Share

Gangguan

Penulis: Ucu Nurhami Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa Nafis?" tanya wanita itu lagi dengan penuh penekanan. Beliau adalah ibu mertuaku, mamanya Mas Azril.

"Em, bukan siapa-siapa, Ma." Aku langsung berjalan ke arahnya dengan senyuman yang mengembang. Aku memang kurang suka kedatangan Mama saat ini, karena akan menghambat pernikahan Mas Azril dan Nafisah.

Namun, di sisi lain aku juga bahagia, karena Mas Azril tidak akan bisa berkutik di depan Mama. Enggak akan pernah. Jadi saat ini, aku sudah bisa lebih tenang menjalani hidup ini seperti keluarga normal dalam beberapa hari ke depan, dan akan kupastikan kalau Mas Azril tidak akan bisa berkutik.

"Anak Mama gak nakal kan?" tanya Mama dengan kepanikan yang sangat terlihat di wajahnya.

"Mama bisa tanyakan langsung pada orangnya." Aku tersenyum menyeringai ketika melihat Mas Azril yang tidak bisa bicara,hanya menggeleng saja.

"Kau bisu?" Mama menatap anaknya tajam. "Perasaan di keluarga kita semuanya normal?" Mama lagi-lagi mengeluarkan kata-kata yang membuat mental Mas Azril terlempar, tentu saja karena laki-laki itu tahu kalau orang tuanya tidak akan berpihak padanya.

Tidak akan pernah.

Mertuaku ini bukan mertua kejam seperti yang ada di film-film, apalagi sampai menindas mertua, enggak mungkin. Beliau adalah perempuan yang sangat lembut, setiap kata yang diucapkannya kepada para wanita selalu halus, berbeda dengan laki-laki. Kecuali suaminya.

Selain kepada bapak mertua, Mama akan berbicara tegas, dan tidak ada kelembutan sama sekali. Meksipun anaknya, seperti Mas Azril, tetap saja tidak akan berpengaruh.

Mama ini jauh lebih menyayangiku daripada anaknya sendiri, bahkan tidak segan memukul Mas Azril demi membahagiakan aku.

Hebat bukan?

Meksipun mertua seperti ini sangat langka, tapi bukan berarti kita tidak bisa memilikinya. Jadilah menantu idaman, maka akan mendapatkan mertua idaman juga.

Jika sudah melakukan segala hal tapi tetap mendapatkan mertua yang kejam, mungkin jodohmu dengan anaknya tidak akan lama, dan Allah hanya ingin menguji kamu.

"Awas kalau kau macam-macam, Mama tarik kamu pulang ke rumah!" ancamnya membuat Mas Azril geleng-geleng kepala.

"Sayang, apa kamu ada luka?" tanyanya sambil melihat semua anggota tubuhku.

"Enggak ada kok, Ma. Aku perempuan kuat yang akan melawan jika ada yang menyakiti, jadi Mama tenang saja." ucapku bangga.

"Benar, lawan saja jika ada yang menyakitimu. Mama akan langsung turun tangan untuk membereskan orang-orang yang berani melukai putri Mama ini, meksipun suamimu sendiri." pesannya sambil menciumi puncak kepalaku.

Wajahku yang kebetulan berhadapan dengan Mas Azril pun tidak ketinggalan untuk tersenyum merendah. "Kau sudah kalah, Mas!" ucapku tanpa suara, hanya menggerakkan bibir saja.

Seketika wajah Mas Azril berkeringat.

"Kamu gak melakukan sesuatu kepada anak Mama ini, kan?" tanya Mama pada putranya itu.

"Eng ... enggak, Ma. Tentu saja enggak, iya, kan, Na?" tanya Mas Azril ketakutan.

"Mana kutahu!"

"Tuh, kamu sudah buat anak Mama tidak suka. Jadi, mulai malam ini, kamu yang cuci piring!" titah Mama membuat kedua mata Mas Azril membulat sempurna.

"Mana ada aku cuci piring, Ma. Enggak pernah!" tolaknya tak terima.

"Mulai sekarang ada, biar pernah juga." tegas Malam dengan sorot mata memerintah.

Belum aku bertanya kenapa Mama datang sendiri, biasanya juga sama Papa, tapi sudah membaca status Papa lebih dulu.

"Duh, banyak kerjaan, terpaksa bermalam di kantor, deh. Untung punya istri pengertian, jadi langsung pergi tengok putri kami. Padahal aku juga dah kangen sama istri tercinta dan Vinaku." tulisnya di status WA.

