Seminggu berlalu Nick seperti orang yang hilang kendali, karena sampai saat ini dirinya belum menemukan sang kekasih, dimana Mela sang kekasih sekarang berada.Ponselnya pun mati total, membuat Nick semakin frustasi.Meskipun demikian, Nick tidak berputus asa mencari keberadaan dari Mela, bersama ketiga sahabatnya yang bergantian menemani mencari keberadaan wanita yang sangat Nick cintai.Hingga pekerjaannya terpaksa Nick tinggalkan demi menemukan Mela.Kali ini Nick di temani Bara dan juga Sasa mencari keberadaan Mela. Dan tetap saja, hasilnya nihil. Meskipun Sasa mengajak Nick mendatangi tempat-tempat yang sering ia dan juga Mela datangi. Tetap saja tidak menemukan keberadaan Mela, yang seolah menghilang di telan bumi."Makanlah Nick, sudah seharian kamu tidak makan apa pun." kata Bara, saat ia memutuskan untuk menghentikan pencarian Mela, di sebuah restoran."Iya Nick, kesehatan lebih penting. Pencarian kita akan tertunda jika kamu sakit karena tidak makan," Sasa membenarkan ucapa
Sudah seminggu Mela berada di kota yang belum pernah sama sekali ia sambangi.Setelah ia mengikuti apa yang Vian katakan, menjauh dari Nick dan melupakan pria itu.Karena bagaimana pun, Mela yakin dirinya dan juga Nick tidak mungkin bersatu. Bukan hanya status yang berbeda, tapi banyak hal yang menjadi pertimbangan.Salah satunya tentang mami Julia, yang sampai kapan pun tidak akan pernah merestui hubungannya dengan Nick, apa lagi Mela adalah mantan wanita malam.Meskipun berat bagi Mela yang sangat mencintai Nick, tapi ia harus bisa melupakan pria itu."Mel," suara dari wanita tua yang berjalan sambil membawa cangkir berisi teh hangat.Mendekati Mela yang sedang duduk di pinggiran tempat tidur. Di rumah yang sangat sederhana, rumah yang sudah seminggu menampung Mela.Mela tersenyum pada wanita tua tersebut, yang tidak asing baginya.Karena wanita tua tersebut adalah, wanita yang dulu bekerja menjadi asisten rumah tangganya.Saat kedua orang tuanya masih bersama, dan sang papa belum m
Nick tidak mendapati sang kekasih di rumah Vian.Namun, ia tidak ingin meninggalkan rumah tersebut. Karena Nick yakin, pasti Vian mengetahui dimana sang kekasih.Begitupun dengan Sasa yang juga meyakini jika Vian tahu keberadaan Mela."Vi, katakan padaku dimana Mela sekarang berada?" tanya Sasa."Sa, aku sudah bilang berapa kali. Kalau aku sendiri pun tidak tahu dimana Mela." bohong Vian. Padahal dirinya tahu dimana sekarang Mela berada dan tinggal dengan siapa. "Aku tahu kamu berbohong Vi,""Untuk apa aku berbohong, tidak ada gunanya.""Kalau begitu, biar polisi membantu mencari keberadaan Mela." sahut Nick. "Benar itu Nick, sekarang juga kita harus melapor ke polisi tanpa persetujuan dia." Bara yang yang juga masih berada di rumah Vian, membenarkan ucapan sang sahabat.Karena Bara juga curiga dengan Vian yang beberapa kali melarang Nick, melapor pada polisi karena belum juga menemukan Mela.Membuat Nick segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut. "Antar aku ke kantor p
