Share

Tujuh

Author: Puspita
last update Last Updated: 2022-03-24 01:46:35

"Iya, dong. Kamu kan mantu kesayangan ibu," sahutnya. Ada yang aneh dari sikap ibu, mertuaku itu sama sekali tak menganggap jika ada Ratih di sini. 

****

Aku mengajak ibu masuk ke rumah, sambil menenteng beberapa bungkusan kresek. 

"Ini tadi aku yang membersihkan, Bu. Mbak Mila tadi gak sempet beres-beres, keburu kerja," celetuk Ratih tiba-tiba.

"Ya bagus, dong! Kamu kan numpang di sini, jadi wajar kalau kamu sekedar bersih-bersih." Tak kusangka ucapan ibu sungguh menohok pas tepat sasaran.

Bukankah mereka baru saja bertemu, tapi mengapa sepertinya ibu begitu tidak menyukai Ratih ya? Harusnya ibu itu menaruh simpati karena melihat kondisi Agus. Aneh!?

***

Ibu benar-benar mengacuhkan Ratih, sedari tadi wanita kesayangan mas Aryo ini tak merespon pertanyaan yang sesekali Ratih ucapkan, bahkan beliau juga tidak mau meminum apa yang sudah Ratih buatkan.

"Mil, ibu haus banget, tolong ambilkan ibu air ya," pintanya padaku.

"Oh, iya, Bu," sahutku.

"Kan sudah kubuatkan, Bu. Apa aku bawa masuk teh dan air yang ada di teras?" Tiba-tiba Ratih menawarkan diri. Ya seperti tidak tahu malu dia pun ikut nimbrung ketika aku dan ibu ngobrol di ruang tengah.

"Maaf ya, Mbak. Aku itu mau ngobrol sama mantuku, kenapa dari tadi kamu nyahut terus sih? Mending kamu temani suamimu yang sedang di kamar. Dia lebih membutuhkanmu bukan aku." Lagi ucapan ibu mematahkan hatiku eh salah Ratih.

Kali ini Ratih tak menyahut, wanita yang memakai rok panjang dan kaos ketat itu bangkit kemudian bergegas ke ruang belakang. Saat melewati diriku yang sedang membawa gelas, terlihat jelas kalau dia sedang menahan amarahnya.

"Ni, Bu. Silakan diminum." Wanita paruh baya itu menerima gelas kaca yang kuberikan padanya.

"Mil ... apapun yang terjadi, kamu jangan ninggalin Aryo ya ... ibu mohon banget sama kamu, untuk lebih bersabar jika suatu saat nanti ada sesuatu yang ... membuatmu ingin pergi meninggalkannya." 

Aku bingung harus menjawab apa, dan kenapa tiba-tiba ibu berbicara seperti itu. 

"InsyaAllah," jawabku, ya hanya itu yang bisa kuucapkan. 

"Aryo kapan pulangnya," lagi ibu bertanya.

"Kalau gak lembur, biasanya sebentar lagi juga sampai."

Panjang umur baru juga diomongin, orangnya sudah muncul. Seperti halnya diriku, mas Aryo juga sangat kaget mendapati ibu ada di rumah.

****

"Mas, kamu beli makanan di warung saja ya, aku belum sempat masak tadi," pintaku pada mas Aryo ketika berada di kamar.

"Ok," jawabnya singkat. "Dek, kamu tanya dulu ibu mau makan apa," imbuhnya. Mataku memandangnya sekilas sebelum beranjak dari kamar. Namun ketika hendak mencapai pintu aku teringat sesuatu.

"Mas, nanti ibu tidur di mana?"

Lelakiku itu tak langsung menjawab, pandangannya entah traveling ke mana untuk sepersekian detik.

"Ibu di kamar sama kamu, nanti aku tidur di sofa depan kamar, beres," katanya sambil menaik-turunkan alisnya. Aku hanya mengangguk lalu keluar kamar.

Biasanya ibu akan tidur di kamar yang di tempati Agus. Walau setelah ibu pulang akan kembali fungsi menjadi tempat penyimpanan barang.

