itu bukan jumlah yang sedikit. Saya nggak ingin tahu dari mana, kamu atau orang tuamu mendapatkan uang itu, tapi kamu perlu tahu kalau di luar sana banyak sekali orang yang sedang kesulitan keuangan. Apalagi kamu pasti tahu persis kalau saat ini ada laki-laki yang tahu jika k
WARISAN ISTRIKU (20)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Danu menghentikan laju sepeda motornya tepat di depan bangunan perkantoran yang di depannya tertera nama kantor tersebut yakni Lembaga Bantuan Hukum Dicky Prasetya, S.H, M.H & Partner.Laki-laki itu menyeringai lebar sambil menatap dengan penuh kebencian.Sialan, pikirnya. Gara-gara pengacara ini, niatnya ingin bertemu Laras dan menculik perempuan itu menjadi gagal total.Laras tak pernah hadir dalam persidangan dan hanya mewakilkan kasusnya pada pengacara kondang itu saja untuk berperkara di depan sidang pengadilan sehingga rencana yang ada di kepalanya, ingin melarikan dan memaksa Laras menuruti kemauannya untuk berbagi harta warisan miliknya tidak sedikit pun membuahkan hasil.Karena itu, ia pun akhirnya memutuskan, mencari keberadaan Laras dengan mengintai kantor pengacara Dicky tersebut.Ia berpikir pasti Laras akan datang ke kantor ini juga seusai sidang digelar untuk bertanya sehubungan dengan
WARISAN ISTRIKU (21)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Bu Laras, ibu nggak papa?" tanya Reno saat Danu sudah pergi dari hadapan mereka.Laras menghela nafas lalu menggangukkan kepalanya."Nggak papa, Ren. Yuk, antar saya pulang," sahut Laras sambil merapikan dirinya lalu masuk ke dalam mobil.Reno mengangguk lalu mengikuti Laras, masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin yang tadi sudah dimatikan.Namun, belum sempat memasukkan persneling mobil, dari arah kantor, sosok Dicky tampak berlari menghampiri."Laras, kamu nggak papa? Tadi ada Danu ya? Saya lihat dari atas, barusan dia pergi. Bikin masalah apa dia sama kamu?" tanya lelaki itu dengan raut wajah cemas."Nggak apa-apa, Dick, cuma mau maksa aku ikut sama dia, terus Reno datang," terang Laras."Kalau gitu, kamu harus selalu bersama Reno ya. Jangan sekali-kali pergi tanpa pengawalan," sahut Dicky lagi.Laras mengangguk, lalu kembali masuk mobil saat Dicky mengizinkannya ia pergi. Bu Risma dan Pak H
WARISAN ISTRIKU (22)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Darmi tengah berjalan cepat sambil menenteng belanjaan saat tiba-tiba dari arah belakang, seseorang membekap mulutnya dengan sapu tangan beraroma aneh yang seketika membuat kepalanya terasa pusing tujuh keliling.Ia hendak menoleh untuk melihat siapa yang telah membungkam mulut dan hidungnya begitu rupa serta bermaksud minta tolong suaminya dari orang yang sepertinya ingin berniat jahat terhadapnya tetapi keburu tubuhnya limbung dan lemas.Darmi pun ambruk dan tak ingat apa-apa lagi. Termasuk saat dua orang pemuda tak dikenal yang barusan melumpuhkannya dengan cairan penghilang kesadaran tadi menaikkan tubuhnya ke boncengan roda dua mereka dan membawanya pergi ke tempat tujuan mereka.Sementara itu, Kiswo mulai menyadari jika dirinya telah kehilangan jejak istrinya karena sedari tadi dua orang pemuda yang tak dikenal sibuk mengganggunya dan menjegal langkah kakinya yang hendak mengiringi ke mana istri