Akhirnya Mela mengikuti bibi Inah yang terus memaksanya untuk pergi ke klinik yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah bibi Inah.Saat wanita tua itu begitu kuatir dengan Mela yang terus muntah-muntah.Setelah berada di klinik, dokter yang berjaga segera memeriksa keadaan Mela.Namun, dokter tersebut tidak menemukan penyakit di dalam tubuh Mela. "Bagiamana Dok, apa yang terjadi dengan cucuku?" tanya Bibi Inah yang menganggap Mela sebagai cucunya.Dan Mela pun tidak keberatan dengan hal tersebut, dari pada bibi Inah menganggapnya sebagai majikannya seperti dulu."Maaf Nek, sepertinya cucu nenek baik-baik saja." jawab dokter tersebut, dengan sebenarnya."Tidak mungkin Dok, dari tadi pagi cucuku ini terus muntah-muntah. Coba Dokter periksa lagi,"Dokter tersebut menatap pada bibi Inah sambil mengukir senyum. "Benar Nek, saya tidak menemukan tanda penyakit di dalam tubuh cucu nenek.""Terus kenapa cucuku, muntah-muntah?" tanya nenek penasaran.Namun, dokter tersebut tidak menjawab p
Jika dulu bibi Inah mendapati Mela yang penurut.Tidak untuk sekarang, karena Mela saat ini benar-benar egois.Sebab, nasihat demi nasihat yang bibi Inah ucapkan pada Mela, tidak ada satu pun yang diterima olehnya.Dan Mela tetap dengan pendiriannya, untuk tidak memberi tahu pada ayah dari bayi yang sedang di kandungnya. Tentang kehamilannnya tersebut.Namun, bibi Inah tidak mau membiarkan itu terjadi. Dan coba mencari tahu pria yang bernama Nick.Karena bagaimana pun, anak yang sedang Mela kandung membutuhkan sosok seorang ayah.Dan hari ini, bibi Inah memutuskan pergi ke ibu kota, untuk mencari keberadaan Nick. Dan ingin memberi tahunya tentang kehamilan Mela.Namun, naasnya saat bibi Inah menuju sebuah terminal bus saat ingin pergi ke ibu kota.Ia mengalami kecelakaan, dimana ada sebuah mobil yang tiba-tiba menabraknya.Hingga kabar kecelakaan bibi Inah, sampai di telinga Mela.Dimana ia masih berada di tempat kerjanya di sebuah rumah makan yang cukup ternama di kota tempatnya se
Mela tidak mengiyakan atau pun menolak ajakan Noah yang ingin berteman dengannya.Karena Mela baru dua kali bertemu dengan pria tersebut.Namun, setelah bibi Inah keluar dari rumah sakit, dan semua biaya rumah sakit di tanggung oleh Noah.Sekarang Mela sering bertemu dengan pria tersebut, yang tahu dimana dirinya tinggal.Karena saat pulang dari rumah sakit, bibi Inah di antar pulang oleh Noah.Seperti saat ini, Mela di kejutkan dengan keberadaan Noah yang berkunjung ke rumah bibi Inah."Ya ampun Nak, apa ini?" tanya bibi Inah, setelah mempersilakan Noah untuk masuk ke dalam rumah.Karena Noah membawa banyak buah tangan, yang kini sudah berada di tangan bibi Inah."Itu semua untuk makan malam Bi, aku ingin makan malam di rumah Bibi." jawab Noah sambil mengukir senyum."Kalau ingin makan malam di rumah Bibi, untuk apa kamu membawa makanan sebanyak ini. Di rumah bibi ada makanan, kebetulan bibi dan juga Mela baru saja ingin makan malam, yuk!" ajak bibi Inah dan berjalan menuju meja maka
Noah bersama dengan bibi Inah membawa Mela ke klinik terdekat, setelah melihat wanita tersebut tidak berdaya duduk di lantai dapur.Tentu saja hal tersebut bukan hanya membuat bibi Inah kuatir, tapi Noah juga mengkuatirkan keadaan Mela.Dimana Mela sedang di periksa oleh dokter di ruang periksanya."Dok, bagaimana keadaan cucuku?" tanya Bibi Inah, ketika dokter yang baru saja memeriksa Mela, sudah selesai memeriksanya dan kembali duduk di kursi kerjanya."Pasien mengalami alergi berat, mungkin pasien memakan makanan yang memicu alergi. Tapi tenang saja, perawat sudah memberi obat dan juga menginfusnya. Dan sepertinya malam ibu pasien harus menginap di klinik." jelas dokter tersebut panjang lebar.Karena klinik tersebut buka dua puluh empat jam, dan juga memiliki beberapa ruang perawatan, untuk pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut."Dok, apa bisa Mela di rujuk ke rumah sakit?" tanya Noah yang menginginkan perawatan terbaik untuk Mela."Nak, rumah sakit jaraknya sangat jauh. T