"Ibu, ibu mau makan pakai apa? Maaf tadi aku gak sempat masak," ucapku setelah duduk di sisinya.

"Apa aja, Mil. Eh, gini aja kita makan aja di luar," usulnya.

"Wah boleh juga, kayaknya udah lama deh, kita gak makan di luar, iya kan, Dek," sahut mas Aryo yang baru saja keluar kamar.

"Kita pesan taxi online aja, ya," kata mas Aryo lagi.

"Gak usah, Yo. Nanti aku dibonceng sama Mila, kayak biasanya itu loh Yo," kata ibu menimpali.

****

Aku dan ibu keluar lebih dulu dan sudah bersiap untuk pergi.

"Dek, kamu pergi dulu ya, tiba-tiba perutku mules. Di kedai bakso biasa kan?" kata mas Aryo mendadak.

"Ya udah, cepetan ya ...." Aku pun melajukan sepeda dengan pelan sambil sesekali berbincang dengan ibu.

****

Pesanan sudah datang dan mas Aryo belum juga terlihat batang hidungnya.

"Bu, makan dulu yuk, nanti keburu dingin. Sebentar lagi mas Aryo juga sampai." Aku berusaha menghibur ibu yang kelihatan gusar karena menunggu anaknya yang tak kunjung datang.

"Aryo kemana sih, lama amat? Kamu sudah meneleponnya, Mil?" tanya ibu akhirnya.

"Sudah, Bu, tapi gak diangkat. Mungkin, sedang dalam perjalanan," sahutku berusaha menghiburnya.

Ini memang hampir tak masuk akal, sudah dua jam mas Aryo belum juga sampai. Bahkan perjalanan dari rumah ke sini gak sampai lima belas menit.

Akhirnya aku dan ibu memutuskan untuk pulang dan membungkus bagian mas Aryo. Belum juga berdiri, yang ditunggu-tunggu datang juga. Namun, sayang seribu sayang mas Aryo tak datang sendiri dia membawa serta Agus dan Ratih.

Kekecewaan tak hanya kurasakan, bahkan ibu terlihat lebih dari itu. Ketika mas Aryo membantu Agus duduk, seketika ibu bangkit.

"Ibu, mau kemana?" tanya mas Aryo tanpa beban, seolah apa yang dilakukannya itu wajar-wajar saja.

Entah apa yang dipikirkan ibu, wanita itu kembali duduk tanpa banyak bicara. Aku dan ibu hanya memperhatikan mereka bertiga. Mas Aryo makan bakso yang di campur dengan lontong dengan lahapnya, sementara Ratih sedang menyuapi suaminya. 

Melihat semua itu ada sedikit rasa trenyuh di hatiku, Ya Allah ... Bagaimana jika aku berada di posisi mereka? Apa aku yang terlalu buruk dan jahat? 

Yang semakin membuatku tercengang, ketika Mas Aryo selesai makan. Dia langsung mengambil alih mangkuk yang dipegang Ratih, menggantikannya menyuapi Agus.

"Mbak Ratih, makan dulu. Biar Agus aku yang nyuapin," pintanya pada Ratih. Wanita itu tersenyum lalu mengangguk.

Sekilas aku melirik ibu yang dari tadi cuma diam memperhatikan. Bahkan sampai detik ini beliau tetap saja diam.

****

"Dek, nanti kamu naik motor sendiri ya? Biar ibu ikut sama aku," kata mas Aryo ketika mereka sudah selesai makan.

"Boleh ya, Mil. Gak pa-pa kan kalau kamu pulang sendiri?" Ibu menyahut. Namun, aku tak mengira kalau dia akan berkata begitu. Sekarang aku benar-benar sendiri. Karena ibu sudah bilang seperti itu, maka dengan terpaksa aku mengiyakan, tak lupa kupersembahkan senyum terbaik untuk ibunya mas Aryo itu.

"Ok, aku duluan ya, Mas, Bu," pamitku pada mereka.

