Share

Bab 32

Ia langsung panik dan membantuku untuk masuk ke dalam. Setelah selesai, Maman pamit undur diri.

"Makasih, ya, Man," ucapku.

"Sama-sama, Pak. Kebetulan saja, saya tadi memang mau ke juragan Pendi."

"Juragan Pendi?" tanyaku.

Karena setahuku, Juragan Pendi adalah pemilik perkebunan sayur. Sering kali kami bertemu, namun karena sifatnya yang slengean membuatku malas bergaul dengannya.

"Iya, Pak. Mulai besok, saya kerja di sana," ucap Maman.

"Loh, kamu nggak kerja di Fira lagi?" tanyaku memastikan.

Maman menggeleng, tatapannya berubah sendu. Ada apa dengan perkebunan milik Fira? Tidak mungkin jika adikku itu memecat Maman, karena ia sudah bekerja semenjak tanam benih pertama.

"Bapak tidak tahu?" Kali ini, giliran aku yang menggeleng.

"Kebun Bu Fira sudah dijual."

Rasanya mataku hendak keluar saat mendengar kabar ini. Apa? Dijual? Kenapa Fira tak berbicara padaku tentang hal ini?

"Ya sudah, Pak, saya permisi dulu."

Aku mengangguk, membiarkan Maman pergi dan meneruskan tujuannya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status