WARISAN ISTRIKU (23)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Imas membuka matanya yang terasa berat dan serta merta merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama di bagian kewanitaannya yang begitu pedih dan perih ia rasakan.Ia bahkan sulit bangkit meskipun sudah berusaha untuk bangun dari posisinya yang tengah terkapar di atas lantai rumah kosong yang kemarin menjadi tempat rombongan Alex membawa asisten rumah tangga Laras ke sana.Gadis itu meraba tubuhnya yang terasa dingin dan terkejut sendiri saat menyadari ternyata di badannya tak lagi melekat barang selembar pun pakaian.Ia ternyata dalam keadaan telanjang bulat dan yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah saat melihat cairan berwarna merah tampak membasahi kedua sisi pahanya.Ya, Tuhan. Apa sebenarnya yang sudah terjadi pada dirinya? Hati Imas berbisik nyeri dan kalut.Apakah barusan ia telah diperkosa? Tapi oleh siapa?Dan siapa pula laki-laki bertutup wajah yang barusan membekap mulutnya kuat-kuat s
WARISAN ISTRIKU (24)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Kenapa ini ribut-ribut?" tanya Danu yang baru saja bangun tidur dan keluar dari kamarnya."Nggak tahu itu Imas, dari semalam bawaannya aneh. Marah-marah terus!" sahut Bu Sundari sembari kembali menjatuhkan tubuhnya ke kursi makan dengan gerakan kesal."Memangnya kenapa lagi dia, Bu?" Danu ikut duduk dan tak menunggu mandi atau cuci muka lagi, langsung mencomot makanan yang tersedia di meja makan, membuat Bu Sundari yang melihatnya, menatap penuh rasa tak suka padanya."Kamu itu ya, Nu. Mandi enggak, cuci muka enggak, langsung makan aja, apes bener ibu punya anak laki-laki kayak kamu! Pantes saja si Laras bener-bener nggak mau lagi hidup sama kamu, nggak mau lagi kamu ajak balikan, ternyata kelakuanmu parah begini! Pantes si Sonia juga nolak kamu, lha sifat kamu begini, siapa yang mau nerima kamu jadi suami?" cecar Bu Sundari sambil menjentik punggung tangan Danu yang asyik mencomot makanan.Ditegur
WARISAN ISTRIKU (25)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Yuni," ucap perempuan itu sembari mengulurkan tangannya pada Danu yang terlihat kikuk.Danu pun terpaksa menyambut uluran tangan itu setelah Bu Sundari mengedipkan matanya sebagai kode agar Danu segera menyambut uluran tangan wanita itu."Danu," ucap Danu pula dengan suara lirih, sambil menarik kembali tangannya dengan buru-buru saat wanita sepantaran ibunya yang biasa dipanggil Mbak Yuni itu menggenggam erat-erat jemarinya seolah tak mau cepat-cepat melepas.Sementara Danu merasa risih karena jujur belum bisa menerima kenyataan jika wanita yang hendak dijodohkan padanya oleh ibunya itu ternyata setua dan senarsis ini."Oh ya, Mbak Yuni, duduk dulu yuk. Saya ambilkan minuman dulu," ujar Bu Sundari memecah keheningan yang sesaat tercipta saat dua sosok manusia di depannya usai berkenalan, sembari memegang bahu Yuni dan membimbingnya untuk duduk.Setelah itu, Bu Sundari pun berpaling pada putranya yang