Perasaanku benar-benar kacau. Apa sebenarnya rencana ibu, tadi dia begitu nampak tidak menyukai Ratih. Namun kini beliau malah mau semobil dengannya. Saat pikiran ini melayang kemana-mana, motor yang kukendarai tiba-tiba ngadat dan perlahan mesinnya mati.

Benar dugaanku, bensinnya habis tadi pas berangkat lupa ngecek. Mau tak mau aku mulai menuntun, berharap lekas bertemu dengan penjual bensin.

"Motornya kenapa, Mbak?" Seseorang yang sedang mengendarai motor besar berjalan perlahan di sisiku.

"Kehabisan bensin, Mas," sahutku yang sebenarnya agak takut. Hanya itu saja, pengendara itu kembali melajukan motornya dengan kencang. 

"Ya elah ... kirain mau nolong, apa gitu ... cuma nanya doang," gerutuku. 

Aku berhenti sejenak, mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Mas Aryo. Namun, sungguh sial, disaat seperti ini ponsel mas Aryo malah gak bisa dihubungi. Arg! 

****

Aku masih selonjoran di tepi trotoar ketika sebuah moge mendekati.

"Bukannya ini moge tadi?" batinku.

"Ini, Mbak." Tiba-tiba saja lelaki yang turun dari moge menyerahkan botol air minum kemasan yang berisi bensin. 

Dengan sumringah aku menerimanya, sebelum aku mengisikan bensin ke motor, aku berniat membayarnya. Namun lelaki itu sudah kembali naik ke motornya lalu langsung saja kembali melaju.

"Terima kasih, Mas!" teriakku sambil melambaikan tangan. Entah dia dengar atau tidak yang jelas pengendara misterius itu mengangkat satu tangannya.

"Alhamdulillah Ya Allah Engkau masih pertemukan dengan orang-orang yang baik," ucapku bersyukur.

****

"Milaaa ...." Ibu menyambut kedatanganku dengan sebuah senyuman.

"Kok lama sekali, kamu gak pa-pa?" Kembali beliau bertanya.

"Aku gak pa-pa, Bu. Tadi cuma kehabisan bensin," jawabku sambil nyengir, "untung tadi orang baik, mau membelikan juga memberi bensin," imbuhku.

"Memberi?" tanyanya tak percaya. Aku hanya mengangguk, setelah menaruh sepeda ke dalam, aku kembali keluar, mencuci kaki di kran depan. 

"Aryo masih belum kembali, setelah sampai di rumah dia langsung mengembalikan mobil bosnya." Ibu menjelaskan walau tanpa kutanya. Kembali aku hanya mengangguk.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si istri bodoh g punya ajal memang gampang dibodohi.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Delapan

    "Aryo masih belum kembali, setelah sampai di rumah dia langsung mengembalikan mobil bosnya." Ibu menjelaskan walau tanpa kutanya. Kembali aku hanya mengangguk.****Aku dan ibu masih di teras menunggu kedatangan mas Aryo, berbincang banyak hal, karena dari awal menjadi menantunya, aku sangat betah bila ngilobrol dengannya. Mas Aryo anak lelaki satu-satunya, dia terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara."Eh, Mbak Mila sudah pulang." Seperti biasa Ratih ikut nimbrung dengan kami, "udah dari tadi, Mbak?" tanyanya lagi."Iya, lumayan. Em ... Gimana, Mbak. Tawaranku yang kemarin?" Aku mencoba bersikap wajar."Tawaran apa, Mbak?" Entah dia benar-benar lupa atau cuma pura-pura."Soal kost-an, Mbak. Sampai kapan kamu mau tinggal di sini? Terus terang aku kurang nyaman jika kamu dan Agus lama-lama di sini," ucapku. Sementara ibu hanya memperhati

    Last Updated : 2022-03-24
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Sembilan