Nick yang sudah menghabiskan satu botol minuman beralkhohol, hanya menatap pada Sasa. Sulit untuknya mencerna apa yang Sasa katakan.Hembusan nafas kasar lolos begitu saja dari bibir Sasa, bodoh sekali dirinya bicara pada orang yang sedang di pengaruhi minuman minuman beralkhohol.Membuatnya bergegas berjalan menuju dapur yang ada di unit apartemen tersebut."Sa, kamu mau ke mana?" tanya Bara melihat sang istri.Namun, tidak mendapat jawaban dari Sasa dan terus melangkahkan kakinya menuju dapur."Apa dia ingin memasak untuk aku?" tanya Bara dengan pikirannya sendiri, lalu mengukir senyum. "Baguslah kebetulan aku belum makan malam, dan setidaknya dia mulai perhatian padaku." ucap Bara, karena Sasa masih bersikap seperti orang asing, padahal keduanya sudah menikah dan juga tinggal di rumah yang sama.Bara mengalihkan tatapannya pada Nick, dimana sahabatnya tersebut penampilannya sekarang sangat berantakan. Bukan hanya pakaiannya, tapi juga tubuhnya yang semakin kurus dan wajahnya tidak
"Liza," ucap Nick ketika melihat seseorang yang Mela tunjuk. Dimana Vian sedang berbicang dengan Eliza, dan sepertinya perbincangan itu tidak seperti perbincangan biasa. "Iya mantan pacar kamu, kan?" "Sayang, jangan bicara tentang masa lalu." "Maaf, refleks Sayang." ucap Mela sambil mengukir senyum. "Kamu yang mengundang dia?" "Tidak." jawab Nick benar adanya. Karena memang dirinya tidak mengundang Eliza. Tapi entah dengan Bara atau sehabatnya yang lain. "Mungkin Bara yang mengundang dia, sayang." Namun, Mela tidak menimpali ucapan dari sang suami. Karena kedua matanya masih menatap pada Vian dan juga Eliza. Dimana keduanya bukan lagi sedang berbincang, tapi beralih mengambil bayi Vera yang sedari tadi bersama dengan sang perawat. Lalu menggodongnya bergantian, sambil memanjakan bayi itu. "Mungkin Vian yang mengundang Liza, sayang." kata Mela. Dirinya masih mengingat beberapa hari lalu, Vian menceritakan jika sedang dekat dengan seorang wanita, setelah mengalami kecelakaan motor
Nick menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Bara.Yang menanyakan apakah dirinya mengundang seseorang yang Nick anggap sebagai kakaknya meskipun keduanya lahir dari ibu yang berbeda.Tentu saja Nick tidak mengundang pria tersebut, karena ia telah berkomitmen untuk tidak berurusan dengan Noah lagi.Nick pun juga bingung kenapa Noah menghadiri acara pernikahannya."Ada yang tidak beres Nick," ujar Bara yang terus menatap pada Noah.Dimana pria itu juga berjalan menggunakan dua tongkat, karena memang mengalami patah tulang, dan yang Noah alami lebih serius di banding dengan Sasa sang istri."Kamu tetap berada disini, aku yang akan menghadapinya Nick."Bara segera meninggalkan sahabatnya, dan berjalan menuju dimana Noah berada. Yang datang tidak hanya seorang diri, tapi juga dengan Fred."Acara ini tidak di peruntukan untuk orang yang tidak punya hati sepertimu, lebih baik kamu pergi. Jangan sampai aku memanggil security untuk menarik kalian keluar dari sini." kata Bara ya
