WARISAN ISTRIKU (42)Laras sendiri usai menjawab pertanyaan Ibunya, lantas membuka ponselnya yang bergetar menandakan ada pemberitahuan baru pada akun media sosialnya. Sepertinya itu adalah notifikasi pesan what's app yang baru saja masuk. Dia pun buru buru membuka aplikasi hijau dalam ponselnya tersebut dan sedikit terkejut membaca pesan baru dari Dicky.[Ras, siang ini kamu sibuk nggak? Hmm ... kalau nggak sibuk, bisa temenin aku menghadiri acara pesta pernikahan sepupuku nggak?][Biasanya sih aku pergi sendiri. Tapi kali ini nggak tahu, kok rasanya pengen ngajak kamu sebagai teman ya.][Tapi kalau kamu sibuk, nggak apa apa kok aku pergi sendiri saja.] tulis Dicky di kolom obrolan.Untuk sesaat Laras dilanda bingung. Haruskah dia menerima permintaan Dicky tersebut atau tidak. Bukankah lazimnya seorang laki laki akan mengajak pasangannya untuk hadir di acara pesta seperti itu? Apalagi ini pesta pernikahan keluarga dekatnya. Apa Dicky tak punya teman spesial atau calon istri yang bisa
WARISAN ISTRIKU (43)Bu Risma menatap putrinya saat Laras tengah mengerjakan laporan keuangan usaha miliknya sembari menyantap sarapan pagi dengan wajah terlihat lelah. Betapa dia melihat putrinya itu telah bekerja keras membanting tulang sedemikian rupa demi kemajuan usaha minimarket miliknya, sehingga hari harinya begitu sibuk dan melelahkan.Ah, andai saja Laras memiliki suami, yang tentu saja sifat dan tindak tanduknya tak seperti Danu, mantan menantunya kemarin, Laras pasti tak perlu secapek ini mengerjakan semuanya sendirian.Sekarang meski pun ada Dicky dan Reno yang tak pernah lepas membantu putrinya itu membangun dan membesarkan usaha, akan tetapi tetap saja beda bila Laras didampingi oleh seorang suami, yang berada di depan menghandle semuanya.Berpikir begitu, Bu Risma pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha mengajak Laras bicara soal mencari pendamping hidup yang baru."Ras ... hmm ... apa kamu belum berpikir untuk ... untuk mencari pengganti Danu, Ras? Sekarang kamu kan s
WARISAN ISTRIKU (44)"Cie ... ini ya calon istri Mas Dicky? Wah cantik banget, Mas ... calonnya ... kapan nih diresmikan?" ujar seorang gadis muda berusia dua puluh tahunan yang ada di hadapan Dicky dan Laras saat laki laki itu memperkenalkan Laras pada keluarga besarnya yang tengah berkumpul di meja tamu pada acara pesta pernikahan mewah yang diselenggarakan oleh sepupu Dicky di sebuah hotel bintang lima tersebut.Mendengar perkataan gadis muda itu, yang lain pun ikut menimpali dengan nada menggoda."Iya, nih. Kapan dihalalkan? Udahan dong jomblonya. Udah kaya juga. Perusahaan udah dua. Kantor pengacara laris job. Aset ada di mana mana. Rumah, mobil, tabungan, semua ada. Tunggu apalagi, Mas Dicky? Mau nyari apa lagi? Emang nggak pengen kayak Mahesa tuh yang akhirnya nikah juga setelah sekian lama jomblo?" sambut yang lain pula hingga membuat baik Dicky mau pun Laras merah mukanya karena menahan jengah."Apa sih, Rasty! Laras ini cuma teman. Nggak usah menggoda deh. Nanti dia nggak ma