    "Ada-ada saja, selalu saja seperti ini," gerutuku sambil melangkah ke pintu. Hati ini semakin kesal karena setiap kali membutuhkan sesuatu yang dipanggil itu selalu mas Aryo. Menyebalkan! "Ad-ada apa, Mbak?" tanyaku yang tak jadi kesal karena melihat wajahnya yang pucat. "Mbak, Mas Agus. Mas Agus jatuh lagi, tapi ada banyak darah di kepalanya, Mbak. Tolong," ratapnya padaku. "Ada apa ini? Ratih, kenapa, Rat? Apa yang terjadi?" tanya ibu. Kini perempuan yang sukses membuatku cemburu itu sudah terisak. Air matanya sudah menganak sungai di pipinya yang sedikit tirus. Ya Allah ... apa dia semenderita itu? Atau ini cuma pura-pura? Kami bergegas ke kamar yang di tempati Agus. Di sana terlihat Agus masih berada di lantai. Ada genangan darah di lantai, seperti dari kepalanya. "Jangan disentuh, Mila!" teriak ibu mengagetkanku, sontak kutarik kembali tanganku yang hampir menyentuh kepala Agus. "Kamu ambil air dan panggil suamimu," titah ibu padaku. "Iya, Bu," jawabku singkat, kemudian ge

    Last Updated : 2022-03-24
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Sepuluh

    "Mbak, Mbak, kayaknya ada yang aneh dengan mas Agus," ucap seseorang si sampingku. "Dari tadi dia diam saja gak gerak sama sekali," imbuhnya. Aku yang masih setengah sadar tiba-tiba jadi melek sempurna demi mendengar apa yang dikatakan Ratih. "Kok bisa? Jangan ngada-ngada kamu, bukankah dia tadi sudah baik-baik saja?!" sentakku karena kaget. **** Duka terlihat jelas di wajah suamiku, dia begitu terpukul, terus menerus menyalakan dirinya sendiri yang tidak langsung membawa Agus ke rumah sakit. Bukan hanya mas Aryo, semalam kami juga berfikir kalau Agus sudah baik-baik saja. Namun, siapa yang tahu batas umur seseorang. Sering kali kita merasa tidak rela jika sesuatu yang kita sayang harus pergi untuk selamanya padahal kita tahu kalau jodoh, maut dan rezeki itu mutlak kehendak Allah SWT. **** Acara pemakaman sudah selesai, tak ada sanak saudara dari almarhum yang hadir. Sampai di sini aku masih belum bisa menemukan benang merah dari kejadian demi kejadian beberapa hari terakhir i

    Last Updated : 2022-03-24
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Sebelas

    Setelah menyerahkan ponsel pada ibu, aku segera kembali ke kamar. Namun, aku tak menemukan mas Aryo di sana. Seolah ada yang menyuruh aku pun melangkah ke kamar belakang. "Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?" tanyaku dengan suara bergetar melihat lelakiku tengah memeluk Ratih. **** "Dek," ucap mas Aryo kaget. Bukannya melepaskan diri Ratih malah semakin mempererat pelukannya. "Sudah saatnya dia tahu, Mas." Ratih berbicara sambil menatapku. "Aku atau kamu yang mengatakan," imbuhnya. Nafasku mulai tak beraturan, sangat sulit untuk menahan emosi yang sudah hampir meledak. "Mbak, sekarang saatnya kamu tahu. Sebenarnya aku dan mas Aryo itu sudah menikah secara siri dan sudah berjalan selama 6 bulan," terang wanita itu sambil tersenyum penuh kemenangan. Pertahananku rubuh, hampir saja aku terjatuh kalau saja tak ada seseorang yang menahan tubuhku. "Mas .... katakan sesuatu," ratapku pilu. Mata ini tak berkedip menatapnya, lelakiku itu pun melakukan hal yang sama. Hingga tetes bening

    Last Updated : 2022-10-11
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua belas