Hari bahagia yang di tunggu Nick dan juga Mela akhirnya tiba juga.Hari dimana keduanya akan menjadi sepasang suami istri dalam beberapa menit lagi.Tentu saja bukan hanya keduanya yang bahagia, tapi semua orang yang dekat dengan Nick maupun Mela juga merasakan hal bahagia tersebut.Seperti apa yang ketiga sahabat Nick mau, pernikahan hari ini diadakan cukup megah.Sorakan begitu meriah dari semua yang menghadiri acara tersebut terdengar di setiap sudut diadakan acara, setelah Nick dan juga Mela sama-sama mengikat janji suci sehidup semati, dan sekarang sudah resmi menjadi suami istri.Tangis haru tidak bisa Nick tahan, untuk mengungkapkan betapa bahagianya ia saat ini. Setelah perjalanan cinta yang sangat rumit dengan Mela. Akhirnya ia bisa menjadikannya sebagai istrinya.Begitu pun dengan Mela, yang juga menitikan air mata kebahagiaan. Ia tidak pernah membayangkan hidupnya akan sebahagia ini bersama dengan pria yang sangat mencintainya, dan tidak peduli dengan masa lalunya."Hei, in
Kebahagian tidak bisa lagi Bara tutupi, setelah ia menerima dengan ikhlas jika sang istri tidak bisa hamil. Dan ia beserta sang istri sempat berniat untuk mengadopsi anak.Sekarang tanpa mengadopsi anak, Bara ada juga Sasa akan mempunyai anak dan itu darah daging keduanya.Tentu saja kebahagian itu membuat Bara menghujani ciuman pada wajah sang istri. Dimana Sasa kini sudah di pindah ke ruang perawatan.Tentu saja Sasa yang sedang terbaring di ranjang perawatannya. Bingung dengan sikap Bara, meskipun ia tahu suaminya sangat masum."Sayang, aku baik-baik saja. Dokter juga bilang tidak butuh waktu berbulan bulan kakiku bisa normal kembali." ujar Sasa mengira sang suami begitu mengkhuatirkannya. Karena memang, Sasa belum tahu jika dirinya sedang hamil. Dimana usia kandungannya sudah memasuki usia lima minggu.Bara menatap wajah sang istri. " Aku tahu sayang," ucapnya menimpali perkataan sang istri. "Dan terima kasih, sayang." Bara kembali mencium setiap inci wajah sang istri.Ucapan teri
Nick terpaksa mengakhiri perbincangan bersama pihak WO yang akan mengurus acara pernikahannya. Ketika mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Mela calon istrinya.Bergegas Nick menuju rumah sakit, dimana sang kekasih berada."Buruan bodoh!" seru Nick pada Daniel. Salah satu sahabatnya yang hari ini menemaninya."Sabar Nick, tidak lama lagi kita sampai di rumah sakit.""Kamu menyuruh aku sabar, kamu tahu apa yang terjadi pada Mela kan?!" dengan nada emosi Nick mengucapkannya.Diam, hal terbaik yang bisa Daniel lakukan saat ini. Jangan sampai membuat sahabatnya tersebut marah, setelah mendapat kabar buruk tentang sang kekasih.Setibanya di rumah sakit, Nick segera berlari menuju tempat yang di beri tahu Vian. Kakak tiri dari sang kekasih yang memberi tahunya tentang kecelakaan yang meninpa wanita yang sangat dicintainya.Tentu saja Daniel yang tidak ingin tertinggal sang sahabat, segera mengikuti Nick yang berlari terburu-buru.Sampai akhirnya Daniel harus menghentikan langkahnya, mengi
Mela menahan tangan Sasa yang ingin pergi menyusul sang suami.Hingga sahabatnya tersebut menoleh kearahnya."Bicara baik-baik dengan Bara, Sa. Ingat, kamu salah dalam hal ini." ujar Mela.Sasa menganggukkan kepalanya, karena benar dalam hal ini dirinya yang salah. Sudah menyembunyikan kebenaran dari sang suami."Aku pergi dulu, Mel.""Hati-hati."Tek berselang lama setelah kepergian sahabatnya. Mela kedatangan tamu yang tidak ia duga.Siapa lagi jika bukan Wili yang sudah mengetahui jika Vera telah melahirkan dan wanita itu sudah meninggal dunia.Tentu saja kedatangan Wili membuat Mela kuatir, jika pria itu akan membawa bayi Vera. Meskipun seharusnya Wili berhak atas bayi itu."Aku tidak akan membiarkan kamu membawa bayi itu!" seru Mela, setelah Wili berdiri tepat dihadapannya.Namun, setelahnya Mela menautkan keningnya. Karena Wili tidak sama sekali menanggapi ucapannya. Yang ada pria tersebut duduk di sebuah kursi tepat di belakang Mela.Mela menoleh pada Wili yang tidak garang la