WARISAN ISTRIKU (45)"Gimana, Pak? Apa kata Pak Susanto? Apa beliau bersedia aku menjadi donor ginjal beliau?" tanya Danu saat Pak Harisman masuk ke dalam rumah usai mengunjungi Pak Susanto yang katanya saat ini tengah berada di rumah sakit, menunggu pendonor yang bersedia mendonorkan ginjal untuknya.Pak Harisman tersenyum kecut lalu menghembuskan nafasnya."Beliau mau sih, Nu. Cuma Bapak salah dengar. Bapak kira dia mau ngasih lima ratus juta untuk yang bersedia donor ginjal buat dia, tapi ternyata cuma lima puluh juta.""Kalau cuma lima puluh juta, buat apa, Nu? Rugi! Ginjal tinggal satu, kamu pasti sudah nggak bisa kerja berat lagi. Mana kata dokter, habis donor, harus benar benar jaga kesehatan. Gimana mau jaga kesehatan, kalau hidup kita morat marit, Nu?""Jadi kalau menurut Bapak sih nggak usahlah, Nu. Mending kita jualan es di pinggir jalan aja dari pada donor ginjal. Berat konsekuensinya. Cuma masalahnya kita nggak punya modal buat jualan. Yang nggak perlu modal cuma ngemis a
WARISAN ISTRIKU (1)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Ras, mas ceraikan kamu sekarang juga dengan talak tiga. Mulai hari ini kamu bukan lagi istriku! Silahkan pergi dari rumah ini sekarang juga! Karena mulai saat ini kita bukan lagi suami istri!" ucap Mas Danu, lelaki berwajah tampan yang sudah dua tahun ini menjadi suamiku.Aku nyaris jatuh tersungkur ke atas lantai jika tak berpegangan pada dinding di belakangku saat mendengar ucapan laki-laki yang sangat kucintai itu. Tega ia menceraikan aku tanpa tedeng aling-aling. Tanpa sedikitpun penjelasan apa salah dan kurangku padanya.Selama ini meski hidup sederhana, hubungan kami nyaris tidak ada masalah yang berarti.Meskipun belum dikaruniai keturunan, tetapi rumah tangga kami adem ayem saja. Tak ada percekcokan yang berarti. Semua baik-baik saja. Lantas jika tiba-tiba Mas Danu menceraikan aku, bahkan tak tanggung-tanggung lagi dengan talak tiga, salahkan jika aku mempertanyakannya dan nyaris tidak bisa
WARISAN ISTRIKU (2)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Ras, tunggu! Kamu bilang bapak dan ibu kamu baru jual tanah? Kapan?" Mas Danu membuntuti langkahku ke dalam kamar."Kemarin, Mas. Tadi pagi aku pengen cerita tapi kamu keburu berangkat kerja. Jadi aku tunda dulu, eh tiba-tiba malah kamu talak aku seperti ini," sahutku sambil mengambil tas pakaian lalu mulai memasukkan baju-bajuku ke dalamnya."Ehm, iya ... tapi itu kan karena mas nggak tahu! Kalau mas tahu pasti ..." Mas Danu tak melanjutkan kalimatnya. Ia terlihat menggaruk-garuk kepalanya, salah tingkah."Kalau tahu kenapa, Mas?" Aku menghentikan gerakanku lalu memicingkan mata ke arahnya."Ng-nggak papa, Ras... Oh ya jadi besok kamu beneran mau pergi?" Mas Danu mengalihkan pembicaraan, masih terlihat salah tingkah."Lha iya dong. Bukannya Mas yang nyuruh aku pergi?" tanyaku balik."Nggak juga sih. Nggak harus besok. Lusa atau kapan-kapan juga gak papa kok," sahutnya membuatku bingung."Kok gitu?