    "Tolong, Pak Aryo! Tolong!" Tangis pilu dari Bu Hana yang sedang memohon padaku. Sebagai seorang ibu dialah yang sangat bersedih ketika anak kesayangannya diminta untuk menikahi seorang yang masih berstatus suami orang. "Hanya kamu yang bisa menolong kami, Yo." Kini Pak Surya ikut bicara. Sementara di kursi lain, seseorang sedang meringkuk dalam pelukan saudaranya. Dia masih muda, trauma pasca kejadian itu masih membuatnya sering mengalami ketakutan. Ditambah lagi ada masalah baru dari korban yang memintanya untuk bertanggung jawab dengan menikahi istrinya. Sungguh permintaan yang tak masuk akal dan terkesan memaksa. "Baik, baiklah, Pak. Saya bersedia," kataku akhirnya. Entah apa yang kupikirkan saat itu hingga bersedia menikahi istri korban kecelakaan tersebut. Aku bahkan lupa jika nanti pasti akan ada hati yang terluka. Waktu itu yang ada di benakku, adalah ketika kami sudah menikahinya, aku bisa menceraikannya. Jadi keluarga Pak Surya tidak terbebani lagi. "Terima kasih, Yo. Te

    Last Updated : 2022-10-11
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Tiga belas

    Ini malam ketujuh tahlil untuk almarhum Agus. Maka besok Ratih harus pergi dari rumahku. Terserah bagaimana cara mas Aryo, yang jelas aku gak mau tinggal serumah dengannya. "Dek." Suamiku itu mendekat ketika aku sudah bersiap untuk kerja. "Oiya, nanti saat aku pulang kerja. Pastikan dia sudah tidak ada di sini." Keputusanku sudah bulat dan dia harus mematuhinya. "Dek, rumah ini kan cukup besar, biar Ratih tinggal di sini ya? Aku dan kamu pergi kerja, sampai rumah sudah ada yang masak untuk kita." Seperti anak kecil, dia membujukku hanya karena ada yang menyiapkan makanan. "Kenapa dia gak mau pergi dari sini? Apa karena dia gak mau pisah sama kamu? Kalau memang itu alasannya, kamu boleh kok pergi bersamanya," sahutku. Aku berani taruhan mas Aryo gak akan mau meninggalkanku. "Apa maksudmu, Dek. Kita akan selalu bersama, aku dan kamu," sahutnya cepat. Tuh kan. "Kamu pikir gampang? Enak di kamu, tapi gak di aku. Aku gak mau tahu, pokoknya ketika aku sampai rumah, wanita itu sudah tid

    Last Updated : 2022-10-11
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Empat belas

    "Mau apa lagi kamu?" bentak mas Aryo. Aku saja sampai kaget dia bisa seperti itu karena selama tiga tahun bersama tak pernah sekalipun dia memperlakukan aku begitu. Perempuan itu berbalik, Ya Allah mukanya serem banget kalau lagi emosi seperti itu. "Mau kemana kamu?!" Kembali mas Aryo mencekal tangannya. "Lepas, Mas. Aku mau ambil barangku yang tertinggal di jemuran!" serunya sambil mengayunkan tangannya agar bisa terlepas dari cekalan mas Aryo. Setelah terlepas wanita itu segera berlari ke arahku, melihatnya seperti itu aku pun minggir dan di luar dugaan dia pun jatuh tersungkur karena hendak mendorong diri ini. "Auh! Sialan. Mas Aryooo! Tolong!" serunya sambil tangannya menggapai-gapai minta segera dibantu. Tubuhku beringsut mundur, agar tak sampai mengenainya. "Ayo, bangun. Mangkanya jangan ngeyel!" Mas Aryo nampak kesal saat membantu Ratih berdiri. "Kamu gak adil, Mas. Aku ini juga istrimu!" Ratih begitu murka, sampai-sampai dia menghentakkan kakinya saat bicara. "Jangan ba

    Last Updated : 2022-10-11
  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Lima belas