Aku hanya tertawa dalam hati, mertuaku itu memang pasangan yang romantis. Jauh sama anaknya Mas Azril, sungguh bagaikan langit dan bumi.

Bukan hanya Mama, Papa juga memang sangat menyayangiku. Meskipun aku tidak tega jika harus memilih jalan berpisah dengan Mas Azril, tapi aku juga yakin kalau mereka tidak akan marah. Semuanya demi kebagiaanku dan juga kebahagiaan calon cucunya.

Usai makan malam, Mama langsung memberikan perintah kepada Mas Azril untuk membereskan meja makan sendirian.

"Loh, tugasku kan cuma cuci piring, Ma?" protes Mas Azril tidak terima.

"Mama gak peduli! Pokoknya bersihkan sekarang dan cuci semua yang kotor!" titah Mama tajam.

"Terus Devina ngapain?" tanyanya tidak tahu malu.

"Ngapain? Istri itu ratu, semua pekerjaan rumah bukan tugas istri, melainkan suami. Makanya ngaji! Biar tahu kewajiban kamu sebagai suami itu apa!" jelas Mama sambil emosi.

Tidak bisa kubayangkan kalau Mama tahu Mas Azril memberikan aku obat untuk penunda kehamilan yang bisa berakibat fatal, mungkin emosinya akan meluap-luap.

"Ini masih kotor, cuci lagi!" Mama lagi-lagi menyimpan piring yang sudah dicuci Mas Azril ke wastafel.

"Selamat bekerja semalaman, Mas," bisikku di telinganya.

Bab terkait

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Gak Bisa Marah

    Azril menatap tajam Devina ketika mendengar apa yang dikatakannya. Tadinya, hati kecilnya berharap kalau istri yang tidak dianggapnya itu akan membantu, seperti biasa yang dulu dia lakukan. Namun ternyata kali ini tidak, Devina malah mengatakan kata-kata yang sangat menyakiti hati dan perasaannya. Jauh dari harapan. "Kenapa, Mas? Mau marah?" tantang Devina sambil membawa buah kesukaan Azril, konyolknya dia malah berharap buah itu akan diberikan padanya. "Itu buatku, kan?" tanya Azril sambil menatap binar anggur hijau yang ada di tangan Devina. "Oh, kamu mau?" Devina tertawa kecil. "Apa maksudmu? Tentu saja aku mau!" Azril menggosok peralatan makan dengan penuh amarah, seperti ada dendam pribadi. "Kenapa kamu melotot gitu sama anak Mama?" tanya Bu Andin--mamanya Azril, tapi lebih menyayangi Devina--menantunya. "Em, enggak, Ma. Mungkin Mama salah lihat." kilahnya berbohong, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya. "Awas kalau Mama menangkap kamu bersikap seperti ini lagi, Mama bis

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Membisu

    PoV Azril Kedatangan Mama benar-benar membuatku kelimpungan. Bukan aku tidak tahu sifat Mama yang sangat menyayangi Devina, tentu saja aku sangat tahu, hanya saja aku takut kalau Devina memberitahu Mama tentang Nafisah. Semoga saja tidak dan hanya itu yang aku harapkan. Bukan masalah jika aku hanya membersihkan cucian piring sepanjang malam atau menyapu halaman sampai tidak peduli pada kantor, asalkan Devina tidak memberitahu tentang Nafis. Itu saja yang aku inginkan. Bisa bahaya kalah Mama sampai tahu tentang Nafis, bulan hanya masa depanku yang tidak akan terjamin lagi, tapi akan mendapatkan kebencian dari seluruh anggota keluarga. "Kamu gak bilang, kan?" tanyaku mengintrogasi Devina yang sedang tersenyum sinis. "Tentang?" "Tentu saja Nafisah!" "Kenapa?" tanyanya menentang, pakai tanya kenapa segala lagi. "Di sini kan ada Mama, kau kan tahu sendiri kalau Mama yang menegang kendali di keluarga besarku!" ucapku geram dengan nada pelan, takut Mama dengar. "Ya, terus?" tanyany

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   MB 11 Apakah Pergi?