WARISAN ISTRIKU (26)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Laras menghela nafas lega saat akhirnya Dicky mengabarkan jika hakim pengadilan agama akhirnya menjatuhkan putusan talak satu pada sidang pembacaan putusan hakim terhadap perkara gugatan perceraian yang ia ajukan pagi hari itu.Ah, akhirnya setelah melalui drama pertengkaran dengan Danu, putusan cerai pun ia terima juga, bisik hati Laras penuh rasa lega."Selamat ya, Ras. Akhirnya hari ini kemerdekaan yang kamu tunggu-tunggu pun berhasil kamu dapatkan juga. Merdeka dari laki-laki yang hanya ingin memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan pribadi semata dari kamu. Semoga ke depannya kamu makin sukses dengan rencana ingin buka usaha yang kamu inginkan dan bertemu jodoh yang baik, yang menyayangi kamu tanpa niat ingin memanfaatkan apa yang kamu miliki semata ya," ujar Dicky sambil menatapnya lembut.Laras pun tersenyum dan tertunduk menerima tatapan itu."Makasih ya, Dick. Atas segala bantuan kamu. Kalau n
WARISAN ISTRIKU (45)"Gimana, Pak? Apa kata Pak Susanto? Apa beliau bersedia aku menjadi donor ginjal beliau?" tanya Danu saat Pak Harisman masuk ke dalam rumah usai mengunjungi Pak Susanto yang katanya saat ini tengah berada di rumah sakit, menunggu pendonor yang bersedia mendonorkan ginjal untuknya.Pak Harisman tersenyum kecut lalu menghembuskan nafasnya."Beliau mau sih, Nu. Cuma Bapak salah dengar. Bapak kira dia mau ngasih lima ratus juta untuk yang bersedia donor ginjal buat dia, tapi ternyata cuma lima puluh juta.""Kalau cuma lima puluh juta, buat apa, Nu? Rugi! Ginjal tinggal satu, kamu pasti sudah nggak bisa kerja berat lagi. Mana kata dokter, habis donor, harus benar benar jaga kesehatan. Gimana mau jaga kesehatan, kalau hidup kita morat marit, Nu?""Jadi kalau menurut Bapak sih nggak usahlah, Nu. Mending kita jualan es di pinggir jalan aja dari pada donor ginjal. Berat konsekuensinya. Cuma masalahnya kita nggak punya modal buat jualan. Yang nggak perlu modal cuma ngemis a
WARISAN ISTRIKU (44)"Cie ... ini ya calon istri Mas Dicky? Wah cantik banget, Mas ... calonnya ... kapan nih diresmikan?" ujar seorang gadis muda berusia dua puluh tahunan yang ada di hadapan Dicky dan Laras saat laki laki itu memperkenalkan Laras pada keluarga besarnya yang tengah berkumpul di meja tamu pada acara pesta pernikahan mewah yang diselenggarakan oleh sepupu Dicky di sebuah hotel bintang lima tersebut.Mendengar perkataan gadis muda itu, yang lain pun ikut menimpali dengan nada menggoda."Iya, nih. Kapan dihalalkan? Udahan dong jomblonya. Udah kaya juga. Perusahaan udah dua. Kantor pengacara laris job. Aset ada di mana mana. Rumah, mobil, tabungan, semua ada. Tunggu apalagi, Mas Dicky? Mau nyari apa lagi? Emang nggak pengen kayak Mahesa tuh yang akhirnya nikah juga setelah sekian lama jomblo?" sambut yang lain pula hingga membuat baik Dicky mau pun Laras merah mukanya karena menahan jengah."Apa sih, Rasty! Laras ini cuma teman. Nggak usah menggoda deh. Nanti dia nggak ma
WARISAN ISTRIKU (43)Bu Risma menatap putrinya saat Laras tengah mengerjakan laporan keuangan usaha miliknya sembari menyantap sarapan pagi dengan wajah terlihat lelah. Betapa dia melihat putrinya itu telah bekerja keras membanting tulang sedemikian rupa demi kemajuan usaha minimarket miliknya, sehingga hari harinya begitu sibuk dan melelahkan.Ah, andai saja Laras memiliki suami, yang tentu saja sifat dan tindak tanduknya tak seperti Danu, mantan menantunya kemarin, Laras pasti tak perlu secapek ini mengerjakan semuanya sendirian.Sekarang meski pun ada Dicky dan Reno yang tak pernah lepas membantu putrinya itu membangun dan membesarkan usaha, akan tetapi tetap saja beda bila Laras didampingi oleh seorang suami, yang berada di depan menghandle semuanya.Berpikir begitu, Bu Risma pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha mengajak Laras bicara soal mencari pendamping hidup yang baru."Ras ... hmm ... apa kamu belum berpikir untuk ... untuk mencari pengganti Danu, Ras? Sekarang kamu kan s