    "Mbak tolong dibantu temannya ya," pintanya pada Ari. Sahabatku itu mengangguk, dan bersiap memapah diri ini ke kamar mandi. Air mata masih terus saja menetes."Semoga tidak, semoga hasilnya negatif," doaku dalam hati."Ya Allah, aku belum siap. Ar ... Aku belum siap Ar," ratapku setelah hampir sampai di pintu kamar mandi."Sudah, sudah. Yakinlah apa yang terjadi itulah yang terbaik untukmu. Ok, semua akan baik-baik saja," hibur Ari.Dinginnya lantai kamar mandi serasa menusuk tulang, membuat tubuhku semakin menggigil. Setelah melakukan seperti yang diperintahkan Bu Bidan, tanganku bergetar saat mengangkat benda kecil agak panjang itu.Aku membekap mulutku dengan sebelah tanganku. Garis dua ... Itu artinya aku hamil. Aku semakin terisak sambil sesekali tersenyum. Rasanya seperti ada yang berbunga-bunga. Namun, perih pun ikut menyapa.Cukup lama aku berada dalam kamar mandi. Hening tak terdengar suara apapun. Namun, aku tahu di luar ruangan ini masih ada Ari yang setia menungguku.Tangi

    Last Updated : 2022-10-11

Latest chapter

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh tiga

    Untuk kalian yang ada diluar sana, jadilah manusia yang bijak. Jangan melukai orang lain, jika kamu tak ingin terluka.Terima kasih untuk semua yang sudah membaca cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya. Aamiin Aamiin Aamiin ...***Malam ini aku kembali merenung, memilih berdiri di ambang jendela yang terbuka. Dari sini aku bisa melihat terangnya cahaya bulan purnama. Pikiran ini benar-benar tak tenang semenjak kunjungan mas Aryo ke sini."Lagi mikirin apa?" tanya Mas Bayu yang tiba-tiba sudah memeluk tubuh ini dari belakang. Lelaki itu berbicara tepat di telingaku, seketika membuat bulu romaku berdiri."Aku kepikiran sama dia, Mas. Bagaimana kalau lelaki itu berniat mengambil Lintang dariku?" Aku mengutarakan isi hatiku pada mas Bayu."Kamu gak usah khawatir, Sayang. Percayalah aku akan selalu melindungi kalian berdua." Mas Bayu menjeda kalimatnya, untuk mengecup pipiku sekilas."Bagaimanapun juga Aryo itu ayah kandungnya. Jadi ... Aku mengizinkannya untuk menengok Lintang sebulan

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh dua

    "Maaf, Nak Mila. Sepertinya ada yang harus diluruskan di sini," ucap seseorang dengan suara berat.Aku dan mas Nano sama-sama menoleh ke asal suara. Ada seorang bapak-bapak dengan kopiah khas berwarna putih."Maaf, Bapak ini siapa?" tanya mas Nano."Saya orang yang dimintai tolong oleh nak Aryo. Perkenalkan nama saya Husain," sahutnya sambil mengulurkan tangannya pada mas Nano."Saya Nano, kakaknya Mila. Mari silahkan masuk dulu. Ayo, Mila. Cuma sebentar saja," bujuknya, saat aku menolak ikut masuk ke rumah.****"Sebelumnya, cerai (talak) dalam Islam terbagi dua macam, ya Nak," ucap Pak Husain mengawali obrolan, setelah kami sudah duduk di ruang tamu. Semua menyimak termasuk Aryo dan Ratih."Yang pertama talak Sunni, yaitu talak yang dilakukan sesuai prosedur syariat. Yang kedua talak Bid’i, yaitu talak yang tidak sesuai prosedur syariat." Pak Husain berhenti sejenak, Pria dengan janggut tipisnya itu mengambil napas panjang sebelum kembali menjelaskan."Begini, Nak Aryo. Mentalak ist

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh satu

    Bunyi pintu dibuka kasar membuat kami semua menengok ke asal suara. Di sana sudah ada Mas Aryo yang sedang berdiri di tengah pintu."Mila!" Lelaki itu berseru. Rahangnya mengeras karena sedang menahan amarah.Semua yang berada di sini terdiam untuk sesaat kerena melihat kedatangan mas Aryo yang tiba-tiba. Tak lama kemudian datang istri sirinya, kini mereka sudah berdiri berdampingan. Seperti biasa Ratih akan menggandeng lengan mas Aryo. Seakan ingin menegaskan kalau dia yang berhak atas diri lelaki itu."Mila, apa yang sudah kamu lakukan pada Ratih?!" tanyanya geram, tatapan matanya tepat menghujam manik mataku, seolah diri ini sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal."Apa? Emang apa yang kulakukan padanya?" Jujur aku masih kurang faham dengan maksud pertanyaannya."Kamu boleh tak menyukainya, tapi jangan bersikap seperti preman. Mila, aku ini tetap suamimu, jadi gak usah cemburu sama Ratih! Mengertilah ... aku akan berusaha bersikap adil pada kalian," sahutnya dengan percaya diri