Akhirnya Mela pulang ke rumah yang Vian dan juga Vera tempati.Saat kakak tirinya itu meminta Mela untuk pulang secepatnya.Tentu saja Mela tidak pulang sendiri, melainkan bersama dengan Nick yang tidak ingin jauh dari sang kekasih, kekasih yang tidak lama lagi akan menjadi istrinya.Dan alangkah terkejutnya Mela, saat sudah sampai di rumah. Karena di rumah tersebut sudah ada Wili dan juga Valen, mantan istri dari sang kekasih.Dan keduanya coba untuk memaksa Vera keluar dari rumah tersebut, mengingat lagi Wili adalah suami Vera yang hanya menginginkan anak yang sedang dikandungnya demi sebuah tujuan.Tentu saja Vian tidak membiarkan Wili untuk membawa Vera sang adik pergi, tahu tujuan pria tersebut membawa adiknya tak lain dan tak bukan hanya ingin mengambil bayi Vera.Karena sebentar lagi Vera akan melahirkan."Lepas brengsek!" seru Wili, karena Vian menyembunyikan sang adik di belakang tubuhnya."Pergi dari rumahku!" usir Vian entah sudah berapa kali semenjak kedatangan Wili."Aku
Naoh meraih gelas yang ada diatas meja tepat disamping ranjang perawatannya, lalu melempar gelas tersebut hingga hancur berantakan kaatas lantai.Setelah pak Johan memberikan bukti jika Mela tidak lagi ditahan di kantor polisi. Dan polisi tidak lagi memproses laporannya seperti apa yang Noah inginkan."Sialan!" Teriakan dari Noah memenuhi ruangan dimana dirinya berada.Kemudian dirinya menatap pada pak Johan, yang masih berdiri disisi ranjang perawatannya. "Bodoh!" "Maafkan aku, Noah. Ini benar-benar di luar prediksiku." kata Pak Johan."Aku tidak ingin tahu, yang aku ingin. Nick hancur!""Noah, dia sudah tidak memiliki apa pun. Jadi lupakan saja tentang dia, dan fokus pada dirimu sendiri."Noah memicingkan matanya saat masih menatap pak Johan, apa lagi setelah mendengar yang dikatakannya.Kemudian Noah tersenyum miring. Entah mengapa tiba-tiba ia berpikir jika pak Johan akan mengkhianatinya dan kembali berada di pihak Nick."Tinggalkan aku sendiri." pinta Noah, tidak ingin berdiskus
Noah tersenyum mendengar apa yang baru saja Frans katakan. "Jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan Nick?" tanya Noah untuk memastikan."Aku tidak mengatakan hal itu."Jawaban Frans membuat Noah semakin bingung, dirinya tidak salah dengar. Jika Frans tadi mengatakan kata "Baiklah" kata yang Noah anggap jika Frans mantan sahabatnya tersebut ingin meninggalkan Nick dan kembali bersahabat dengannya seperti dulu."Frans, jangan bercanda. Kamu sendiri yang bilang baiklah, jika kamu menerima tawaranku." ujar Noah."Maksud aku, baiklah jika kamu tidak akan mendengar apa yang aku katakan. Aku tidak akan memaksa kamu." ujar Frans, karena tidak mungkin dirinya mengkhianati Nick, salah satu pria yang sangat tulus bersahabat dengannya.Hingga Nick bisa mengerti akan dirinya sebagai saudara.Senyum tersungging dari sebelah sudut bibir Noah. Bisa-bisanya ia langsung percaya pada ucapan yang Frans lontarkan."Pergilah, aku tidak ingin melihatmu ada disini!" perintah Noah.Namun, Frans tetap berdiri