    "Jangan dulu ditandatangani!" cegahku mengambil berkas yang setan dipegangnya itu. "Loh, kenapa Mas? Bukankah ini yang kau inginkan dari dulu?" tanyanya menatapku lekat, mungkin mencari jawaban atas laranganku. Entah kenapa, hati ini memang agar berat jika membahas masalah pernikahan. Apa mungkin karena Devina terlalu mengulur waktu sampai aku berniat untuk mengundur perceraian ini? Benar, ini pasti tujuan dari rencananya yang terselubung. "Gapapa, pokoknya kamu boleh tanda tangannya nanti, setelah aku dan Nafisah berhasil mendapatkan restu Mama." kilahku berbohong, untuk saat ini aku hanya bisa mengulur waktu, sama seperti yang dia lakukan padaku. Bedanya, kini aku merasa tertekan, sementara dulu dia melakukannya dengan senang hati. "Ngapain?" Ia menatapku lekat. "Dengar ya, Mas, aku bisa mendapatkan laki-laki sepertimu dengan mudah, jadi untuk apa terikat hubungan dengan laki-laki yang tidak mencintaiku, kayak gak waras saja." tegas Devina sambil meneguk segelas air putih. Na

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   MB 12

    Detak jantungku meningkat cepat ketika mendengar apa yang baru saja Mama katakan. Enggak, gak mungkin dia pergi begitu saja, aku tak percaya. "Mungkin dia sedang di kamar mandi, Ma." Aku berusaha untuk menenangkan. "Benar juga." ucapnya yang kembali terdengar ceria. "Awas saja kalau kamu melukai anak perempuan Mama satu-satunya itu, Mama coret nama kamu dari KK," ancamnya membuatku lemas seketika. Semoga saja Devina ada di rumah dan tidak melakukan hal-hal yang membuatkan naik darah, apalagi jika sampai pergi beneran. Aku akan mencari dan memarahinya. "Iy—" Tut.... Panggilan langsung terputus sebelum aku menjawabnya, dasar Mama. "Kenapa, Mas?" Nafisah tiba-tiba muncul di hadapanku. Wah, bisa gawat kalau dia tahu aslinya aku sudah punya istri. "Kok kayaknya penting, sih?" Untung saja sepertinya Nafisah tidak mendengar apa yang aku bicarakan dengan Mama. "Enggak ada apa-apa, nanti Mas tinggal pulang dulu, ya?" Nafisah menggeleng kuat. "Setelah menikah, tradisi di sini si peng

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   MB 13

    "Apa kau tahu apa saja yang mereka lakukan?" Aku kembali mengintrogasi Haris. "Makan!" jawabnya cepat. Aku sungguh ingin memakinya ketika "Maksudku apa saja yang mereka lakukan? Kenapa kamu jadi bodoh begini, sih?" tanyaku geram. "Mana kutahu, aku bukan seorang mata-mata." ucapnya semakin membuatku dongkol. "Tapi kan kamu bisa cari tah—" Tut ... sambungan terputus. Sial*n! Kenapa orang-orang yang nelpon hari ini pada seenaknya matikan sambungan telpon, sih. Mana pada gak bisa dihubungi lagi, huh. Kucoba kembali menghubungi Devina, tapi lagi-lagi jawabannya sama. "Nomor yang ada tuju tidak dapat dihubungi." "Mas, sepertinya dari tadi gelisah terus?" Nafisah menatapku heran. Melihatnya lembut seperti ini membuatku tersadar, kalau saat ini istriku tidak hanya Devina, tapi juga Nafisah, atau mungkin memang hanya Nafisah. "Iya, masih kepikiran kemana perginya Devina." Aku berucap jujur. "Ngapain sampe kepikiran, Mas? Lagian kan dia juga bukan orang penting." Nafisah menekuk wa

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   MB 14

    "Azril!" Ketika aku sedang menahan perut dengan kedua tangan karena kelaparan, pintu kamar diketuk beberapa kali dengan disertai suara yang memanggil namaku dengan pelan. "Azril!" panggilnya lagi, kali ini aku bisa mendengarnya dengan jelas. Ini adalah suara Bude Tintin. Aku langsung teringat dengan Jani Bude yang akan mengantarkan makanan ke kamarku pun membuatku langsung membuka pintu. "Eh, Bude, ada apa?" tanyaku basa-basi. Padahal, perutku sudah minta diisi. Melihat Bude yang membawa makanan dia sebuah nampan sedang membuat kedua mataku berbinar. "Masuk, Bude." Aku langsung bersikap seolah tidak terjadi apapun. "Ini, Bude sudah janji akan membawakan makanan untuk kamu." ucapnya sambil menyerahkan nampan itu. "Makan yang banyak, ya, sekalian Bude ada sesuatu yang mau dibicarakan denganmu." ucapnya sambil menutup pintu. Aku mengalihkan tatapan mataku, inginnya makan sendiri di sini. Eh, malah selalu gagal. "Tenang saja, Bude tidak memaksa untuk kamu menanggapi, cukup dengark