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Dua puluh

    "Kamu ... mau kan, bertahan? Kita coba dulu menyadarkan Aryo," lanjutnya.Demi Allah aku sampai tersedak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ibuku.Setelah batuk akibat tersedak tadi reda, kini aku tengah memandang ibu yang sedang tersenyum."Ibu ... Boleh gak orang hamil dicerai?""Ibu juga kurang faham, Mil. Tunggu ibu punya seorang teman yang mengerti tentang masalah seperti ini, mungkin dia bisa memberikan masukan dan memberi jalan keluar," jawab ibu. Wanita yang masih gesit di usianya yang tak muda lagi itu bangkit."Mau kemana, Bu?""Ambil ponsel. Tunggu ibu akan segera kembali. Jangan keluar kamar dulu, oke?" pesannya sebelum meninggalkan kamarku.Aku hanya tersenyum dan menyatukan jari jempol dan jari telunjuk hingga membentuk huruf O.Kembali aku merenung, apa keputusanku ini sudah tepat?"Ya Allah tolong hamba, tunjukkanlah jalan yang terbaik untukku." Selalu kupanjatkan doa di setiap tarikan napas ini.Banyak yang bilang dengan kita rela dan ikhlas dimadu, balasannya

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Sembilan belas

    Setelah aku sampai di sana, akan kupastikan kalau aku tak akan keluar dari sana. Itu rumah suamiku, jadi akan menjadi milikku juga istri satu-satunya mas Aryo."Tunggu kedatanganku, Mila," gumamku. Aku benar-benar gak sabar menunggu nanti malam.***Kedatangan kami disambut oleh Mila. Aku sendiri sedikit terkesan dengan penampilannya, dia nampak berbeda. Wajahnya kelihatan semakin berseri, begitu juga dengan bentuk badannya yang kelihatan sedikit berisi tapi nampak se*si. Seperti ada aura yang sangat baik di dirinya.Tak kusangka mas Aryo langsung menghambur memeluknya. Tentu saja itu membuatku cemburu dan jengkel. Sepertinya jalanku akan lebih mudah, karena Mila sudah melakukan penolakan pada mas Aryo dengan mendorong tubuh suamiku itu, dengan segera aku menggandeng tangannya.Mas Aryo memaksaku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Mila, kalau yang mengirim pesan bukanlah dia, tapi aku. Saat seorang laki-laki yang dipanggil mas Nano itu pamit masuk ke dapur untuk menemui ibunya."Ce

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Delapan belas

    Pov Ratih Aku sungguh terkejut bercampur kesal mendengar kabar kalau mas Agus mengalami kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. "Kenapa bisa kecelakaan sih? Kalau sudah begini siapa yang susah? Apa-apa gak bisa hati-hati. Apa tadi kata Pak Polisi? Parah? Oalah Agus! Agus! Belum juga membuat hidupku bahagia kamu wes kena musibah, Gus ... Agus. Apes!" omelku sepanjang aku berkemas beberapa barang yang akan kubawa ke rumah sakit. "Bang, anterin ke rumah sakit," pintaku pada tukang ojek yang standby di pos kamling. "Siapa yang sakit, Mbak?" tanyanya kepo. "Mas Agus kecelakaan," sahutku sambil menerima helm darinya. "Innalilahi, di mana kecelakaannya, Mbak?" Pak ojek malah ngajak ngobrol. "Kurang tahu, Pak. Udah ah! Ayok cepetan!" sungutku. "Iya, iya. Ayo, Mbak. Duh, kasihan si Agus. Mudah-mudahan selamat tidak terjadi apa-apa," Pak ojek berdoa sambil menjalankan motornya. "Terima kasih, Bang. Ini, aku cuma punya duit segitu, Bang. Terima aja ya." Aku tak ped

