Share

Bab 68

Aku menggeleng, meskipun nggak munafik, ada rasa ingin menenggaknya.

"Dih, kenapa? Tobat, lu?"

"Hehehe, ya gitu."

"Jadi ustaz lu sekarang?"

"Nggak harus jadi ustadz kali," jawabku.

"Hahaha."

"Kok lu udah keluar sih?" tanyaku ke si Dono.

"Gue cuma jadi saksi doang."

"Kok bisa?"

"Ya gitu deh, udah ah males bahas itu. Gue nyesel banget jadinya."

Kami pun mengobrol banyak hal, hingga akhirnya aku tergoda lagi pada minuman itu. Ah, pers*tan! Keluargaku saja masih terus menaruh curiga, untuk apa aku benar-benar berubah?

"Bini lu masih sama, kan?" tanya Aris.

"Ya sama, lah. Masa iya beda?"

"Ya kali, dia nggak mau hidup sama lu gara-gara kebanyakan masalah."

Bug!

Kutinju wajahnya dengan sekuat tenaga. Padahal, aku tak pernah menghina mereka, tapi kenapa mereka seakan mudah untuk menghinaku.

Adu tinju pun tak terelakkan, hingga akhirnya aku tersungkir ke tanah. Emang dasarnya teman tak tahu diri, bukannya melerai malah justru menyoraki kami bak sedang adu ayam.

"Ya Allah, Helmi,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status