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   MB 15

    "Berhenti membicarakan tentangku, Haris. Aku tidak punya waktu banyak. Banyak uang yang sudah aku keluarkan hanya untuk bisa menemuimu di sini." ucapku kesal. "Banyak uang?" Harus menatapku lekat, ia sepertinya tidak percaya dengan apa yang kukatakan, tapi inilah kebenarannya. "Ya." Aku menghela napas berat. Mau bagaimana lagi, aku harus segera menemukan Devina. "Untuk apa?" tanyanya cuek, pake tanya untuk apa lagi. "Tentu saja untuk mencari Devina, aku harus segera menemukannya." jawabku mantap sambil menghabiskan minuman yang kupesan dua gelas. Bukannya simpati atau apa ke, Harus malah tertawa terbahak-bahak. "Bukankah ini yang kau harapkan? Menjalani hidup hanya berdua dengan orang yang kau cintai, tanpa bayang-bayang Devina. Lalu, kenapa sekarang kau malah mencarinya?" Ia menatapku lekat, bahkan aku merasa kalau tatapannya menyiratkan kebencian. Benar, aku sendiri yang mengatakan hal itu pada diriku sendiri. Namun, entah kenapa aku malah semakin ingin mencarinya. "Tentu sa

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 16

    Keringat langsung bercucuran dari tubuh Azril, dia tidak bisa berkata apapun dan tidak mungkin juga baginya untuk mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Bukan hanya Azril, Bu Naya pun tidak berani menatap orang yang kini sedang berada di depannya dan juga Azril. "Katakan pada saya, Bu. Ada apa ini sebenarnya?" Bu Ami menatap kedua orang yang ada di hadapannya dengan penuh keheranan. Terlebih lagi ia sudah kehilangan jejak tentang keberadaan Devina, menantu yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri. "Em ... anu, anu, itu .... " Bu Naya yang hendak bicara pun ditatap tajam oleh Azril, sehingga tidak berani bicara. "Anu apa, Bu?" Bu Ami kini menatap anaknya, dia yakin kalau Azril melakukan kesalahan yang besar sampai membuatnya tidak bisa menghubungi Devina. "Katakan sama Mama, apa yang sebenarnya terjadi?" Bu Ami memilih untuk duduk di sofa dengan elegan, tapi matanya masih menatap Azril dengan sorot yang mematikan. "Siapa yang menghilang?" "Itu, Ma ... peliharaan Bu Nay

Bab terbaru

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 31

    Ketika Azril sedang melakukan rapat, ponselnya berdering. Setelah beberapa puluh menit, ia baru bisa melihat ponselnya dan siapa yang mengirimkan pesan. Azril tersenyum kecut ketika melihat pesan itu dari Adrian. Namun, untung saja Haris melihat hal itu, jadi dia akan membantu Adrian agar Azril mau melihat videonya. "Siapa? Kok wajahnya ditekuk begitu?" Harus berpura-pura tidak tahu. "Bukan orang penting, malas kalau orang ini mulai melewati batas." Azril handak mematikan ponselnya, tetapi Haris segera merebutnya. "Dari siapa sih ini? Jangan-jangan Devina?" Harus berusaha untuk mengalihkan."Bukan dia!" Azril menggeleng cepat. Belum sempat Azril mengatakan siapa yang menelponnya, Haris sudah lebih dulu membukanya. "Wah, sebuah video. Siapa tahu ini penting." Haris langsung menyimpan ponsel itu di depan Azril di sandarkan ke tumpukan berkas dan dia pun duduk di sampingnya. Mereka menonton video tentang Nafisah dengan suara yang jelas terdengar. "Apa? Tidak mungkin kalau ini a

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 30

    Sesuai pesan Adrian, Azril mulai mencari tahu latar belakang Nafisah dari beberapa orang yang bisa dia hubungan. Namun, sampai beberapa hari masih tidak ada hasilnya. "Bagaimana?" Adrian menatapnya lekat. "Kau harus segera bertindak sebelum Nafisah membuatmu lebih menderita lagi." pesannya. "Kau tidak perlu pedulikan aku, lagipula kita adalah lawan. Tidak usah saling mengingatkan." Azril tersenyum sinis. Semenjak melihat kedekatan sepupunya itu dengan Devina, Azril menjadi lebih sensitif. Dia juga tidak begitu menyukai Adrian yang memang sedari dulu Adrian selalu lebih unggul darinya. "Aku hanya mengingatkan, apalagi Nafisah terlihat seperti orang yang mudah dihadapi." Adrian tetap tenang. "Aku tidak butuh. Dia hanya seorang wanita, jadi tidak akan begitu membahayakan." Azril berucap dengan percaya diri. "Baiklah, aku tidak akan bicara lagi. Kelak, aku hanya bisa berharap kalau kau bisa lebih dulu mengetahui siapa ia sebelum orang itu bertindak lebih jauh lagi." Adian keluar dari