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Tujuh belas

    "Assalamualaikum ...." Riuh suara salam dari luar membuat kami semua menoleh sambil serempak menjawab salam. Kedua Ibu terlihat berbinar, aku dan kedua mas masih bingung, sedangkan Ratih nampak pucat. **** Ibuku dan ibu mertua berdiri secara bersamaan, keduanya berjalan menghampiri tamu yang baru datang. "Alhamdulillah, sudah sampai, bagaimana perjalanannya, Bu, Pak?" tanya ibu, seperti biasa Ibuku itu memang pandai bergaul dan cepat akrab dengan siapa pun. "Alhamdulillah. Lancar, Bu," sahut keduanya. Mereka menjawab dengan sangat santun. "Alhamdulillah. Silahkan masuk," ucap ibu mertuaku ramah. "Mbak!" Ibu berseru, sekejap kemudian Mbak Rahma dan Mbak Sari keluar dari dapur sambil membawa nampan. Aku benar-benar tercengang melihat kedua kepoker tersebut. "Kapan mereka masuk?" tanya batinku. "Udah jangan bengong, Mil. Kayak lihat hantu aja, kamu itu," kata Mbak Rahma sambil mengedipkan sebelah matanya. "Silahkan diminum, Bu, Pak." Sekali lagi ibu menaw

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Enam belas

    Ada sebuah pesan masuk di aplikasi W******p. Tertera nama 'my hubby' di layar ponsel. Aku masih tertegun menatap pada ponsel setelah membaca pesan darinya, tanpa kuingin mata ini langsung memanas meloloskan butiran bening yang membasahi pipi. *** Tanpa bertanya, Ibu mengambil ponsel yang ada di tanganku. Sementara aku sudah tak bisa lagi menahan air mata yang seolah tak ada habisnya. Betapa diri ini sudah berusaha mengiklaskannya. Namun, tetap saja rasanya sakit. "Sudah, gak pa-pa. Mungkin, ini yang terbaik. Percayalah, kalau Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Allah tahu kamu kuat, kamu sanggup, jadi gak usah terlalu bersedih ya, Mil." Aku tahu ibu hanya ingin menghiburku, walau sebenarnya hati wanita itu juga terluka. Bahkan, mungkin saja lukanya lebih dalam dari pada yang kurasakan. "Menangis lah, menangis lah, Nak. Buang lah dukamu bersama air mata. Menangis lah, Nak. Menangis lah." Kembali ibu berucap sambil mendekap erat tubuhku.

  • WANITA YANG DIBAWA PULANG SUAMIKU    Lima belas

    "Mbak tolong dibantu temannya ya," pintanya pada Ari. Sahabatku itu mengangguk, dan bersiap memapah diri ini ke kamar mandi. Air mata masih terus saja menetes."Semoga tidak, semoga hasilnya negatif," doaku dalam hati."Ya Allah, aku belum siap. Ar ... Aku belum siap Ar," ratapku setelah hampir sampai di pintu kamar mandi."Sudah, sudah. Yakinlah apa yang terjadi itulah yang terbaik untukmu. Ok, semua akan baik-baik saja," hibur Ari.Dinginnya lantai kamar mandi serasa menusuk tulang, membuat tubuhku semakin menggigil. Setelah melakukan seperti yang diperintahkan Bu Bidan, tanganku bergetar saat mengangkat benda kecil agak panjang itu.Aku membekap mulutku dengan sebelah tanganku. Garis dua ... Itu artinya aku hamil. Aku semakin terisak sambil sesekali tersenyum. Rasanya seperti ada yang berbunga-bunga. Namun, perih pun ikut menyapa.Cukup lama aku berada dalam kamar mandi. Hening tak terdengar suara apapun. Namun, aku tahu di luar ruangan ini masih ada Ari yang setia menungguku.Tangi

DMCA.com Protection Status