WARISAN ISTRIKU (3)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Nggak usah, Mas. Makasih. Biar aku pulang sendiri aja. Mas kan udah talak tiga aku di depan saksi. Nggak pantas rasanya kalau kita masih pergi berdua. Apa kata tetangga nanti, Mas? Pak Brahma dan Pak Dicky pasti sudah bilang ke mana-mana kalau kita sudah bercerai. Aku punya perasaan, Mas. Nggak enak sama orang-orang," sahutku sambil meneruskan kesibukanku memasukkan pakaian yang masih bisa dipakai ke dalam tas besar yang akan kubawa pulang ke kampung halaman nanti."Tapi Jawa Timur itu jauh, Ras. Mas khawatir ...," ujarnya lagi."Ngapain Mas khawatir? Tadi waktu nalak aku Mas nggak kelihatan khawatir kok. Kenapa sekarang tiba-tiba cemas aku kenapa-kenapa di jalan?" sahutku dengan tatapan tajam ke arahnya.Mendengar jawabanku, Mas Danu terlihat kikuk."Ya ... khawatir juga dong, Ras. Tapi tadi kan belum sempat ngomong. Sekarang aja baru sempat ngomong kalau perempuan itu sebenarnya nggak boleh pergi ja
WARISAN ISTRIKU (4)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Mas Danu! Mas ... ."Bu Sonia nyelonong masuk dan memanggil Mas Danu yang tadi kulihat ada dalam kamar.Entah apa yang dikerjakan laki-laki itu di sana tetapi sejak aku beranjak ke depan televisi tadi, Mas Danu memang belum keluar kamar.Namun, mendengar panggilan dan suara Bu Sonia yang bergema di seantero rumah, lelaki itu akhirnya keluar juga.Melihat sosok Bu Sonia, lelaki itu terlihat kaget."Sonia! Ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Danu dengan alis terangkat dan pandangan tak suka. Aneh!"Habis aku telpon-telpon, Mas nggak ngangkat! Tumben? Mas lagi ngapain sebenarnya? Emang nggak denger aku nelpon dari aku?" tanya Bu Sonia dengan nada menyelidik.Mendengar pertanyaan itu, Mas Danu menghela nafas."Mas kan nggak selalu pegang hp, Son. Lagipula mau apa? Hari sudah malam. Mas mau istirahat karena besok mau kerja lagi. Tapi ... belum tahu juga sih besok kerja atau nggak soalnya Laras mau pulang ke J
WARISAN ISTRIKU (45)"Gimana, Pak? Apa kata Pak Susanto? Apa beliau bersedia aku menjadi donor ginjal beliau?" tanya Danu saat Pak Harisman masuk ke dalam rumah usai mengunjungi Pak Susanto yang katanya saat ini tengah berada di rumah sakit, menunggu pendonor yang bersedia mendonorkan ginjal untuknya.Pak Harisman tersenyum kecut lalu menghembuskan nafasnya."Beliau mau sih, Nu. Cuma Bapak salah dengar. Bapak kira dia mau ngasih lima ratus juta untuk yang bersedia donor ginjal buat dia, tapi ternyata cuma lima puluh juta.""Kalau cuma lima puluh juta, buat apa, Nu? Rugi! Ginjal tinggal satu, kamu pasti sudah nggak bisa kerja berat lagi. Mana kata dokter, habis donor, harus benar benar jaga kesehatan. Gimana mau jaga kesehatan, kalau hidup kita morat marit, Nu?""Jadi kalau menurut Bapak sih nggak usahlah, Nu. Mending kita jualan es di pinggir jalan aja dari pada donor ginjal. Berat konsekuensinya. Cuma masalahnya kita nggak punya modal buat jualan. Yang nggak perlu modal cuma ngemis a
WARISAN ISTRIKU (44)"Cie ... ini ya calon istri Mas Dicky? Wah cantik banget, Mas ... calonnya ... kapan nih diresmikan?" ujar seorang gadis muda berusia dua puluh tahunan yang ada di hadapan Dicky dan Laras saat laki laki itu memperkenalkan Laras pada keluarga besarnya yang tengah berkumpul di meja tamu pada acara pesta pernikahan mewah yang diselenggarakan oleh sepupu Dicky di sebuah hotel bintang lima tersebut.Mendengar perkataan gadis muda itu, yang lain pun ikut menimpali dengan nada menggoda."Iya, nih. Kapan dihalalkan? Udahan dong jomblonya. Udah kaya juga. Perusahaan udah dua. Kantor pengacara laris job. Aset ada di mana mana. Rumah, mobil, tabungan, semua ada. Tunggu apalagi, Mas Dicky? Mau nyari apa lagi? Emang nggak pengen kayak Mahesa tuh yang akhirnya nikah juga setelah sekian lama jomblo?" sambut yang lain pula hingga membuat baik Dicky mau pun Laras merah mukanya karena menahan jengah."Apa sih, Rasty! Laras ini cuma teman. Nggak usah menggoda deh. Nanti dia nggak ma