WARISAN ISTRIKU (42)Laras sendiri usai menjawab pertanyaan Ibunya, lantas membuka ponselnya yang bergetar menandakan ada pemberitahuan baru pada akun media sosialnya. Sepertinya itu adalah notifikasi pesan what's app yang baru saja masuk. Dia pun buru buru membuka aplikasi hijau dalam ponselnya tersebut dan sedikit terkejut membaca pesan baru dari Dicky.[Ras, siang ini kamu sibuk nggak? Hmm ... kalau nggak sibuk, bisa temenin aku menghadiri acara pesta pernikahan sepupuku nggak?][Biasanya sih aku pergi sendiri. Tapi kali ini nggak tahu, kok rasanya pengen ngajak kamu sebagai teman ya.][Tapi kalau kamu sibuk, nggak apa apa kok aku pergi sendiri saja.] tulis Dicky di kolom obrolan.Untuk sesaat Laras dilanda bingung. Haruskah dia menerima permintaan Dicky tersebut atau tidak. Bukankah lazimnya seorang laki laki akan mengajak pasangannya untuk hadir di acara pesta seperti itu? Apalagi ini pesta pernikahan keluarga dekatnya. Apa Dicky tak punya teman spesial atau calon istri yang bisa
WARISAN ISTRIKU (41)Bu Risma menatap putrinya saat Laras tengah mengerjakan laporan keuangan usaha miliknya sembari menyantap sarapan pagi dengan wajah terlihat lelah. Betapa dia melihat putrinya itu telah bekerja keras membanting tulang sedemikian rupa demi kemajuan usaha minimarket miliknya, sehingga hari harinya begitu sibuk dan melelahkan.Ah, andai saja Laras memiliki suami, yang tentu saja sifat dan tindak tanduknya tak seperti Danu, mantan menantunya kemarin, Laras pasti tak perlu secapek ini mengerjakan semuanya sendirian.Sekarang meski pun ada Dicky dan Reno yang tak pernah lepas membantu putrinya itu membangun dan membesarkan usaha, akan tetapi tetap saja beda bila Laras didampingi oleh seorang suami, yang berada di depan menghandle semuanya.Berpikir begitu, Bu Risma pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha mengajak Laras bicara soal mencari pendamping hidup yang baru."Ras ... hmm ... apa kamu belum berpikir untuk ... untuk mencari pengganti Danu, Ras? Sekarang kamu kan s
WARISAN ISTRIKU (40)Namun, Yuni yang masih dikuasai oleh amarah, menepis kasar tangan Danu yang berusaha meraih tangannya dan menyentaknya dengan keras."Jangan sentuh aku, Danu! Aku bilang aku nggak sudi memaafkan kamu lagi! Jadi sekarang juga silahkan pergi dari rumah ini karena aku nggak akan pernah lagi memberikan kamu kesempatan kedua! Tidak!" "Sekarang juga, pergi kamu dari sini, Danu! Rudy, tolong bantu paman kamu ini bawa tasnya lagi masuk mobil biar dia bisa balik ke rumah orang tuanya lagi!" seru Yuni pada keponakannya yang berada di dalam toko yang buru buru keluar saat Yuni memanggilnya.Tas itu pun dimasukkan Rudy ke dalam taksi online kembali lalu setelah itu mendorong tubuh Danu supaya mengikuti juga masuk ke dalam mobil."Ayo, Paman masuk ke dalam mobil. Jangan ganggu Tante aku lagi kalau nggak mau berurusan sama aku!" ujar Rudy pula dengan nada mengancam dan tegas yang membuat Danu mau tak mau akhirnya masuk ke dalam mobil juga karena enggan berurusan dengan Rudy ap