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 29

    Semenjak Adrian datang ke rumah ini, Devina tidak jadi pergi. Kini, Azril dan Devina sudah tidak terikat lagi. Baik secara hukum negara ataupun agama dan bisa menikah lagi dengan orang lain. Hal ini, menjadi sebuah kebahagiaan tertinggi yang membuat hati Adrian menghangat. Menyia-nyiakan orang yang selama ini membantu kehidupan kita adalah cara yang salah, apalagi jika kita tidak sadar tentang hati kita. Karena jika dilakukan, maka kita akan beras di penyesalan paling bawah yang tidak bisa melakukan apa-apa. "Mas, istrimu ada di sini!" Nafisah menggoyangkan tubuh Azril yang hanya fokus menatap ke arah Devina, tetapi yang digoyangkan tidak terpengaruh sama sekali. Azril bahkan tidak bisa melepaskan tatapan matanya dari Devina. Hatinya sakit seperti diremas sampai tidak ada sari ketika melihat wanita yang pernah menjadi istrinya itu sedang berbincang-bincang santai dengan laki-laki lain. Pak Halim yang lewat di depan anaknya itu batuk kecil. "Kalau sudah tiada, baru terasa. Bahws ke

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 28

    "Untuk apa kamu tanya lagi, perempuan itu memang pandai berbohong dan menutupi kebohongannya!" Bu Ami menatap Nafisah sinis. Sementara yang ditatapnya hanya mengeluarkan air mata. Ya, saat ini yang bisa menjadi senjatanya hanyalah menangis. "Lihatlah! Dia adalah wanita lemah. Memang wanita kuat itu bukan berarti tidak mengeluarkan air mata, tetapi coba kamu bayangkan kalau Nafisah yang berada di posisi Devina. Menjadi istri seorang lelaki selama tujuh tahun, tetapi laki-laki itu sangat tidak tahu malu. Dia malah membahas masalah perceraian setiap waktunya. Bagaimana perasaannya?" Penjelasan Bu Ami membuat semua orang terdiam. Sementara Devina hanya tersenyum kecut melihat Nafisah yang tiba-tiba mengeluarkan begitu banyak air mata. Azril merasa sangat bersalah, beberapa hari ini ia selalu dihantui rasa bersalah. Akan tetapi tetap saja Devina enggan untuk menatapnya kembali. Ada rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. "Enggak bisa disamakan dong, Bu. Mungkin Mbak

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 27

    Ketika Nafkah sedang berada di bawah kendali Bu Ami, Azril masih mendatangi beberapa toko untuk menemukan Randi dan juga istrinya--Devina. Namun, setelah satu jam mencari, dia tidak menemukan kedua orang itu. Terlalu lelah, Azril duduk di salah satu kursi kafe yang berada di sebelah taman yang dulu sering mereka datangi sewaktu belum pada menikah. Azril memesan segelas kopi cappuccino sambil merenungi apa saja kesalahan yang sudah dibuatnya kepada Devina. Ketika yang diingatnya semakin banyak, maka rasa bersalahnya pun meningkat. Azril memilih duduk di sudut cafe sambil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. "Aku merindukanmu!" Dua kata yang baru saja terdengar di telinga Azril membuatnya mengedarkan pandangan. Dia melihat dan memperhatikan setiap orang yang ada di cafe itu dan pandangannya jatuh kepada kedua orang yang sedang dicarinya. Namun, ada seseorang yang terasa tidak asing sedang menemani mereka berdua. Seorang laki-laki yang sedari dulu memang selalu melindungi