WARISAN ISTRIKU (43)Bu Risma menatap putrinya saat Laras tengah mengerjakan laporan keuangan usaha miliknya sembari menyantap sarapan pagi dengan wajah terlihat lelah. Betapa dia melihat putrinya itu telah bekerja keras membanting tulang sedemikian rupa demi kemajuan usaha minimarket miliknya, sehingga hari harinya begitu sibuk dan melelahkan.Ah, andai saja Laras memiliki suami, yang tentu saja sifat dan tindak tanduknya tak seperti Danu, mantan menantunya kemarin, Laras pasti tak perlu secapek ini mengerjakan semuanya sendirian.Sekarang meski pun ada Dicky dan Reno yang tak pernah lepas membantu putrinya itu membangun dan membesarkan usaha, akan tetapi tetap saja beda bila Laras didampingi oleh seorang suami, yang berada di depan menghandle semuanya.Berpikir begitu, Bu Risma pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha mengajak Laras bicara soal mencari pendamping hidup yang baru."Ras ... hmm ... apa kamu belum berpikir untuk ... untuk mencari pengganti Danu, Ras? Sekarang kamu kan s
WARISAN ISTRIKU (42)Laras sendiri usai menjawab pertanyaan Ibunya, lantas membuka ponselnya yang bergetar menandakan ada pemberitahuan baru pada akun media sosialnya. Sepertinya itu adalah notifikasi pesan what's app yang baru saja masuk. Dia pun buru buru membuka aplikasi hijau dalam ponselnya tersebut dan sedikit terkejut membaca pesan baru dari Dicky.[Ras, siang ini kamu sibuk nggak? Hmm ... kalau nggak sibuk, bisa temenin aku menghadiri acara pesta pernikahan sepupuku nggak?][Biasanya sih aku pergi sendiri. Tapi kali ini nggak tahu, kok rasanya pengen ngajak kamu sebagai teman ya.][Tapi kalau kamu sibuk, nggak apa apa kok aku pergi sendiri saja.] tulis Dicky di kolom obrolan.Untuk sesaat Laras dilanda bingung. Haruskah dia menerima permintaan Dicky tersebut atau tidak. Bukankah lazimnya seorang laki laki akan mengajak pasangannya untuk hadir di acara pesta seperti itu? Apalagi ini pesta pernikahan keluarga dekatnya. Apa Dicky tak punya teman spesial atau calon istri yang bisa
WARISAN ISTRIKU (41)Bu Risma menatap putrinya saat Laras tengah mengerjakan laporan keuangan usaha miliknya sembari menyantap sarapan pagi dengan wajah terlihat lelah. Betapa dia melihat putrinya itu telah bekerja keras membanting tulang sedemikian rupa demi kemajuan usaha minimarket miliknya, sehingga hari harinya begitu sibuk dan melelahkan.Ah, andai saja Laras memiliki suami, yang tentu saja sifat dan tindak tanduknya tak seperti Danu, mantan menantunya kemarin, Laras pasti tak perlu secapek ini mengerjakan semuanya sendirian.Sekarang meski pun ada Dicky dan Reno yang tak pernah lepas membantu putrinya itu membangun dan membesarkan usaha, akan tetapi tetap saja beda bila Laras didampingi oleh seorang suami, yang berada di depan menghandle semuanya.Berpikir begitu, Bu Risma pun akhirnya membuka mulutnya, berusaha mengajak Laras bicara soal mencari pendamping hidup yang baru."Ras ... hmm ... apa kamu belum berpikir untuk ... untuk mencari pengganti Danu, Ras? Sekarang kamu kan s