WARISAN ISTRIKU (39)"Nak Danu, kabari kami kalau Nak Danu berhasil menemukan Johnny ya, Nak. Katakan padanya kalau Ibu dan Bapak sudah kangen sekali dan begitu khawatir dia kabur dari rumah sakit jiwa.""Tolong kami Nak Danu. Kami bingung mau mencari Johnny ke mana lagi sekarang ini. Kami sudah tua. Kendaraan pun tak ada. Sulit bagi kami melanjutkan mencari Johnny karena semua itu butuh biaya, Nak. Mau makan saja sulit, apalagi mau mencarinya.""Makanya kalau Nak Danu betul betul ingin mencari Johnny dan berhasil menemukannya, tolong suruh dia pulang dan mengembalikan mobil milik pihak rumah sakit jiwa yang dia bawa kabur ya, Nak. Tolong kami, Nak. Bantuan Nak Danu tak akan pernah kami lupakan kalau Nak Danu berhasil menemukan Johnny," ujar Ibu Johnny dengan penuh harap.Mendengar perkataan Ibu Johnny tersebut, Danu tersenyum getir. Mencari Johnny? Nggak salah? Buat apa lagi dia mencari teman lamanya itu kalau ternyata Johny adalah seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan bukann
WARISAN ISTRIKU (38)"Siapa? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya perempuan tua yang dikenal Danu sebagai ibunya Johnny itu menyapanya.Danu memaksakan senyumnya lalu menjawab."Saya Danu, Bu. Temannya Johnny. Apa Johnny ada dan masih tinggal di sini, Bu? Pak?" jawab Danu sambil mengulurkan tangannya dan masuk ke dalam rumah saat ibu Johnny mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.Mendengar perkataannya, tampak jelas kedua orang tua Johnny terkejut hingga kedua bola matanya menganga."Johnny? Kamu kenal anak saya?" tanya ibu Johnny dengan nada kaget. Begitu pun sang bapak yang ikut ikutan terkejut.Danu menganggukkan kepalanya lalu kembali membuka suaranya."Benar, Bu, Pak saya temannya Johnny. Teman saat SMA dulu. Tadi pagi saya ketemu dia di sebuah warung dan dia memberikan saya sebuah kartu nama yang bisa dihubungi kalau saya butuh bantuan katanya.""Tapi barusan saya telpon telpon kok nomor teleponnya tidak tersambung sehingga akhirnya saya datang ke sini karena seing
WARISAN ISTRIKU (37)"Bodoh sekali kalau aku mau lama lama jadi kacung gratis kamu! Sampai mati hidupku akan begini begini aja! Nggak! Aku nggak sudi! Aku masih punya kesempatan dan masa depan kok, Yun! Nggak mungkin aku korbankan hidup selamanya menjadi pelayan gratis toko kamu ini!""Aku pergi sekarang! Ingat jangan pernah mengiba dan minta balikan kalau aku jadi orang kaya nanti karena aku nggak bakalan mau menerima kamu lagi! Oke! Aku akan kembali pada Laras dan jadi pasangan serasi sebagai pengusaha kaya raya yang akan menjadi dambaan setiap orang di negeri ini! Dengar itu!" jawab Danu masih dengan nada pongah sambil mengambil tas nya dengan kasar lalu dengan kasar pula meninggalkan kediaman Yuni yang hanya mampu menatap kepergian suaminya itu dengan seringai sinis di bibirnya.*****Keluar dari rumah Yuni, Danu segera memesan sebuah taksi online. Dia minta diantarkan menuju sebuah alamat yang rasanya masih dia ingat.Dulu saat masih sekolah bersama sama dengan Johnny, temannya i