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 26

    Karena Nafisah sangat enggan untuk berpisah dengan Azril, Randi memutuskan untuk menginap selama beberapa hari, dan membuat Azril cemburu. Meski dia tahu kalau Devina tidak akan goyah dengan keputusannya, Randi tetap akan melakukan itu. Randi ingin tahu apa di hati Devina masih ada Azril, atau ingin mencoba membuka hati untuk orang baru. "Tumben kamu mau menginap? Beberapa hari, lagi." Bu Ami merapikan kamar yang akan ditempati oleh Randi. Dari dulu, Bu Ami memang suka melakukan hal ini sendiri. Menurutnya beberapa pekerja memang harus punya, tetapi tetap saja kalau masalah pribadi tidak ada yang boleh menyentuhnya. Bahkan, Nafisah saja tidak diizinkan untuk berada di dapur sendirian. Bu Ami takut, kalau Nafisah akan menaruh sesuatu yang berbahaya seperti racun. Apalagi di sini sedang ada Randi, Devina, dan juga buah hatinya. Sementara Azril, tidak termasuk daftar yang dikhawatirkan. Randi memutar badannya setelah mengambil selembar foto dari saku kemejanya untuk ditunjukkan ke

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 25

    "Apaan sih kamu, Mas. Berisik!" Devina terpaksa bicara, dia benar-benar sangat geram dengan sikap Azril yang seolah masih peduli padanya. Padahal, selama tujuh tahun ini Azril hanya menganggap dirinya sebagai pajangan. Tidak lebih. Bagi Devina perkataan Randi hanyalah candaan, dia sudah menyangka kalau percakapan ini sengaja direncanakan oleh mertuanya dan juga Randi sendiri. Sementara Devina sama sekali tidak terusik. "Kamu kok bicaranya emosi gitu, sih, Mas. Biar saja kali babu ini nikah, biar dia naik derajat." celetuk Nafisah membuat Randi menatap Azril tajam. "Kita perlu bicara!" Randi langsung berbicara to the point kalau dia perlu meluruskan apa yang baru saja dibilang istri yang selalu dibanggakan Azril. Bagi Randi, bukan hanya Azril yang penting, tapi juga Devina. Dia ingin orang-orang yang dicintainya hidup dengan bahagia. Terutama wanita yang selama ini mencintai Azril dengan tulus, tetapi tiba-tiba menginginkan perpisahan. "Tentu saja!" Azril langsung setuju. Sementar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 24

    Setelah perbincangan malam itu, Azril menjadi sering memerhatikan gerak-gerik Nafisah yang seringkali melanggar syariat. Seperti langsung membukakan pintu ketika ada tamu laki-laki, padahal sudah ada orang khusus yang bekerja untuk membuka pintu. "Nafis, kamu sedang sibuk tidak?" Bu Ami sengaja mendatangi kamar Azril untuk mengusik ketenangan mereka berdua. Ada amarah dalam diri Bu Ami ketika anaknya selalu saja membela wanita berkedok itu. Bahkan, beliau sampai menghubungi Randi, sahabatnya Azril yang bertugas di rumah sakit yang menyediakan kantin tempat Nafisah membantu budenya untuk bertemu dan membicarakan hal ini. "Sibuk, Bu." jawabnya tanpa menatap lawan bicara sedikit pun. Bu Ami semakin menatapnya tajam, Nafis telah berbohong. Ia hanya duduk di samping Azril yang sibuk dengan benda empat belas incinya sambil memainkan ponsel. "Sibuk apa?" Bu Ami mengambil langkah besar dan duduk di hadapan Azril juga Nafis yang tidak kunjung menjawab. "Katakan pada Mama, istri yang kau

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 23

    Mata Bu Ami membulat sempurna ketika melihat apa yang dilakukan Nafisah, ribuan pertanyaan muncul di benaknya, dan telah lahar panas yang ada di tubuhnya telah siap untuk menghancurkan orang yang menganggap putrinya sebagai pembantu. Sementara Devina menatap Azril dengan tatapan merendahkan. Jika bukan karena pamannya, ia sangat enggan untuk berada di satu ruangan yang sama dengan laki-laki pengkhianat ini. Apalagi harus kembali mencoba untuk memperbaiki pernikahan yang sudah terpecah menjadi beberapa keping. Azril hanya bisa menundukkan kepalanya ketika melihat apa yang dilakukan Nafisah, ia sedang berada di dalam dilema yang besar. Jika ia memberitahu Nafisah kalau Devina adalah istrinya, dia takut Nafis akan meminta cerai. Akan tetapi jika ia tidak mengenalkannya, tentu saja orang tuanya akan langsung memutuskan hubungan di antara mereka. Di pikirannya sedang terjadi perang yang membuat perasannya semakin gelisah dan gundah gulana. Devina pun menjelaskan singkat sambil berbisik

DMCA.com Protection Status