WARISAN ISTRIKU (40)Namun, Yuni yang masih dikuasai oleh amarah, menepis kasar tangan Danu yang berusaha meraih tangannya dan menyentaknya dengan keras."Jangan sentuh aku, Danu! Aku bilang aku nggak sudi memaafkan kamu lagi! Jadi sekarang juga silahkan pergi dari rumah ini karena aku nggak akan pernah lagi memberikan kamu kesempatan kedua! Tidak!" "Sekarang juga, pergi kamu dari sini, Danu! Rudy, tolong bantu paman kamu ini bawa tasnya lagi masuk mobil biar dia bisa balik ke rumah orang tuanya lagi!" seru Yuni pada keponakannya yang berada di dalam toko yang buru buru keluar saat Yuni memanggilnya.Tas itu pun dimasukkan Rudy ke dalam taksi online kembali lalu setelah itu mendorong tubuh Danu supaya mengikuti juga masuk ke dalam mobil."Ayo, Paman masuk ke dalam mobil. Jangan ganggu Tante aku lagi kalau nggak mau berurusan sama aku!" ujar Rudy pula dengan nada mengancam dan tegas yang membuat Danu mau tak mau akhirnya masuk ke dalam mobil juga karena enggan berurusan dengan Rudy ap
WARISAN ISTRIKU (39)"Nak Danu, kabari kami kalau Nak Danu berhasil menemukan Johnny ya, Nak. Katakan padanya kalau Ibu dan Bapak sudah kangen sekali dan begitu khawatir dia kabur dari rumah sakit jiwa.""Tolong kami Nak Danu. Kami bingung mau mencari Johnny ke mana lagi sekarang ini. Kami sudah tua. Kendaraan pun tak ada. Sulit bagi kami melanjutkan mencari Johnny karena semua itu butuh biaya, Nak. Mau makan saja sulit, apalagi mau mencarinya.""Makanya kalau Nak Danu betul betul ingin mencari Johnny dan berhasil menemukannya, tolong suruh dia pulang dan mengembalikan mobil milik pihak rumah sakit jiwa yang dia bawa kabur ya, Nak. Tolong kami, Nak. Bantuan Nak Danu tak akan pernah kami lupakan kalau Nak Danu berhasil menemukan Johnny," ujar Ibu Johnny dengan penuh harap.Mendengar perkataan Ibu Johnny tersebut, Danu tersenyum getir. Mencari Johnny? Nggak salah? Buat apa lagi dia mencari teman lamanya itu kalau ternyata Johny adalah seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan bukann
WARISAN ISTRIKU (38)"Siapa? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya perempuan tua yang dikenal Danu sebagai ibunya Johnny itu menyapanya.Danu memaksakan senyumnya lalu menjawab."Saya Danu, Bu. Temannya Johnny. Apa Johnny ada dan masih tinggal di sini, Bu? Pak?" jawab Danu sambil mengulurkan tangannya dan masuk ke dalam rumah saat ibu Johnny mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.Mendengar perkataannya, tampak jelas kedua orang tua Johnny terkejut hingga kedua bola matanya menganga."Johnny? Kamu kenal anak saya?" tanya ibu Johnny dengan nada kaget. Begitu pun sang bapak yang ikut ikutan terkejut.Danu menganggukkan kepalanya lalu kembali membuka suaranya."Benar, Bu, Pak saya temannya Johnny. Teman saat SMA dulu. Tadi pagi saya ketemu dia di sebuah warung dan dia memberikan saya sebuah kartu nama yang bisa dihubungi kalau saya butuh bantuan katanya.""Tapi barusan saya telpon telpon kok nomor teleponnya tidak tersambung sehingga akhirnya saya datang ke sini karena seing
WARISAN ISTRIKU (37)"Bodoh sekali kalau aku mau lama lama jadi kacung gratis kamu! Sampai mati hidupku akan begini begini aja! Nggak! Aku nggak sudi! Aku masih punya kesempatan dan masa depan kok, Yun! Nggak mungkin aku korbankan hidup selamanya menjadi pelayan gratis toko kamu ini!""Aku pergi sekarang! Ingat jangan pernah mengiba dan minta balikan kalau aku jadi orang kaya nanti karena aku nggak bakalan mau menerima kamu lagi! Oke! Aku akan kembali pada Laras dan jadi pasangan serasi sebagai pengusaha kaya raya yang akan menjadi dambaan setiap orang di negeri ini! Dengar itu!" jawab Danu masih dengan nada pongah sambil mengambil tas nya dengan kasar lalu dengan kasar pula meninggalkan kediaman Yuni yang hanya mampu menatap kepergian suaminya itu dengan seringai sinis di bibirnya.*****Keluar dari rumah Yuni, Danu segera memesan sebuah taksi online. Dia minta diantarkan menuju sebuah alamat yang rasanya masih dia ingat.Dulu saat masih sekolah bersama sama dengan Johnny, temannya i